Dimulainya Mimpi Buruk
Malam yang dingin membuat hampir setiap orang ingin lekas mengakhiri hari. Di vila no.12A terlihat para penghuninya telah terlelap. Di tengah gelapnya ruangan, terlihat seorang gadis berambut panjang yang sedang menyisir rambutnya sambil bersenandung di depan meja rias kamar.Trisna, teman sekamarnya merasa terganggu dengan suara aneh yang keluar dari mulut Kathrin. Dia memutuskan untuk bangun dari tidurnya, lalu menegur Kathrin, "Kathrin, lo ngapain sih nyisir malem-malem sambil nyanyi-nyanyi gak jelas gitu?"
Kathrin tidak menanggapi perkataan Trisna, ia terus saja menyisir rambut panjangnya sambil terus bersenandung."Kathrin, kok diem aja?"Lagi-lagi Kathrin tidak menjawab perkataan Trisna. Dia masih sibuk dengan rambut panjangnya.
Trisna pun mulai kesal, "Kathrin!"
Mendadak gerakan Kathrin terhenti, dan tiba-tiba saja Kathrin menangis.Mendengar Kathrin menangis, perlahan Trisna menghampiri temannya itu. "Kathrin, kenapa... kok nangis?"Perlahan... tangisan itu berubah menjadi tawa. Tawa yang sangat menyeramkan. Tawa yang membuat siapa saja akan bergidik mendengarnya.
Trisna yang telah menyadari ada hal yang tidak beres dengan Kathrin, ia langsung berteriak, dan lari keluar kamar.
Pintu kamar sebelah terbuka, terlihat Icha yang masih mengantuk keluar dari kamarnya, "ada apa sih Trisna? Berisik banget," Icha mengucek-ngucek matanya yang masih lengket.
Trisna tidak bisa berkata apa-apa, bibirnya terasa kaku, ia hanya menunjuk-nunjuk ke arah pintu kamar yang tertutup.
"Apaan sih, gue gak ngerti."
Trisna menarik nafas panjang, lalu menghembuskannya, "Ka-Kathrin, di-dia nyanyi – nyanyi gak jelas. Te-terus, lama – lama di-dia ketawa," kata Trisna dengan suara tergagap. Trisna menarik napas panjang untuk menenangkan dirinya, "tawanya begitu menyeramkan. Aku rasa, dia kesurupan."
"Apa!?" Icha terkejut mendengar perkataan Trisna. Segera ia membangunkan temannya, Annamali untuk memintanya memanggil guru kemari.
Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya pak Eka dan penjaga vila ini datang. Mereka segera menuju kamar Kathrin untuk menenangkan Kathrin yang kedengaran seperti mengamuk.
Benar saja, saat pak Eka dan si penjaga vila itu masuk, terlihat Kathrin yang sedang mengobrak-abrik barang-barang. Matanya terlihat merah, tatapannya tajam, dan begitu liar. Bicaranya juga tidak jelas. Dia bilang, dia mau bebas, dia tidak mau terkurung di tempat yang tidak jelas seperti ini.Pak Eka yang saat itu telah membawa Al-Qur'an, langsung membacakan ayat kursi dan surat yasin. Sementara si penjaga vila itu memegangi tubuh Kathrin yang dari tadi terus memberontak.
Setelah itu, Kathrin terlihat sedikit tenang, lalu ia tersenyum dengan alasan yang tidak jelas. "Percuma lo baca begituan! Kalo itu doang sih, gue juga afal kali!" bentak Kathrin dengan suara yang bukan miliknya.
"Aduh mas, bagaimana ini? Anak murid saya belum sadar juga?" kata pak Eka khawatir.
"Coba bapak ambil air minum, lalu airnya di beri doa-doa," saran penjanga vila itu.
"Anak-anak, tolong ambilkan bapak minum!" perintah pak Eka.
Trisna segera menuju ke dapur untuk mengambil segelas air minum, setelah itu ia kembai ke kamar, dan menyerahkan gelas itu ke pak Eka.
"Trima kasih Trisna." Pak Eka lalu membcakan doa-doa ke dalam air minum tersebut, dan berusaha membuat Kathrin menelan air itu. Namanya juga setan, pastilah ia menolaknya mati-matian. Tapi untungnya, Kathrin bisa juga menelan air tersebut, dan tak lama kemudian Kathrin pun pingsan.
"Kathrina, kamu tidak apa-apa?" tanya pak Eka dengan wajah cemas.
"Tidak apa pak, dia hanya pingsan saja. Nanti juga akan sadar kok," ucap Dimas.
"Ya sudah kalau begitu, kita biarkan saja dia istirahat," pak Eka merasa lega mendengar pernyataan Dimas barusan.
"Nah anak-anak, urusannya sudah selesai kan? Bapak sama mas Dimas mau kembali tidur. Kalian juga tidur ya?" pak Eka turun dari tempat tidur, dan mulai berjalan keluar.
"Tapi pak, saya masih takut," Trisna tidak berani mendekat ke tempat tidurnya.
"Kenapa? Trisna mau di temenin sama bapak?" goda pak Eka.
"Ih pak Eka mah, orang lagi tegang malah di bercandain," Trisna pura-pura cemberut.
"Ya sudah, bapak balik dulu ya?""Iya pak," jawab keempat anak itu dengan kompak.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro