Prolog
Sebentar lagi libur akhir semester akan segera tiba. Setiap siswa yang ada di SMA Goldiani tengah sibuk merencanakan liburan mereka, apa lagi ujian akhir semester telah usai. Semua orang tengah sibuk memikirkan bagaimana cara menghabiskan waktu liburan yang jarang-jarang ini.Saat itu anak kelas X-IPA 3 sedang sibuk membersihkan kelas mereka, agar saat pembagian rapot nanti, kelas mereka terlihat bersih.
"Tir, liburan nanti lo mau pergi kemana?" tanya Trisna yang sedang menyapu di sebelah Tirta.
"Emm... gue sih belum ada rencana sedikitpun Tris," jawab Tirta sambil terus menyapu. Ia mengalihkan pandangan ke arah Putri yang tak jauh darinya. Kelihatannya ia sedang sibuk mengelap jendela dengan kain basah, "Put, liburan ini lo pergi kemana?"
Putri menghentikan kegiatannya dan menengok ke arah Tirta, "gak tau deh ya, paling-paling di rumah aja," jawab Putri enteng.
"Wah-wah... pada bingung mau liburan kemana ya?" tanya Indah yang tengah berjalan ke arah mereka. "Bagaimana kalau kita, anak kelas X-IPA 3, liburan bareng?" usul Indah.
"Emang mereka semua pada mau?" Trisna ragu kalau usul Indah akan diterima oleh seluruh teman - temannya.
"Iya. Memangnya lo udah cari tempatnya dimana?" tanya Tirta.
"Belom sih..." Indah tersenyum penuh arti, "kalo masalah tempat, gue rasa ada orang yang tau dimana tempat liburan yang spesial. Soalnya tahun depankan belum tentu kita sekelas lagi," Indah memandang Tirta dan Trisna secara bergantian.
"Terus masalah transportnya?" tanya Putri yang tengah bergabung dengan Indah, Tirta, dan Trisna.
"Gampang... kalo masalah transport itu gue sama Bayu yang urus," jawab Indah dengan entengnya. "Jadi gimana? Kalian mau nanya ke teman-teman apa enggak? Mumpung masih ada semua di kelas nih. Nanti abis bersih-bersih pasti pada kabur gak jelas, terus orang yang tau tempat liburan yang bagus bakal ngilang duluan dan pasti susah dicarinya."
Mereka saling pandang satu sama lain. Dan semuanya mengangguk setuju. "Oke, gue akan tanyain ini sekarang," Tirta langsung melangkah ke depan kelas.
Tirta berdiri tepat di belakang meja guru, memukul-mukul meja dengan penghapus papan tulis, TOK! TOK! TOK! "perhatian semua!" ujar Tirta dengan suara lantang. Semua orang langsung menghentikan kegiatannya dan memandang ke arah Tirta.
"Teman-teman, liburan kali ini, kalian punya acara yang penting gak? Kalo gak ada, bagaimana kalau kita mengadakan acara liburan bersama?" ujar Tirta masih dengan suara lantangnya.
"Lah, dadakan banget Tir," ujar Ana dengan suara yang cukup keras, karena ia sedang berdiri di belakang kelas. "Emang lo udah cari tempatnya?" Ana mulai berjalan maju agar ia tidak perlu berbicara dengan suara yang keras.
"Kalo masalah tempat mah gampang Na, lo kan tau tempat-tempat asik buat liburan," jawab Indah yang ada di sebelah Tirta.
Ana duduk di bangku deretan ke dua yang ada di baris ketiga memandang Indah dengan alis berkerut, "hah? Kok gue?" tanya Ana bingung. "Yang mau liburan siapa... yang repot siapa. Memangnya gue mau ikutan acara ini? Yakin banget lo kalo gue mau ikut?" Ana melipat kedua tangannya di depan dada sambil bersender di kursi.
"Ya ampun Na, gue tau lo pasti bosen liburan di Jakarta kan? Dan gue yakin banget kalo lo pingiiinn... banget liburan ke tempat yang sejuk, penuh pepohonan, penuh dengan pemandangan yang indah, dan tenang. Iyakan?" tebak Indah.
"Sok tau lo. Lagi pula, liburan kali ini gue udah punya rencana pergi ke Surabaya," ujar Ana.
"Baru rencana kan? Udah... batalin aja," bujuk Indah.
Ana melotot ke arah Indah, "eh, enak aja lo ngomong! Sembarangan banget Ndah. Gue itu udah mesen tiket dari jauh-jauh hari, kalo gue batalin, gue yang rugi dong? Kalo tiketnya gue balikin, uangnya baru cair sebulan kemudian, belum lagi dipotong 25%, kan lumayan Ndah, 25 persen!" kata Ana sedikit ngotot.
"Udah, kalau masalah itu, nanti kita omongin berdua, ok? Yang penting lo harus ikut acara liburan kali ini," paksa Indah.
"Pokoknya gue gak mau jadi pihak yang dirugikan," kata Ana pelan.
"Ya sejak kapan lo mau rugi?" kata Tirta dengan suara keras. "Lo kan maunya untung terus."
Mendengar perkataan Tirta, Ana langsung nyengir.
"Terus masalah transportnya bagaimana?" tanya Meli.
"Masalah transportasi, gue serahin ke Indah dan Bayu, dan soal tempat gue serahin ke Ana," jawb Tirta.
"Total biaya yang harus kita bayar berapa Tir?" tanya Vero.
"Total biaya yang harus dibayar untuk perorangan akan dibahas besok. Intinya kita cuman punya waktu 5 hari, jadi kalau biayanya sudah ditentukan, usahakan kalian harus cepat-cepat membayarnya," kata Tirta panjang lebar.
Saat sedang asik-asiknya membahas rencana liburan, tiba-tiba ada orang yang menyahuti omongan mereka. "Wah, ada apa ini? Kok kayaknya seru sekali?" tanya pak Eka, salah satu guru di SMA Goldiani. Entah sejak kapan ia berdiri di depan pintu kelas.
"Iya, kayaknya kalian lagi rapat ya? Rapat apa sih? Kayaknya seru banget," sambung pak Ubai yang berdiri di belakang pak Eka. Ia juga termasuk guru di SMA Goldiani ini.
"Ih bapak, mau tau banget ya?" Ana menunjukkan wajah jahilnya.
"Pak Ubai! Pak Ubai! Kita mau ngadain liburan bareng-bareng loh, bapak ikut yah!" ajak Trisna dengan semangat.
"Wah, yang diajak pak Ubai doang nih? Pak Eka enggak?" tanya pak Eka dengan memasang wajah bercanda.
"Bapak kalau mau ikut ya ikut aja pak," jawab Indah. "Biar ada orang dewasa yang ngejagain kita," lanjutnya.
"Iya pak, kalau bapak ikutkan kita jadi punya alasan ampuh biar diizinin sama orang tua. Hahaha!" canda Ana.
"Dasar Ana," Retno menggeleng-gelengkan kepalanya, "kapan otak licik lo itu ilang, Na... Na...," lanjutnya.
"Kalo gak licik, lo bakal dilicikin orang lain," Ana tersenyum miring ke Retno.
"Pak Eka sama pak Ubai serius mau ikut?" tanya Tirta. "Kalau bapak mau ikut, besok akan kami beri tau informasi selanjutnya."
"Bagaimana pak?" tanya pak Ubai.
"Kalau biayanya gak terlalu mahal, dan tempatnya bagus, ya bapak mau ikut," jawab pak Eka.
"Ya sudah Tirta, pak Ubai sama pak Eka mau ikut," kata pak Ubai.
"Nanti kontek-kontek kita ya Tir, buat masalah biaya," setelah pak Eka berkata seperti itu, kedua guru tersebut pergi meninggalkan kelas
.***
Saat Ana sedang sibuk di kamarnya untuk mencari info tentang vila yang murah dengan pemandangan yang indah. Tiba-tiba laptop Ana berbunyi, menandakan ada sebuah e-mail masuk. Melihat isi e-mail tersebut, mendadak Ana tersenyum miring sambil terus membaca isi e-mail tersebut.
***
Harap maklumi karya adek yang satu ini. Dia sudah berusaha keras untuk belajar membuat cerita :')
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro