Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kamisato Ayato

"Hahh ...."

Kamu selalu menghela napas malas ketika berjalan melalui pusat kota Inazuma akhir-akhir ini, beberapa pasang mata selalu tertuju padamu ketika kamu berlalu lalang di sana.

Kamu tidak ditatap dengan kagum–berbeda dengan dengan adikmu, Kamisato Ayaka yang dipuji-puji sebagai Shirasagi Himegimi atau kakakmu, Kamisato Ayato yang merupakan komisaris Yashiro. Tatapan yang kamu dapatkan adalah tatapan penuh sindiran, sebab–bagi orang-orang, kamu terlihat sebagai pengangguran tak jelas yang menyandang nama Kamisato.

"Lihat, itu putri tertua klan Kamisato, bukan? Kakaknya nona Ayaka?"

"Iya ... lihat, dia selalu kelihatan santai saja sehari-hari. Bukankah seharusnya ia bekerja dan membantu komisaris Kamisato atau nona Ayaka?"

"Betul, itu! Daripada berkeliaran tidak jelas, lebih baik membantu mereka di rumah–setidaknya, bersih-bersih saja cukup, 'kan?"

"Huhh ... bahkan Thoma yang hanya 'pembantu' saja lebih berguna dari si Kamisato (Name) itu. Aku benar-benar heran, kenapa anak seperti itu menyandang nama Kamisato, ya?"

Sudah menjadi hal biasa bagimu untuk mendengar cibiran dan olokan dari para warga kota Inazuma. Mau tak mau, kamu harus terbiasa. Sebab, jikalau kamu lepas kendali dan menghajar habis mereka semua, tentu citramu akan semakin jatuh dan membuat kakak serta adikmu kerepotan. Ingin menghindari tatapan meremehkan dari orang-orang di sana, kamu memutuskan meninggalkan kota Inazuma itu.

Sesungguhnya, apa yang mereka bicarakan tidaklah benar. Kamu memiliki tugas dan peran tersendiri di keluarga Kamisato. Namun–kamu bekerja dalam diam, bergerak tanpa suara, oleh sebab itu kamu lebih sering bekerja di malam hari.

Kamisato Ayaka berperan untuk tampil langsung secara publik dalam pekerjaannya. Kamisato Ayato lebih sering berperan di balik layar.

Bagaimana denganmu sendiri?

Kamu, Kamisato (Name) adalah anggota Shuumatsuban.

Lebih tepatnya, pemimpin Shuumatsuban.

Dari rumor yang beredar di kalangan masyarakat Inazuma, kabar yang terdengar adalah bahwa si kepala klan Kamisato-lah yang memimpin Shuumatsuban, sebab, dari generasi ke generasi, kepala klan menjadi pemegang kekuasaan tertinggi atas organisasi Shuumatsuban.

Hanya seluruh anggota organisasi rahasia itulah yang mengetahui bahwa untuk generasi kali ini, tanggung jawab atas Shuumatsuban tidak berada di tangan kepala klan, melainkan di tanganmu, putri tertua klan Kamisato.

Kamu cenderung terjun langsung ke lapangan dan hanya bekerja di waktu malam supaya tidak mencolok perhatian orang-orang–karenanya, orang-orang selalu melihatmu bersantai saat siang dan sore hari.

Dari sosokmu yang terlihat di sore hari itulah tercipta stigma 'putri tertua klan Kamisato hanyalah pengangguran belaka yang tinggal sebagai benalu.'

Namun, kamu tidak memasukkan itu ke hati. Kamu tidak begitu pintar dalam politik seperti Ayato, juga tidak akrab dengan rakyat seperti Ayaka. Satu-satunya keahlianmu yang menonjol adalah bertarung, dan Ayato sudah berbaik hati memberikan posisi padamu sebagai pemimpin Shuumatsuban.

Bukankah kurang ajar jika kamu berharap lebih dan menginginkan dikenal baik oleh orang-orang?

Saat pikiranmu sudah suntuk dan ingin rehat sejenak, biasanya kamu akan pergi ke pantai di bawah Kamisato Estate, memandangi matahari sampai ia terbenam. Jika melakukannya, rasanya bebanmu hilang bersamaan dengan terbenamnya matahari.

Karena itu, hari ini pun kamu datang ke sana dan duduk di atas pasir pantai, sepasang netramu memandang kosong ke arah lautan.

"Kau ke sini lagi, apa sedang ada masalah, (Name)? Para warga membicarakanmu lagi?"

Suara yang sangat kamu kenali terdengar dari arah belakangmu, kamu menoleh dan mendapati sosok yang sangat familier. "Oniisama? Kenapa kau ada di sini–dan, bagaimana kau bisa tahu itu?"

Sosok itu hanya tersenyum manis tanpa menjawab pertanyaanmu, ia membawa dua gelas milk tea di tangannya. Langkahnya tertuju ke arahmu, ia kemudian duduk di sebelahmu tanpa beban dan menyodorkan salah satu gelasnya padamu. "Minumlah, (Name)."

"Aku tidak suka itu." Kamu menolak pemberian kakakmu, berbeda dengan Ayato yang suka mencicipi berbagai kuliner unik, kamu lebih suka makanan dan minuman otentik khas Inazuma. Lagipula-entah apa yang akan kakakmu campurkan di dalam minumannya, seagrass, mungkin?

Namun, Ayato menarik tangan kananmu dan memaksamu untuk menggenggam milk tea itu. "Minum, ini aku beli, kok. Atau nanti kau mau aku buatkan yang pakai seagrass? Dengan ekstra bubuk onikabuto, mungkin?"

Kamu memandang kakakmu dengan tatapan horor, bisa-bisanya dia menyebut minuman dengan bahan yang bisa saja membunuhmu sambil tersenyum tanpa dosa.

Kamu yakin, Ayato itu sinting.

Mau tak mau, kamu menerima milk tea itu dan meminumnya. Di luar dugaan, rasanya jauh lebih baik dibanding jus naku weed dengan topping sakura bloom yang dibuatkan oleh Ayato tiga hari lalu untukmu dan Thoma.

"Enak." Kamu berkomentar singkat, rasanya cukup unik, tapi dalam artian positif. Sekali lagi, kamu meminumnya sembari memandang ke arah laut.

Ayato hanya tersenyum manis dan tertawa kecil melihatmu, ia meletakkan gelasnya yang sudah kosong dan kemudian mengusap-usap pucuk kepalamu dengan lembut. Kamu terdiam, seraya beradu pandang dengannya dengan tatapan heran.

"Apa yang kau lakukan, oniisama?" tanyamu kebingungan, kamu sudah cukup heran dengan keberadaan Ayato di sini–dan sekarang, ia melakukan hal yang lebih mengherankan lagi. "Sebenarnya, kenapa oniisama ada di sini?"

"Hmm, aku melihat adikku yang bersedih, makanya aku datang ke sini." Ayato tersenyum lembut, sepasang netra birunya memandangmu lekat-lekat. "Aku sudah mengamatimu selama sebulan ini, saat kau sedang bersedih, aku tahu kau akan datang ke sini."

"Minggu pertama, kau ke sini dua kali. Minggu kedua, satu kali. Minggu lalu tiga kali. Lalu–minggu ini, sudah lima kali kau ke sini."

Kamu bergidik ngeri mendengar perkataan Ayato, spontan kamu mengambil jarak dan menjauh darinya. "Oniisama ... stalker, ya?"

"Tidak, kok. Aku hanya menyuruh beberapa anak buahmu untuk melaporkan pergerakanmu padaku." Ayato memasang senyuman yang tidak bisa diartikan. "Meski dia anak buahmu, aku masih bisa menggunakan posisiku sebagai kepala klan untuk memerintah mereka."

"Hei, bukannya itu penyalahgunaan kekuasaan?" Kamu menggerutu seraya memandang kakakmu itu dengan kesal. "Jangan gunakan anak buahku untuk hal sepele, aku dengar oniisama yang menyuruh Tatsuki mengantar jus naku weed itu untuk Thoma, 'kan."

"... Wah, ketahuan, ya?" Ayato terkikik geli melihat ekspresi marah yang terpampang jelas di wajahmu. "Maaf, deh. Aku takkan mengulanginya lagi."

"Oniisama, kalimat itu sudah aku dengar tiga puluh satu kali dan oniisama pasti akan melanggarnya lagi."

Ayato terkekeh dan kemudian menjahilimu dengan kata-katanya, sampai kamu membuat ekspresi masam. Sesekali kamu menepuk punggungnya atau mengguncangkan bahunya supaya ia berhenti. Pada akhirnya, kamu yang sudah menyerah menghadapi kakakmu pun terdiam dan melipat kedua tanganmu di depan dada.

Kamu mengira Ayato akan kembali menjahilimu, tetapi, justru pelukan hangat yang kamu dapatkan, bersamaan dengan telapak tangan Ayato yang mengusap helaian rambutmu.

"... Oniisama?"

"Kau sudah berjuang keras, (Name). Terima kasih banyak." Ayato berbisik dengan lembut, kata-katanya menenangkanmu dan melepaskan semua beban di pundakmu. "Kau tidak perlu menanggung semuanya sendirian, aku dan Ayaka akan selalu ada untukmu."

Matahari mulai terbenam, hanya ada kamu, dan kakakmu. Perkataan sederhana dari saudara lelakimu ini sungguh membuat hatimu menjadi tenang.

Kamu berdua terdiam tanpa kata, sambil mengamati matahari yang sudah terbenam. Bersamaan dengan itu, Ayato melepaskan pelukannya dan kembali menatapmu. "Sudah lebih tenang?"

Anggukan kecil kamu berikan.

"Kenapa kau tidak menangis? Aku sudah siap menampung kesedihanmu, lho." Ayato terkekeh kecil, dia menjahilimu sekali lagi. "Aku ingat waktu kecil kau pernah menangis tersedu-sedu saat terjatuh di kolam ikan di kuil Narukami."

"Oniisama mau menghibur atau menghinaku, sih?"

"Dua-duanya."

Seandainya Ayato bukanlah kakakmu, dengan senang hati kamu akan menikamnya sebanyak dua belas kali dengan katana milikmu. Kamu tersenyum dengan ekspresi yang tak dapat diartikan.

"Aku hanya bercanda. Sebenarnya, aku sudah menyelidiki dari mana perkataan buruk tentangmu beredar. Sebab kurasa perkataan jelek itu muncul baru-baru ini saja." Ayato kemudian memasang ekspresi serius seraya menatapmu. "Faktanya, ada dua orang provokator yang dengan sengaja menjatuhkanmu supaya klan kita terpecah belah, (Name)."

"Apa oniisama sudah tahu siapa dalangnya? Apa mereka sudah ditangkap?"

"Hmm, aku masih menyelidiki itu. Untuk kasus kali ini, percayakan saja padaku, ya? Ini tugasku sebagai kepala klan."

"Tapi–"

"Tidak apa-apa, percaya padaku, ya?"

Kamu menyadari Ayato yang tersenyum misterius. Sudah sekian tahun kamu tinggal hanya dengan kakak dan adikmu–senyuman Ayato yang seperti itu sangat kamu kenali–bahwasannya, ia menyembunyikan 'sesuatu'.

Namun, kamu memutuskan untuk mempercayai kakakmu dan mengangguk seraya mengulas senyum. "Baiklah, oniisama."

"Haha, itu baru adikku." Ayato tersenyum lembut dan mengusap-usap pucuk kepalamu lagi sebelum ia berdiri dan bersiap pergi dari sana. "Nanti sampai rumah, makan malam saja bersama Ayaka dan Thoma, ya. Malam ini kau sedang tidak ada urusan, 'kan?"

"Ya, malam ini aku tidak ada urusan. Oniisama tidak ikut pulang?" Kamu berdiri dari posisimu dan mendekati Ayato.

"Baguslah kalau begitu. Istirahat saja hari ini, oke? Aku mau keluar sebentar, tolong sekalian kabari Ayaka dan Thoma." Ayato membelai pipimu lembut dan tersenyum ramah.

"Baik, oniisama."

Ayato melambaikan tangannya padamu ketika kamu mulai melangkah pergi dari sana.

***

Suara Ayato yang dingin terdengar di rumah kosong yang jauh dari pusat keramaian, tak ada siapapun di sana–kecuali dirinya sendiri, dua orang provokator yang pingsan, dan seorang dalang yang menyuruh mereka untuk memprovokasi warga Inazuma. Ternyata, ia kepala keluarga tersohor di Inazuma. Tetapi–itu bukanlah alasan bagi Ayato untuk mengampuninya.

"Ko-komisaris Kamisato! Ada kesalahpahaman di sini!" Si dalang dari permasalahan itu memandang Ayato dengan ketakutan. "Saya tak pernah melakukan itu! Ampuni saya–"

Sebelum si dalang menyelesaikan kalimatnya, Ayato terlebih dulu melayangkan tinjunya untuk memukul pria paruh baya itu hingga ia meringis. "Hee~ tidak tahu malu, ya. Setelah memprovokasi warga untuk menghina adikku tersayang, kau masih punya nyali untuk memohon ampun?"

Ayato kemudian menendang tepat ke samping kepala sang pria paruh baya, membuat dinding di sana retak. "Aku tidak suka kekerasan, tetapi–karena sudah mengusik keluargaku, sepertinya membunuhmu saja tidak cukup, hehe."

Seringai licik terulas di wajah Ayato, ia kemudian mengambil katana miliknya dan menghunuskannya ke leher orang itu.

"Saa–akan kupikirkan bagaimana cara menyiksamu dengan 'baik'. Aku takkan membiarkanmu mati dengan mudah, oke~?" Ayato tertawa geli, biasanya ia takkan seringan tangan ini–tetapi, mengusik keluarganya sama saja dengan mati. "Sou ka! Daripada membunuhmu, bagaimana kalau aku biarkan kau hidup, lalu aku bongkar kebusukan keluargamu? Kau melakukan penggelapan dan eksploitasi anak, 'kan?"

"Yah–tidak akan terlalu berdampak, sih. Kurasa aset keluargamu akan disita dan keluargamu akan jadi bahan kecaman warga Inazuma. Bagus sekali, bukan? Sama seperti yang kau lakukan pada (Name), lho! Ini karma untukmu."

"Saya ... mengakui kesalahan saya, tolong ampuni saya, tuan!" Sang pria paruh baya menatap Ayato dengan gemetar. "Saya salah, saya memahami peringatan anda–saya menyesal, ampuni saya!"

"Oh, sepertinya kau salah paham." Sekali lagi, Ayato tersenyum licik, ia memandang si pria paruh baya itu dengan tatapan sinis. "Ini bukan peringatan, aku memang berniat menjatuhkanmu."

"Jika mau menyesal, sesali kebodohanmu yang sudah membuat (Name) bersedih dan mengusik kedamaian keluargaku."

Ayato adalah sosok yang menyayangi keluarganya. Ia bahkan rela menodai tangannya dengan darah, jika demi kamu. Ayato takkan pernah mengampuninya, meski ia termasuk petinggi Inazuma.

Meskipun begitu–ia tak mau kamu atau Ayaka mengetahui dirinya melakukan hal 'kotor' seperti ini. Cukup dia seorang saja yang menjadi 'noda' di klan Kamisato–tanpa ada seorangpun yang tahu.

"Maa, meski ini perbuatan kotor, (Name) pasti akan senang jika aku melakukan ini,  'kan~?"

Kamu pernah berpendapat Ayato itu sinting. Sebenarnya, pemikiran itu tidak sepenuhnya salah. Ia benar-benar 'gila', tetapi hanya untukmu dan keluarganya.

End of Ayato's Part

Halo haloo! Setelah sekian lama terbengkalai, akhirnya Rashi update book ini lagiii! Kali ini Rashi membawakan part Ayato, hehee~ Gimana? Alurnya simpel soalnya Rashi bingung /yh/ Btw ini part paling panjang di antara yang lain loh, ceritanya aja hampir 1,8k word sendiri :(

Makasih banyak udah tetep baca book Rashi meski updatenya lelet banget, semoga bisa menghibur yaaa! Jangan lupa tinggalkan jejak vote atau komen, dua-duanya lebih bagus!

Oh ya, habis ini enaknya part siapa ya? Mungkin ada yang mau kasih pendapat mau part siapa di chapter selanjutnya, hehee, komen aja di sini yaa!

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro