Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Tamatlah Riwayatku

Para prajurit langsung menarik Ana ke batu besar yang biasanya dipakai sebagai tempat pembunuhan para korban.Tamatlah riwayatku, pikir Ana.

00.00 WIB. Titut titut! Titut titut! Titut titut! “Bunyi apa itu?” tanya Roar yang sudah bersiap di sebelah Ana.

“Alarm jamku, menandakan ini sudah tengah malam,” jawab Ana pelan.

“Baiklah, karena bulan sudah berada tepat di atas kepala kita, sebaiknya kita mulai saja upacaranya!” suara Roar terdengar tegas ke seluruh penjuru, hal ini membuat para pengikutnya berteriak kegirangan, dan tau-tau saja, mereka sudah asyik membaca mantra.

Sebenarnya Ana berbohong. Ia menyetel jam tangannya lebih cepat 1 menit dibanding waktu asli yang seharusnya masih menunjukkan pukul 23.59 WIB. Sejak alarm itu berbunyi, Ana sudah menghitung mundur, “..., 5..., 4..., 3..., 2...” tiba-tiba saja ada cahaya hitam pekat yang menerpa wajahnya, karena cahaya hitam itu, Ana mendadak jadi buta. “Kenapa ini? Kenapa mendadak semua yang kulihat menjadi gelap?” pikir Ana. Belum lagi, badannya terasa ditusuk – tusuk oleh ribuan jarum yang tidak bisa dilihatnya, dan ubun – ubunnya terasa terbakar. Seakan – akan, roh nya di tarik untuk keluar dengan paksa, padahal yang berkuasa belum menghendaki.

Ana hanya bisa merasakan rasa sakit yang luar biasa tanpa bisa berteriak, karena saat dibaringkan di batu besar itu, mendadak badannya jadi kaku semua. Bahkan bibirnya pun tak bisa ia gerakkan.

“Terlambat Roar!”teriak Dimas lalu segera menancapkan pecahan kaca yang masih menempel darah segar milik Ana ke saku celananya dengan kuat.

Tiba-tiba saja Roar berteriak dengan penuh kesakitan, “AAAAAAAAA!!!!!!! AAAAA!!!!!! APA YANG TELAH KAU LAKUKAN, BOCAH TENGIK!” maki Roar di tengah rasa sakitnya.

“Kau lupa? Bahwa hanya dengan setetes darah keturunan raja, kristal itu menjadi sangat mudah untuk dihancurkan?” Dimas tersenyum penuh kemenangan.

Tiba-tiba saja, tubuh Ana bisa bergerak lagi. Tanpa membuang banyak waktu, Ana mengambil bambu kuning yang ia sembunyikan di balik punggungnya dan menancapkan bambu kuning yang runcing itu ke dada sebelah kiri Roar.

“AAAAAAA!!!!” terdengar suara kesakitan dari mulut Roar.

Belum cukup menancapkan bambu itu, Ana menendang bambu yang sudah tertancap di dada kiri Roar. Akibatnya, bambu itu makin masuk ke dalam tubuh Roar, dan bambu itu sudah tidak terlihat lagi. Karena seluruh bamboo tersebut sudah masuk menembus jantung Roar.

Jika Roar adalah seorang manusia, sudah pasti ia akan mati detik itu juga, karena jantungnya pasti sudah terluka parah. Tanpa disangka – sangka, kematian seorang siluman adalah ditandai dengan tubuhnya yang mulai berubah menjadi abu, dan menghilang.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro