Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Venti

"Barbatos! Sampai kapan kau akan minum anggur seperti ini, hei!"

Kamu menggerutu kesal, kala mendapati pertemuanmu dengan kakakmu tidak berjalan dengan mulus. Rencananya, kamu ingin menasihatinya untuk lebih mengawasi Mondstadt–dan tidak 'menelantarkan' negara yang telah ia pimpin selama ribuan tahun.

Tetapi, kakak laki-lakimu yang kamu panggil dengan nama Barbatos itu hanya tertawa-tawa sambil mengangkat sebotol anggur dan meminumnya lagi. "Ahahahaa! Barbatos siapa? Aku adalah Venti sang penyair! Ahahahaa!"

Kamu menepuk dahi ketika Venti sang archon anemo itu tidak menanggapimu dan malah semakin asyik meminum anggurnya. Untunglah kalian berdua berada di tempat yang sepi di daerah Stormterror's Lair, jika tidak, semua orang pasti akan memerhatikan kalian.

"Nee ... kamu ... (Name) adikku, kan?! Ayo, ayo! Bawakan kakakmu ini sebotol anggur lagi sana ahahaaa!" Venti kemudian melemparkan botol anggurnya yang sudah kosong ke arahmu, kamu refleks menangkapnya.

Kamu sudah cukup sabar dengan menghadapi Venti yang hobi bermabuk-mabukan. Tetapi–ini sudah kelewatan. Satu jam sudah berlalu sejak kakakmu malah minum-minum di hari pertemuan kalian, dan kamu tidak bisa memakluminya lagi.

Kamu pun beranjak berdiri, kemudian menarik tubuh kakakmu itu. Dengan cepat, kamu melemparnya ke danau yang ada di depanmu. Danau itu tidak dalam, tetapi cukup untuk membuat seluruh tubuh Venti terendam air.

"(Na-name)?! Apa yang–"

Belum sempat kakakmu itu menyelesaikan kalimatnya, kamu terlebih dulu menyelanya dengan satu kalimat, "Barbatos ... kau pilih berhenti minum, atau biar kepalamu kupukul dan darahmu yang akan mengisi botol anggur ini?"

"... Tapi aku masih mau minum–"

"Ya, baiklah. Minum saja nanti setelah kau sampai di alam baka," Kamu mengangkat botol anggur Venti tadi sambil tersenyum horor.

"Ampuni aku!"

***

"(Name) ... kau ini galak sekali, sih. Padahal aku ini 'kan kakakmu, lho," kata Venti setelah ia selesai mengeringkan pakaian dengan elemen anemo miliknya. Ia mengerucutkan bibirnya dan menatapmu malas. "Lagipula–sudah lama aku tidak minum-minum, lho ...."

"Sudah lama tidak minum-minum? Lalu kenapa kata manusia bernama Diluc itu–utangmu sudah mencapai satu juta mora?"

"Ah–aku bisa jelaskan." Venti tertawa ngeri ketika kamu memandangnya horor. Ia kemudian melirik ke arah lain dan bersiul-siul tanpa dosa.

Kamu menghela napas panjang, kemudian menatap Venti malas. "Kau tak pernah berubah, ya, Barbatos. Aku heran. Kau itu terlalu kekanakan dan lugu."

"Oh, itu artinya bagus, 'kan? Aku lugu, berarti aku tidak banyak tingkah."

"Bukan, lugu untukmu maksudnya adalah lucu dan dungu."

Setelah mendengar jawabanmu, Venti malah tertawa terbahak-bahak tanpa merasa tersinggung sama sekali. Kamu hanya menepuk dahi, kakakmu itu memang terlalu santai.

"Maaf, maaf. Aku jadi tertawa begini," kata Venti sembari masih terkikik pelan, "aku tak menyangka adikku yang keras kepala dan serius punya candaan seperti itu."

"... Itu bukan candaan. Aku serius," katamu singkat, yang kemudian hanya dibalas dengan satu kata dari Venti; 'ehe!'.

Kemudian kamu menghela napas untuk kesekian kalinya, membuat Venti hanya tersenyum. Kalian berdua duduk di depan sebuah batu, sembari menatap langit siang hari yang begitu cerah.

Angin sepoi-sepoi menerpa tubuh kalian, seakan melambangkan 'kebebasan' dari negeri angin itu sendiri. Kamu pun merasa lebih lega setelah terdiam untuk beberapa saat ini.

"Oh ya, (Name)! Apa yang membuatmu meminta kita bertemu hari ini?" tanya Venti sembari menatapmu.

Kamu menatapnya, hampir saja kamu melupakan tujuan aslimu untuk sengaja bertemu dengan Venti. "Ah, astaga. Hampir saja aku lupa."

"Tadi, aku bertemu dengan Morax."

"Oh! Pak tua brutal itu, ya?" kata Venti sambil terkekeh ketika mengingat-ingat teman lamanya itu.

"Aku berbincang-bincang dengannya ... dan dari situ aku mengetahui, dia memalsukan kematiannya supaya rakyatnya bisa lebih mandiri tanpa dia sebagai dewa."

Venti mengangguk-anggukkan kepalanya ketika mendengar ceritamu. Kamu meneruskan untuk bercerita, menjelaskan rencana sang archon geo dan bagaimana caranya memalsukan kematian–dengan memanfaatkan kehadiran si pengembara dan Fatui.

"Nah, begitulah. Jadi intinya–aku ingin bertanya, apakah kau tidak bisa lebih memikirkan negaramu seperti Morax?" tanyamu.

Venti memiringkan kepalanya dan memandangmu heran. "Eh? Memangnya aku terlihat tidak memikirkan negaraku?"

"Iya."

Kakakmu itu hanya tertawa ringan, kamu tidak mengerti mengapa ia tertawa seperti itu–kamu kemudian berbalik menatapnya heran. Venti hanya tersenyum ringan kala netra kalian bertemu, dan ia pun mengacak-acak rambutmu gemas. Kamu hanya menggerutu singkat dan merapikan kembali rambutmu.

"Membiarkan rakyatku bebas ... adalah satu-satunya kebijakanku untuk Mondstadt," kata Venti dengan senyuman sendu, netranya tampak melembut dan tidak main-main seperti biasanya. "Aku tidak ingin rakyat ini kehilangan kebebasannya, sama seperti saat Decarabian memimpin Mondstadt."

Kamu terdiam mendengar perkataan kakakmu. Memang benar, kalian berdua merasakan sendiri seberapa menderitanya Mondstadt di bawah kekuasaan Decarabian–sang dewa badai.

Kamu mengerti, Venti memang hanya menginginkan kebebasan untuk Mondstadt. Sebagai dewa kebebasan, tentunya 'kebebasan' itu sendirilah yang menjadi pondasi dasar yang dibangun oleh kakakmu.

Meski begitu, sejujurnya ada hal yang membuatmu ragu atas kebijakan itu. Sebab, kamu pernah mendengar seorang yang misterius berkata 'apa artinya kebebasan, jika itu adalah syarat yang diharuskan seorang dewa?'.

Satu kalimat itu membuatmu goyah, dan kamu berpikir sebaiknya kakakmu mengubah kebijakannya–supaya ia tidak terkesan 'munafik' seperti yang orang itu bilang.

"Aku tahu ... kau akan menganggapku seperti orang bodoh–tetapi tidak apa. Kebebasan rakyat Mondstadt adalah kebahagiaanku."

Kamu mengangguk-angguk mendengar ceritanya, kamu mengerti kalau tujuan kakakmu memanglah mulia. Setelahnya, kamu cukup merasa lega–memang sudah seharusnya kamu memercayai kakakmu itu.

"Jawaban itu memang terdengar seperti dirimu sekali, Barbatos ... nii-san." Kamu tertawa setelahnya sambil menyandarkan punggungmu pada batu di belakangmu. "Memang terdengar naif, tetapi tidak buruk juga."

Venti tersenyum bangga mendengar jawabanmu. Memang benar, ini adalah kebijakan yang paling benar menurutnya sendiri.

"Tapi, setidaknya perhatikanlah rakyatmu. Seperti Morax yang setahun sekali akan turun ke Liyue untuk memberikan petunjuk pada rakyatnya."

Senyuman Venti berangsur-angsur menghilang ketika kamu menyebut nama 'Morax' lagi, digantikan dengan ekspresi kesalnya. Ia tahu kalau kamu memang mengidolakan sang archon dari negeri tetangga itu–tetapi ia tidak suka dibanding-bandingkan.

Apalagi olehmu, yang notabene adalah adiknya tersayang.

"Kalau kau mau aku lebih seperti Morax, bagaimana kalau aku buat satu kebijakan tegas untukmu?"

"Heh?" katamu dengan nada penasaran. "Kebijakan seperti apa?"

"Kau tidak boleh bertemu Morax lagi, atau mengunjungi Liyue meski hanya di perbatasan antara Stone Gate dengan Dawn Winery."

Kini kamu memandangnya keheranan, sepasang netramu menajam kala mendengar perkataannya. "Apa maksudnya?!"

"Aku hanya bercanda kok! Aku ini dewa kebebasan, mana mungkin aku memerintahmu seperti itu?" ujar Venti sambil tertawa-tawa geli. Ia kembali mengacak-acak rambutmu. "Membiarkanmu pergi ke manapun adalah salah satu wujud kebebasan dariku untukmu."

Kamu menggerutu mengetahui kalau itu hanyalah candaan. Ketika kamu akan berbicara lagi, Venti meletakkan jarinya di depan bibirmu, menghentikan perkataanmu. Ia kemudian berbisik di telingamu, "Yah ... tapi itu bukan sepenuhnya candaan, (Name)."

"Jangan terlalu dekat dengan Morax, nee? Aku bisa cemburu, lho."

End of Venti's Part

Hewwo! Rashi kembali update dan membawakan part Venti! Kenapa milih Venti? Soalnya tiba-tiba dapet ide buat Venti hehe :D

Rashi minta maaf kalo alurnya terlalu ngebut–sebab ini udah panjang dan nyentuh 1000 kata. Kalo kepanjangan–kalian bakal bosen bacanya kan? :( Makanya Rashi agak percepat alurnya hshshshsh

Yah, semoga kalian menikmati chapter kali ini! Jangan lupa tinggalkan jejak berupa vote atau komen yaa hehee dua-duanya lebih bagus, biar Rashi lebih semangat updatenya~

Kalo ada yang mau request karakter untuk chapter selanjutnya, boleh banget komentar!

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro