10
Membicarakan hal serius dengan seorang pria dalam keadaan perut kosong sama saja dengan mengaktifkan detonator bom, entah sampai kapan kesabaran dan logikanya menipis akibat raungan cacing-cacing di perut dan meledakkan emosi mereka pada akhirnya, terlebih menurut cerita Leo, Yiraga belum mengisi perutnya sejak pagi tadi.
"Makan dulu ya Yi?" pinta gue dengan tatapan memelas.
Anggukkan dari Yiraga membuat gue segera menyiapkan peralatan makan dan menuangkan satu porsi nasi goreng untuknya. Yiraga menerimanya dengan senyuman senang.
"Kamu nggak makan?" tanya Yiraga saat melihat hanya ada satu porsi makanan di meja.
"Aku nggak laper, lagian Leo sama Gatra masih masa pertumbuhan, mereka butuh banyak asupan makanan, sisa bahan di rumah kalian nggak banyak."
Yiraga menyendok nasi goreng dan membawanya ke depan mulut gue. "Kamu makan dulu, baru aku."
Melihat gue yang masih tak membuka mulut Yiraga kembali bersuara. "Dikit aja, habis ini aku yang abisin."
Yiraga selalu memperlakukan gue layaknya ratu, gue benar-benar beruntung mendapatkannya.
Setelah gue membuka mulut dan menghabiskan suapan yang Yiraga berikan, Yiraga mulai menyendok makanannya dan menghabiskannya dalam waktu singkat.
"Kamu doyan apa laper Yi?"
Yiraga memamerkan cengirannya. "Sebenernya dua-duanya."
Gue mendengkus, menahan tawa sembari mengambilkan segelas air putih untuknya.
"Nggak salah pilih calon istri emang aku," puji Yiraga yang membuat gue tersipu.
"Masih mau ngegombal atau kita mulai luruskan kesalahpahaman ini Yi?"
"Ngelurusin kesalahpahaman dulu, baru ngegombal lagi," balasnya yang membuat gue tertawa.
Yiraga menggandeng gue untuk duduk di sofa ruang tengah, kemudian ia menatap gue dalam. "Udah siap? Kita akhiri semuanya di sini, kedepannya kita tutup buku masalah ini."
Gue mengangguk mantap, menyetujui.
Yiraga kemudian menggenggam tangan gue. "Coba jelasin kenapa kamu tiba-tiba pergi malam itu, dan menghindari aku sampai segitunya?"
"Aku lihat pesan kamu sama Kristi."
Alis Yiraga berkerut dalam, kemudian kembali bertanya. "Kamu tau sesuatu tentang dia?"
Gue mengangguk mengiyakan. "Gatra pernah cerita sedikit. Mantan kamu kan?"
Yiraga mengangguk.
"Pernah menyandang status jadi calon Nyonya Yiraga kan? Kalian berencana menikah muda juga, tapi pertunangan kalian batal, dan hampir semua anggota keluargamu nggak tau alasan kamu batalin pertunangan saat itu."
Yiraga mengambil napas panjang. "Kamu udah tau cukup banyak dari orang lain, sisanya kamu bisa tanya aku."
"Kenapa kamu mengakhiri semuanya sama Kristi?"
Yiraga terdiam. Memandang gue dengan tidak yakin.
"Kalau emang belum siap cerita, nggak apa. Kita bisa nunda percakapan ini," ucap gue ragu.
Yiraga menggeleng. "Aku nggak mau terlibat dalam situasi nggak mengenakkan gini terlalu lama sama kamu."
"Aku tunggu."
"Aku dikhianati," jawab Yiraga setelah termenung lama, begitu pelan, hampir samar tertelan oleh suara televisi.
"Aku bisa mengatasi segala hal dalam hubungan, kecuali untuk yang satu itu," jawabnya getir.
Gue merentangkan tangan, membuat Yiraga yang melihat itu mendekap gue dengan begitu erat. "Maaf aku nggak pernah cerita soal ini, rasanya terlalu menyakitkan untuk dibahas."
Gue mengeratkan pelukan dan mengangguk, mencoba mengerti akan egonya yang begitu terluka saat mengalami pengkhianatan.
"Kalau aku tau lebih awal alasan kalian pisah, aku nggak akan dihantui rasa kekhawatiran yang terlampau besar, Yi. Karena aku juga pernah mengalami kehilangan yang menyakitkan sampai aku ketemu sama kamu."
Yiraga melepaskan pelukannya dan tersenyum. Sorot matanya kini menjadi jauh lebih lega dan tenang. Rasanya beban di hati kami masing-masing berkurang separuhnya.
"Lantas apa yang buat Kristi kontak kamu lagi?"
"Kristi tau aku akan menikah dari postingan Jun. Dia mengucapkan selamat dan permintaan maaf tentang apa yang terjadi di masa lalu."
"Dia nggak ngajak balikan kan?" tanya gue dengan spontan.
Yiraga tertawa tertahan. Tangannya menjawil hidung gue dengan pelan. "Cemburu ya?" ujarnya meledek, membuat gue mendelik kesal.
"Enggak, dia nggak ngomong aneh-aneh kayak yang kamu pikirin. Dia menawarkan program kerjasama."
"Kerjasama apa?"
"Tau ventura?" tanya Yiraga yang membuat gue mengerutkan alis.
"Mainan di timezon zaman dulu? atau channel youtube yang lagi naik daun akhir-akhir ini?"
"Yang kedua, dan mereka nggak cuma di youtube aja. Om Sura pendirinya, saat ventura lebih berkembang, Om Sura minta bantuanku untuk membesarkan perusahaan itu. Tenaga 15 orang bawahannya udah nggak cukup lagi, terlebih mereka harus bikin konten menarik setiap hari."
"Lalu? Apa hubungannya sama kamu dan Kristi."
"Aku mengakuisisi perusahaan Om Sura agar lebih pesat berkembang, dan Kristi ingin produk gaun pengantinnya di-review oleh tim ventura untuk mendongkrak penjualan produknya."
"Bukannya ventura terkenal sama horoscope session-nya?"
"Mereka terjun di berbagai bidang Git, kesehatan, kecantikan, gaming, dan setelah produk Kristi bergabung mungkin mereka akan merambah ke bidang fashion juga. Lagipula ada pasangan yang terlibat cinta lokasi di ventura akan menikah, perjalanan cinta mereka cukup disukai di channel itu, timing-nya cukup pas. "
"Lalu?"
"Kerjasama yang Kristi ajukan secara formal kok, dia juga buat proposal pengajuannya. Dan dia minta aku ketemu sama dia untuk bahas hal ini."
"Ketemu? Berdua?"
Lagi, Yiraga mengulum senyum. "Perempuan emang bisa nyembunyiin perasaan suka mereka selama mungkin, tapi untuk cemburu, sedetik pun nggak bisa."
"Apaan sih, aku nggak cemburu. Ini kan cuma nanya!" pretes gue tak terima.
"Iya deh iya nggak cemburu," ujar Yiraga sambil membaringkan dirinya di pangkuan gue. Kemudian menatap wajah gue dengan lekat dengan senyum meledek, membuat gue salah tingkah ditatap seperti itu dalam posisi seperti ini.
"Ih, Yiyi apa si!" ujar gue sambil mendorong tubuhnya.
Yiraga menahan tangan gue. "Kristi ngajak kita berdua untuk ketemu."
Sontak gue terkejut. "Hah?! Ngapain?!"
"Dia mau sponsorin gaun pernikahan buat kamu. Kita bisa bicarakan design juga. Early wedding gift dia bilang."
Gue menggigit bibir gugup. Haruskah melakukan ini?
Pintu yang terbuka membuat kami menoleh, ketiga adik Yiraga sudah pulang. Gatra tengah memakan es sementara Leo sudah berjalan dipapah oleh Jun, terlihat sangat mengantuk.
"Loh kok di sini? nggak jadi bikin ponakan?" ucap Jun yang membuat Yiraga melemparkan bantal sofa ke arahnya, nahas, malah Leo yang terkena karena Jun dsngan lihai menghindar, membuat Yiraga sontak berdiri dan mengecek keadaan sepupu kesayangannya yang setengah melindur itu.
"Bang Aga!" rengek Leo sambil mengusap bagian kepalanya yang terkena bantal.
"Maafin Abang Le, Leo tidur ya sekarang dianter Bang Jun."
Leo mengangguk dan berjalan setengah tertidur, membuat Jun yang di belakangnya berdecak malas. "Ini anak kalau udah ngantuk nggak tau tempat banget deh," gerutu Jun sebal.
"Kak Brigita nginep di sini?" tanya Gatra tiba-tiba.
Gue menoleh ke arah Yiraga, mencoba mencari jawaban.
"Iya, nginep."
"Kamar tamu dipakai Leo," ujar Gatra sambil menunjuk Jun dan Leo yang sedang menuju lantai dua dengan sendok es krimnya.
"Kamar Bang Aga kosong kok Kak, terusin di kamar aja!" teriak Jun.
Wajah Yiraga semerah kepiting rebus saat ini. Gatra yang kini berdiri di hadapannya menatapnya dengan pandangan heran.
"Apa?" tanya Yiraga pada Gatra yang masih terus menatapnya yang memerah.
"Udah mau nikah masih aja," ujar Gatra menahan tawa sambil berlalu.
***
Untuk Ventura akan ada cerita tersendiri. Masih ada hang ingat cerita horoscope? kalau masih, Ventura itu remake dari cerita Horoscope yang lama. Nantikan ya!
Untuk Gatra juga nanti akan dibuatkan cerita school life nya. Pokoknya nantikan! 🤗
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro