Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Albedo

Kamu datang ke Dragonspine yang dingin untuk bertemu dengan kakakmu setelah kamu kembali dari pengembaraanmu ke tanah keabadian–Inazuma selama beberapa bulan.

Kamu merasa cukup tegang–entah seperti apa reaksi kakakmu melihatmu kembali; sebab, sesungguhnya kamu pergi tanpa seizinnya. Hal pertama yang kamu lakukan setelah sampai di Mondstadt adalah ingin bertemu dengan kakakmu dulu.

Menurut kabar, Albedo berada di Dragonspine. Dalam hati kamu terheran-heran, kenapa Albedo betah sekali di tempat yang tidak ada apapun di sini–padahal tempat ini sungguh membosankan.

Di kaki gunung, dekat dengan pepohonan bersalju. Kamu bertemu dengan sosok yang familiar, yang tak lain dan tak bukan adalah kakakmu, Albedo. Kamu merinding ketika melihatnya, khawatir dia akan memarahimu atau memanggil oceanid untuk menghukummu.

"A-Albedo-nii!"

Dengan senyum kaku, kamu menghampiri kakakmu itu. Kamu sudah siap jikalau kakakmu hendak melemparmu ke dalam jantung Durin–tetapi, reaksi yang kamu dapatkan sungguh berbeda.

"Kau ... (Name)." Albedo hanya tersenyum manis seraya memegang bahumu. Rasanya sangat membingungkan–entah kenapa reaksi Albedo berbeda dari ekspektasimu. "Kau sudah kembali? Ada yang terluka?"

"Ah ... tidak, nii-san. Aku baik-baik saja, kok." Kamu tersenyum bingung dan menggaruk-garuk pipimu yang tidak gatal.

"Syukurlah, senang mendengarnya." Kakakmu kembali tersenyum dan kemudian membalikkan badannya, hendak pergi dari sana. "Aku ada sedikit urusan, bisa kau pergi ke kemahku?"

"Eh? Tentu."

***

Kamu melangkahkan kakimu menerobos jalanan bersalju, untungnya saat ini tidak ada badai. Jadi, kamu bergegas pergi ke kemah kakakmu sesuai dengan instruksinya tadi.

Hanya berjarak beberapa langkah saja sampai ke kemah kakakmu, api di sana menyala; Albedo ternyata sudah berada di sana. Kamu mengintip kemah tersebut dari balik batu, dan mendapati sosok kakakmu yang tengah menulis sesuatu dalam catatannya.

Dengan langkah cepat, kamu keluar dari persembunyianmu dan menghampirinya, memasang senyuman lebar tanpa dosa dan raut wajah sumringah. "Hei, Albedo-nii!"

Kakakmu menoleh, netra birunya yang terbelalak ditujukan ke arahmu, mulutnya sedikit menganga–melihat sosokmu. "(Name) ...?"

'Eh? Reaksinya ... berbeda dari yang tadi?'

Kamu membuang pemikiran anehmu, kemudian tersenyum manis melihat reaksi Albedo. Kalian berdua melangkah bersamaan, kakakmu memasang senyum tipis di wajahnya, tampak jelas ada ekspresi khawatir dan lega yang bercampur menjadi satu di wajahnya.

Jarak kalian berdua hanya sekitar satu langkah, kamu memejamkan mata dan tersenyum senang, kemudian merentangkan kedua tanganmu lebar-lebar, guna membiarkan sang kakak memelukmu.

Namun, berselang tiga detik–bukan pelukan yang kamu dapatkan, justru kamu merasakan sebuah papan tipis menghantam kepalamu. Benar, Albedo memukulmu dengan papan tipis yang biasanya dijadikan tatakan untuknya menulis.

"Aduh!" Kamu spontan membuka mata dan meringis kecil sembari mengusap-usap kepalamu, kamu menengadahkan kepala dan mendapati Albedo yang memandangimu tajam–netra birunya menyala-nyala menyiratkan kemarahan. Kamu hanya mengernyit. "Nii-san ... teganya kamu memukul adikmu yang baru saja pulang ini? Memangnya tidak kasihan padaku?"

"Sekarang kutanya, apa kau tidak kasihan padaku–yang sudah jelas mencemaskan dan mengkhawatirkanmu, adikku, selama berminggu-minggu. Lalu apa yang kudapat di tengah kekhawatiran itu? Kau hanya mengirim surat yang mengatakan kau berada di Inazuma." Albedo menghela napas panjang sesaat sebelum kembali memandangmu dengan tatapan tajam. "Bersyukurlah aku sedang berbaik hati kali ini, maka aku memaafkanmu."

"Kalau sampai terulang, aku takkan segan-segan mengurungmu di antara tujuh oceanid supaya kau tidak kabur lagi."

"Kejamnya ...." Kamu mengerucutkan bibirmu, padahal Albedo biasanya selalu pasif dan terkesan pendiam–tetapi, hanya padamu sajalah ia bersikap cerewet dan terlalu sering menasihati seperti itu. "Padahal Albedo-nii biasanya selalu kalem, kenapa hanya galak padaku, sih ...."

"Ini namanya aku peduli padamu, (Name)," kata Albedo seraya meletakkan papan dan penanya di atas salah satu meja. "Lagipula ... aku sebegini marah karena aku sayang padamu."

Albedo menghela napas panjang, kemudian ia menengadahkan kepala dan menarikmu ke dalam pelukannya, memelukmu erat dan membenamkan wajahnya di bahumu. "Aku sangat senang kau sudah kembali ... jangan membuatku khawatir lagi, ya?"

Kamu tertegun selama beberapa saat, meski memang benar ia terkesan dingin dan pendiam, dalam hati kamu sudah mengetahui seberapa peduli dan sayangnya ia kepadamu, sebagai homunculus kedua Rhinedottir yang 'berhasil'. Kamu tersenyum, kemudian membalas pelukannya. "Aku sudah kembali, Albedo-nii. Aku merindukanmu."

Benar, reaksi seperti inilah yang kamu ekspektasikan. Seketika terbesit dalam benakmu; mengapa reaksi Albedo yang tadi sangat berbeda dari yang sekarang?

***

Albedo telah menciptakan dua buah kursi untukmu dan untuknya sendiri. Setelah pertemuan kembali yang penuh dengan 'haru', kini saatnya Albedo memintamu menceritakan apa yang kau lakukan di Inazuma. Ia mengaduk dua cangkir yang berisi coklat panas, kemudian memberikan salah satunya kepadamu. "Minumlah."

"Coklat panas, hm?" Kamu hanya tersenyum tipis, memang tipikal kakakmu sekali yang menyukai minuman dan makanan manis seperti itu. Kamu menyesap beberapa tegukan. "Manis sekali ... kenapa tidak buatkan teh tawar saja?"

"Coklat panas lebih cocok untuk menemani perbincangan kita," jawab Albedo cepat seraya turut meminum coklatnya. "Sekarang, apa yang kau lakukan di Inazuma?"

"Aku bertemu dengan saudara kita, Albedo-nii!"

Albedo seketika terdiam, 'saudaranya' ... apakah itu berarti–ada ciptaan Rhinedottir lainnya di Inazuma? Albedo cukup bingung. "Seperti apa ... wujudnya? Mirip sepertiku?"

"Bukan, bukan homunculus seperti kita! Tapi, mereka adalah Rifthound!" jawabmu dengan senyuman lebar, kamu mengagumi mereka sebagai 'saudara'-mu, sebab, kalian diciptakan oleh sosok yang sama. "Yah–meski pada akhirnya mereka menyerangku, jadi aku terpaksa menyerang beberapa dari mereka, hehe!"

"Oh–maksudmu monster-monster itu." Albedo mengangguk pelan, ada rasa lega dalam hatinya. Setidaknya, hanya tersisa satu ancaman; Albedo 'palsu' yang merupakan karya gagal Rhinedottir. "Kupikir homunculus ...."

"Apakah Albedo-nii terganggu soal homunculus oleh sebab 'dia' yang berada dalam perut Durin sudah bangkit?"

Albedo tersentak ketika mendengar pertanyaanmu. "Bagaimana kau bisa tahu?"

"Aku sudah bertemu dengannya."

"Kau bertemu dengannya?" Albedo mengulangi pernyataan mu dengan tatapan tak percaya, ia meletakkan cangkirnya di atas meja kemudian segera menghampirimu yang masih duduk manis. Ia meletakkan tangannya di bahumu, netra birunya berhadapan langsung dengan netramu. "Apa yang dia lakukan padamu?"

"Kau diserang? Apa dia berusaha mencelakaimu?"

Kamu menggelengkan kepalamu guna meredakan kekhawatiran Albedo. "Tidak, Albedo-nii. Aku hanya berpapasan dengannya, kupikir itu nii-san, setelah kusapa kami hanya berbincang-bincang sebentar lalu dia menyuruhku pergi ke kemah."

"Syukurlah ... aku lega kau tidak diapa-apakan oleh dia." Albedo menghela napas lega, kemudian ia kembali memandangmu lekat-lekat. "Mulai sekarang ... kau tidak boleh jauh-jauh dariku, (Name)."

Kamu mengernyit keheranan. "Kenapa?"

"Sebab, ia bisa menyamar dengan 'sempurna'. Suatu saat, ketika ada situasi di mana kita berkumpul–aku khawatir, kau takkan bisa membedakan aku dengannya."

Senyuman lebar terulas di bibirmu, kamu tahu betul kalau kakakmu itu khawatir. Pada akhirnya, kamu memeluk kakakmu yang sedikit gemetar itu, dan berkata dengan yakin di telinganya, "Jangan khawatir! Aku percaya aku bisa mengetahui Albedo-nii yang asli! Tapi–tentu saja aku akan menuruti untuk tidak jauh-jauh darimu, nii-san!"

"Terima kasih, (Name)." Senyuman lembut terulas di wajah kakakmu itu.

***

"Albedo-nii!"

Albedo menatapmu ketika kamu menghampirinya, kamu hendak memberikan beberapa obat-obatan herbal padanya, tatapan khawatir tersirat di matamu. "Jangan memaksakan diri ... aku khawatir Albedo-nii belum sepenuhnya sembuh."

"Kemarin ... 'dia' menyerang nii-san di bagian yang vital, kan? Uhh ... sebaiknya Albedo-nii kembali ke Mondstadt saja untuk dirawat, daripada menetap di Dragonspine begini."

Albedo hanya tersenyum manis dan mengusap-usap pucuk kepalamu. "Tidak apa-apa, (Name). Regenerasiku cukup cepat, kok. Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku."

"Tak perlu cemas, sekarang 'dia' sudah tidak ada, bukan? Setidaknya, takkan ada yang menyerangku sekarang."

"Uhh, ya sudah. Obatnya jangan lupa diminum, ya? Aku sudah jauh-jauh ke Liyue untuk meminta racikan obat dari dokter terkenal di sana." Kamu meletakkan obatnya di atas meja, kemudian berbalik untuk meninggalkan kemah kakakmu itu. "Aku pergi dulu ke Starsnatch Cliff, menurut dokter itu bunga cecilia juga bisa mempercepat penyembuhan."

"Maaf aku jadi merepotkanmu. Sampai jumpa nanti, (Name)." Albedo melambaikan tangannya dan kamu membalas lambaian tangannya, kemudian kamu segera pergi dari situ.

Tanpa kamu sadari, 'Albedo' menyeringai tipis di dalam kemahnya. Ia menahan tawa sekuat mungkin yang ia bisa–sebab, tak ia sangka rencananya akan berjalan semulus ini, benar-benar mulus; sampai-sampai ia sendiri juga tidak percaya.

Rencananya berjalan dengan sempurna, bahkan ikatan saudara pun takkan bisa membongkar identitasnya. Tawa sarkas meluncur begitu saja dari bibirnya.

"Kau lihat, 'Albedo'? Aku berhasil menjadi dirimu dengan sempurna. Kedudukanmu, gelarmu, teman-temanmu, bahkan adikmu yang kau sayangi ... semuanya menjadi milikku."

End of Albedo's Part

HEWWO HEWWOO!
Kembali lagi dengan Rashi! Setelah sekian lama, akhirnya Rashi update lagi EHEEEE. Maaf ya udah buat kalian nunggu lama ;;;;;;;

Gimana dengan chapter kali ini? UPS maaf Rashi buat sad ending lagi, ampunin Rashi yah :( Tadinya mau buat happy happy, tapi berhubung di event kemarin ceritanya tentang backstory Albedo ... jadi ya, akhirnya inilah hasilnya EHE!

Makasih banyak yang udah setia menunggu kelanjutan book ini, padahal Rashi updatenya lama banget AHAHAHAHA :'D Jangan lupa tinggalkan jejak yaaa, vote atau komen, dua-duanya lebih bagus!

See ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro