Dainsleif
Laki-laki berambut pirang itu berlari dengan napas terengah-engah, ketika ia dihadapkan dengan negara yang ia lindungi dengan segenap jiwa raga–telah dihancurkan oleh para dewa.
Netra birunya membelalak, seluruh tenaganya terasa hilang. Kakinya begitu lemas sehingga ia jatuh terduduk begitu saja di atas tanah.
"Mengapa ... ini semua terjadi?"
Suaranya yang berat terkesan semakin parau. Ia ingin menangis, tetapi harga dirinya melarangnya. Para dewa telah turun ke Khaenri'ah–dan menghancurkan negara itu.
Netranya memandang jajaran dewa–para archon munafik yang turut serta menghancurkan Khaenri'ah. Ia menahan emosinya dalam hati. Dainsleif–sang Twilight Sword yang melindungi Khaenri'ah seketika memendam kebenciannya.
Namun, ia kembali dikejutkan dengan sebuah fakta yang terpampang jelas di netranya. Di antara para dewa itu–terdapat sosok yang sangat ia kenali.
"(Name) ...?"
***
"Lama tak jumpa, pengkhianat."
Satu kalimat terucap dari bibir laki-laki berambut pirang itu–dan kamu bisa melihat tatapan tajamnya tertuju ke arahmu. Ratusan tahun telah berlalu sejak kehancuran Khaenri'ah–dan ini kali pertama kamu bertemu dengan Dainsleif lagi.
"Pengkhianat?" Kamu memandangnya tajam, tidak menyukai nada bicara Dainsleif. Memang betul–kamu telah berkhianat pada Khaenri'ah, tetapi caranya berbicara sungguh membuatmu tak senang.
Dainsleif mengeluarkan tawa kecil dan memandangmu sarkas. "Apa lagi sebutan yang pantas selain itu–untukmu yang telah melanggar sumpahmu untuk melindungi Khaenri'ah?"
"Kau adalah orang paling munafik yang pernah kutemui, (Name)."
Kamu bergeming ketika mendengar ucapan Dainsleif. Ingatanmu kembali terputar, ketika kamu menyerang rakyat Khaenri'ah–menghancurkan negerimu sendiri bersama para archon. Tak ada niatanmu untuk menyangkal perkataan kakakmu itu.
Kamu berbalik badan, kemudian mengambil langkah guna menjauhi kakakmu. Kamu enggan memperpanjang percakapan–dan pergi dari sana adalah opsi terbaik.
Dari semua orang yang terlibat dalam insiden keruntuhan Khaenri'ah, Dainsleif–kakakmu ada di posisi teratas dalam daftar nama orang yang paling tidak ingin kau temui.
Kenapa? Sebab, kamu tahu ia akan membencimu, terlebih setelah ia mengetahui fakta bahwa kamu sang Dawn Sword–partner Dainsleif sebagai Twilight Sword justru menghancurkan Khaenri'ah, alih-alih melindunginya seperti sumpah kalian berdua.
Kamu tidak ingin banyak bicara dengannya. Ada alasan tersendiri untukmu, kenapa kamu berkhianat pada Khaenri'ah. Pemahamanmu terhadap dunia ini telah berubah–dan Khaenri'ah menjadi sumber anomali di Teyvat.
Karenanya, kamu memutuskan untuk berada di pihak para dewa. Membuang kepercayaanmu pada Khaenri'ah, lalu menipu Dainsleif untuk menghancurkan tekadnya dari dalam.
Ketika kamu berjalan beberapa langkah, Dainsleif terlebih dahulu melesat dengan cepat hingga berdiri tepat di depanmu. Entah sejak kapan ia telah mengeluarkan pedangnya, dan ia menghunuskan pedang itu tepat ke lehermu.
"Aku tidak mengizinkanmu pergi, (Name)."
Kamu mengernyit tajam–insting bertarungmu muncul ketika mendeteksi 'bahaya' yang dipancarkan oleh kakakmu itu. Dengan sigap, kamu melompat mundur ke belakang dan mengeluarkan pedangmu pula.
"Apa kau ingin mencari masalah, Dain-niisan–maksudku, Twilight Sword?" Netramu semakin menajam dan memasang posisi bertarung, terlebih ketika kamu menyadari pegangan Dainsleif pada pedangnya semakin erat. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku?"
Dainsleif mengangkat pedangnya, mengeluarkan tawa sarkas yang ditujukan padamu. "Hee, mantan Dawn Sword ini omongannya besar juga."
"Hunuskan pedangmu, (Name). Kau akan kupenggal dalam hitungan detik jika meremehkanku."
***
"Akh!"
Napasmu kini tersengal-sengal, darah telah mengucur di sekujur tubuhmu. Barusan itu nyaris saja kamu kehilangan nyawamu–sedetik saja kamu terlambat mengindari, Dainsleif pasti memenggalmu.
Kamu sudah kehabisan tenaga, entah sejak kapan pedangmu tak lagi berada di tanganmu. Kamu melirik ke arah kakakmu, ia masih memegang pedangnya dan melangkah menuju ke arahmu.
Hujan turun ketika kamu bertarung dengannya, dan kini hujan seakan membuatmu semakin menyedihkan. Dainsleif hanya tinggal berjarak satu meter darimu, cepat-cepat kamu mengambil pedangmu lagi dan mengarahkannya ke kakakmu.
Dengan cepat, Dainsleif menangkis pedangmu dan membuatnya terpental kembali. Netra birunya semakin tajam kala memandangmu–dan mata itu semakin dingin, tiada tatapan hangat seperti yang dulu ia berikan padamu.
"Kau kalah. Sudah kubilang, kau bodoh kalau menganggapku masih seperti dulu."
Kamu duduk di atas tanah, jantungmu berdebar ngeri. Kamu menatap tanah, membiarkan kepalamu dibasahi air hujan–kamu tak kuasa menatap kakakmu itu secara langsung.
Kamu bisa mendengar langkah Dainsleif semakin mendekat. Namun, kamu tak punya kekuatan lagi untuk sekadar menghindar. Ini adalah akhirnya, pikirmu.
Dainsleif sudah berdiri tepat di depanmu, pedangnya ia angkat tinggi-tinggi. Kamu masih memandang ke bawah. Ia mengayunkan pedangnya dengan cepat, bersiap untuk memenggalmu.
Namun–
'Nee, Dain-nii! Khaenri'ah adalah tempat yang indah, 'kan? Kuharap selamanya aku bisa di sini bersama Dain-nii.'
Dainsleif mengerjapkan matanya berkali-kali dan memandang ke sekitar. Sekelebat memori di masa lalu terulang dalam benaknya. Seketika ia merasa ragu–ada 'sesuatu' yang menahannya untuk menyerangmu.
Kamu melirik ke arah Dainsleif, raut wajahnya menjadi gelisah. Sekali lagi, ia mengangkat pedangnya untuk kembali menyerangmu.
'Dain-nii ... selamanya kita akan bersama, 'kan?'
'Apa Dain-nii menyayangiku? Kalau aku, aku sangat menyayangimu!'
'Aku ... sangat bersyukur bisa menjadi partner-mu, Dain-nii. Kita–sebagai Dawn Sword dan Twilight Sword bersama-sama akan melindungi Khaenri'ah.'
"Ugh ...!"
Kepala Dainsleif terasa sakit, dan ia mundur beberapa langkah menjauhimu. Di saat seperti ini, kenangannya bersamamu malah muncul–membuat pendiriannya goyah. Kamu yang sedari tadi sudah siap menerima ajalmu, kini hanya memandangnya keheranan.
"Tidak bisa ...." Dainsleif bergumam, suaranya ditelan hujan tetapi kamu masih dapat mendengarnya. Ia kemudian memandangmu dengan pupilnya yang bergetar. "Aku tidak bisa ... membunuhmu ... (Name)."
Kamu menengadahkan kepala, dan mendapati pedang Dainsleif sudah tergeletak begitu saja di atas tanah. Kalian terdiam di posisi masing-masing, hujan yang membasahi tubuh kalian tak menjadi interupsi. Langkah gontai Dainsleif tertuju ke arahmu, dan kemudian ia berlutut tepat di hadapanmu yang masih dalam posisi duduk.
"Hei ... (Name) ... sedari tadi aku yakin untuk membunuhmu–tetapi ... perasaanku goyah." Suara Dainsleif terkesan getir. Kedua tangannya meraih wajahmu, ia menyentuh pipimu dan memaksamu untuk menatap netranya. "Kenapa ... aku seperti ini?"
Kamu terdiam mendengar suaranya yang lirih. Setitik air mata mengalir dari pelupuk matamu–meski tidak terlihat oleh sebab hujan menyamarkannya. Kamu menyentuh tangan kanannya dan mengulas senyum di wajahmu. "Kau hanya tidak tega ... Dain-nii. Hunus pedangmu, aku sudah siap mati–sebab aku menipumu dan berkhianat pada Khaenri'ah."
Dainsleif menatapmu yang mengatakan itu dengan yakin. Ia menghela napas berat, sebelum menarikmu dan memelukmu erat. "Tidak bisa ... setiap aku berusaha melakukannya, hatiku justru terasa sakit."
Kamu merasakan ia gemetar, dan pelan-pelan tanganmu terulur untuk membalas pelukannya. Meski jalan yang kalian tempuh dan pandangan kalian berbeda–kalian tetap memiliki ikatan darah.
Mana mungkin Dainsleif bisa setega itu untuk membunuhmu?
Terlebih lagi–kalian memiliki takdir kutukan yang sama; keabadian.
"Sebagai ksatria Khaenri'ah, kau adalah musuh, (Name)." Dainsleif melepas pelukannya dan menatapmu dengan tatapan getir. "Tetapi, sebagai kakakmu ... aku tidak bisa membunuhmu. Aku memiliki nurani, afeksiku sebagai kakakmu takkan pernah berubah."
Dainsleif kemudian memegang bahumu, ia kemudian membisikkan satu kalimat di telingamu. "Aku tidak bisa memaafkanmu karena telah mengkhianati Khaenri'ah."
"Tetapi ... selamanya aku akan terus menyayangimu, (Name) ... adikku."
End of Dainsleif's Part
HEWWO! Rashi update lagi, dan kali ini Rashi membawakan part Dainsleif! Sebenernya ragu juga sih buat bawain Dainsleif, apalagi backstory-nya masih belum sepenuhnya jelas, juga keadaan Khaenri'ah gimana Rashi gak tau huhuuu. Maaf kalo kurang sreg
Gimana buat part kali ini? Semoga bisa menghibur reader-tachi yaa ehe!
Terima kasih udah mampir ke book Rashi ini! Jangan lupa tinggalkan jejak yaa, vote atau komentar, dua-duanya lebih bagus! Biar Rashi semangat updatenya~
Kalo ada yang mau request untuk part selanjutnya, silakan komentar aja. Bakal Rashi tulis kalo yang request udah sekitar 2-4 orang ehee, kalo di bawah itu, biasanya Rashi tetep pilih random karakternya hshshshs
See ya!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro