Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Kaedehara Kazuha

"Aniki ... tidakkah aniki merasa rindu pada Inazuma?"

Malam hari telah menyelimuti daratan Teyvat, dan kamu dengan kakakmu memutuskan untuk beristirahat di tepi pantai di suatu pulau berdua saja, menghindari keramaian di kapal Crux Fleet. Kapten Beidou pun telah mengizinkan kalian berdua beristirahat sejenak, sebab sejak pagi hari tadi kalian telah banyak bekerja.

"Ina ... zuma?" Laki-laki yang duduk di sampingmu itu menunjukkan ekspresi keheranan, netra merahnya memandang lurus ke arahmu. "Kenapa tiba-tiba menanyakan itu?"

Kaedehara Kazuha adalah laki-laki itu, anak sulung keluarga Kaedehara–yang seharusnya menjadi kepala klan tersebut. Namun, bagaimanapun juga, masa-masa kejayaan klan Kaedehara telah berakhir–dan yang tersisa di zaman kepemimpinan kakakmu hanyalah nama klan 'Kaedehara' saja.

Tetapi, kakakmu tidak mengeluh atas itu, ia justru merasa 'bebas' karenanya. Kamu sebagai adiknya pun selalu mengikuti tiap langkahnya.

"Saat malam hari terasa sunyi seperti ini, terkadang aku teringat saat kita masih di Inazuma, aniki." Kamu memandang langit yang dipenuhi bintang, bulan sabit menjadi pusat di antara bintang itu. "Ketika kita masih bersama Tomo, saat kita menyalakan api unggun dan memanggang ikan bersama-sama."

"Tomo ...." Kazuha menundukkan kepala ketika kamu mengucap nama sahabat kalian sewaktu masih di Inazuma itu.

Kamu masih ingat dengan jelas saat kalian masih bersamanya, saat-saat Inazuma tidak seperti sekarang–dan kalian mengembara bersama-sama. Namun, sayangnya di suatu titik kalian harus berpisah dengan Tomo, karena tujuan kalian sudah berbeda dengan tujuannya.

'Musou no Hitotachi ... aku ingin melihatnya.'

Kalimat itulah yang diucapkan oleh Tomo. Kazuha paling mengetahui, kalau penyesalanmu yang terbesar adalah tidak menghentikan niatan Tomo untuk melakukan hal 'bodoh' itu.

Mengapa? Sebab, kamu menaruh perasaanmu pada laki-laki itu. Kamu menyukai Tomo–meski pada akhirnya perasaanmu takkan bisa tersampaikan.

Tomo ... ia menantang bukti nyata dari keabadian itu sendiri, seorang dewa yang memberikannya anugrah vision. Meski begitu, kamu dan Kazuha menghargai pendapatnya, dan di situlah kalian berpisah dengannya.

"Itu berarti, daripada rindu pada Inazuma, kau lebih merindukan Tomo, nee, (Name)?" Senyuman Kazuha terkesan sendu, bagaimanapun juga topik ini adalah topik yang menyakitkan bagi kalian berdua. Kehilangan teman terdekat, tidak mungkin kalau kalian baik-baik saja.

Kamu terkekeh kecil kala mendengar ucapan kakakmu. Itu tidak salah, kamu memang lebih merindukan Tomo. Kalau harus dibilang, kamu sama sekali tidak merindukan Inazuma, sungguh. Hanya Tomo sajalah yang ada dalam pikiranmu.

Kakak laki-lakimu itu adalah orang yang sangat peka, meski jarang bicara–ia selalu mengerti dirimu. Ia akan menghiburmu jika kau sedih, dan dia menjadi satu-satunya sandaranmu. Baik sekarang, atau nanti.

"Seperti biasanya, aniki benar-benar mengerti aku, ya," jawabmu sambil menatap Kazuha dengan senyuman yang terulas di wajahmu.

Kazuha membalasmu dengan tawa lembutnya. "Hahaha, tentu saja. Aku ini kakakmu, 'kan?"

Pembicaraan kalian berdua terhenti sampai di situ. Kalian segan melanjutkan topik yang menyangkut nama Tomo, sebab, itu seperti membuka kembali luka lama kalian. Keheningan menyelimuti kalian berdua selama beberapa menit.

"Kazuha-aniki ... semisal aku berhadapan dengan Raiden Shogun–untuk membalas dendam Tomo. Apakah Kazuha-aniki mengizinkanku?" tanyamu tiba-tiba, membuat Kazuha tertegun sejenak.

Ada jeda waktu yang diberikan oleh Kazuha ketika mendengarnya menanyakan itu. Ia memandang langit, menarik napasnya dalam-dalam sebelum menjawab pertanyaanmu, "Tentu tidak."

"Berbeda dengan Tomo. Aku bukanlah siapa-siapanya, maka aku hanya bisa menghormati pilihannya untuk menantang Raiden Shogun," kata Kazuha sambil menundukkan kepalanya. Senyuman hambar ia pasang ketika ia menengadahkan kepalanya lagi untuk menatapmu. "Tetapi, kalau kau berbeda. Kau adalah adikku, dan aku berhak melarangmu untuk melakukan hal gegabah seperti itu."

"Begitu ya ...." Kamu tertawa getir ketika sepasang netra kalian saling bertemu. Kamu mengetahui kakakmu itu khawatir, tetapi saat ini–kamu menyimpan kemarahan atas kematian Tomo di hari itu. "Tetapi, aniki ... aniki harus tahu seberapa dendamnya aku karena itu."

"Tomo-nii ... dia harus mati karena itu. Raiden Shogun membunuhnya ... aku kesal, emosi, dan marah. Aku benci diriku yang bodoh–tidak menghentikannya."

Kazuha mendengarkan perkataanmu. Ia menyadari suaramu semakin bergetar, tetapi ia memilih untuk diam. Kazuha ingin kamu mengeluarkan seluruh keluh kesahmu, dan sebagai kakak ia tentu akan menghiburmu nanti.

"Raiden Shogun ... aku benci dia! Aku ... aku pasti akan–"

Perkataanmu terhenti kala Kazuha menarikmu ke dalam pelukannya, ia memelukmu dengan erat. Tangan kanannya yang terbalut perban mengelus lembut kepalamu.

Ia berbisik pelan di telingamu, "Tidak apa-apa, (Name). Aniki ... selalu ada di sini, bersamamu."

Tangisanmu pecah dalam pelukannya. Kamu menangis, tak mempedulikan apa-apa lagi. Air matamu mengalir dan membasahi pakaiannya, kakakmu itu hanya mengulang kalimat yang sama dan menenangkanmu dengan usapan di kepala dan punggungmu.

"Menangislah sepuasmu, (Name). Aniki di sini akan tetap bersamamu. Menangislah sampai kau lega, aniki takkan berkomentar apa-apa."

Kamu mengangguk dalam pelukannya, enggan menjawab dengan suara. Kamu sesenggukan dalam tangisanmu, dan Kazuha membiarkanmu memeluknya erat. Sesekali ia membisikkan kata-kata manis untuk menenangkanmu.

Setelah kamu agak tenang, kamu melepas pelukannya dan mengusap air matamu. Kamu mengulas senyum paksa di hadapannya, merasa malu karena telah menangis seperti itu. "Haha ... maaf ya, aku jadi menangis begini. Aku ... kekanakan sekali ya, aniki?"

Kakakmu itu hanya diam dan tersenyum. Ia mengambil daun yang biasa ia tiup untuk memainkan sebuah musik. Ditiupnya daun tersebut hingga menghasilkan rangkaian nada, membunyikan sebuah lagu tradisional Inazuma. Alunan musik terdengar, dan kamu menikmati alunan musik itu sembari menyeka air mata dari wajahmu.

Kamu mendengarkan lagu itu. Lagu itu terasa familier dalam ingatanmu. Ia memainkan lagu yang SANGAT kamu kenal. Sewaktu kecil, kakakmu itu sering memainkan lagu itu hanya untukmu seorang saja.

"Oh ... ini lagu sakura sakura?" tanyamu ketika Kazuha sudah memasuki pertengahan lagu. Tanpa sadar senyuman mulai terpasang di wajahmu seiring kamu mendengarkan lagu itu.

Kazuha menghentikan sejenak permainan musiknya, netra merahnya memandangmu lembut. Senyuman yang ia pasang semakin membuatmu tenang. "Benar, ini lagu yang kau suka 'kan, (Name)."

Tangan kiri Kazuha meraih pucuk kepalamu. Seperti biasanya, ia mengusap-usap pucuk kepalamu dengan senyuman lembut. "Lupakanlah kesedihanmu. Kau itu lebih cocok dengan senyuman, dan wajahmu seratus kali lipat lebih cantik ketika kau sedang bahagia, (Name)."

"Sekarang, ayo tenangkan pikiranmu bersamaan dengan alunan lagu yang kulantunkan untukmu. Izinkan kakakmu ini memainkan lagu penyemangat untukmu ya, (Name)."

End of Kazuha's Part

Haloo! Rashi update book ini!
Kali ini, Rashi membawakan part Kazuha, sesuai dengan permintaan terbanyak di part sebelumnya heheee

Gimana? Maaf ya kalo agak OOC :( Tapi Rashi harap part kali ini cukup menghibur reader-tachi UwU

Nama aslinya Tomo gak tau siapa sih, tapi karena pada nyebutnya Tomo ya Rashi ikutin aja hehe. Also, lagu sakura sakura yang dimainkan Kazuha, itu folksong Jepang yaa

Terima kasih udah mampir ke book Rashi ini! Jangan lupa tinggalkan jejak yaa! Biar Rashi semangat updatenya nih :(

Ohiya, kalau ada yang mau request karakter siapa buat part selanjutnya, boleh banget komentar hehe

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro