Belum Punya Rencana
Di saat Ana dan Putri sedang sibuk menyusuri kemana arah jalan bawah tanah itu berakhir, Tirta dan teman - temannya sedang sibuk mencari cara untuk keluar dari vila terkutuk ini.
"Bagaimana cara kita keluar dari vila ini?" tanya Marsyah saat ia dan teman - temannya tiba di vila no. 12A.
"Hmm... gimana ya?" gumam Tirta. Sepertinya ia juga kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan selanjutnya.
"Tir, jangan bilang kalau lo belum punya cara buat membebaskan kita dari sini?" kata Trisna.
"Kalo boleh jujur ya... saat ini gue emang belum menemukan cara yang tepat untuk kita keluar dari sini tanpa ketahuan," jawab Tirta jujur.
"Terus Tir, buat apa lo membangunkan kita semua untuk pergi dari sini?" tanya Retno.
"Tugas gue cuma membebaskan kalian saja, tapi untuk mengeluarkan kalian dari sini, gue belum punya cara yang tepat," kata Tirta dengan suara yang pelan. Ia takut, teman - temannya akan kecewa karena mendengar hal ini.
"Tau gak, keadaan kita yang sekarang itu, seperti yang ada di film - film horor. Terjebak di vila berhantu, tidak bisa keluar, dan akhirnya beberapa dari kita akan mati karena berkorban demi temannya," kata Lena dengan tampang putus asa.
"Hush! Lena, jangan ngomong sembarangan!" tegur Ratna.
"Tau nih Lena, pesimis banget sih jadi orang," kata Icha.
Kressek, kressek.
"Suara apaan tuh?" kata Indah yang membuat keadaan mendadak tegang.
"Oh... suara itu? Suara yang barusan kalian dengar tadi, dari alat komunikasi gue sama yang lainnya," Tirta mengeluarkan walkie talkie yang ada di saku celananya.
"Tes! Tes! Tes! Rika? Tirta?" terdengar suara Ana dari walkie talkie tersebut.
"Iya, Tirta di sini," jawab Tirta. Tak lama kemudian terdengar suara Rika menjawab panggilan Ana, "Rika di sini."
"Kalian sudah membangunkan mereka semua?" tanya Ana.
"Sudah," jawab Tirta.
"Sudah," jawab Rika.
"Baiklah, jika kalian belum menemukan jalan keluar dari vila, aku akan memberitahu kalian bagaimana cara keluar dari vila ini dengan keadaan hidup - hidup," kata Ana. "Yah... walaupun kalian akan mengalami lecet - lecet sedikit sih gak papa ya, dari pada gak selamat sama sekali," sambung Ana.
"Na, serius dong!" tegur Putri yang suaranya turut terdengar dari dalam walkie talkie.
"Hehehe, baiklah," Ana berhenti bicara sejenak untuk menarik napas. "Kalian tahu kan aula vila?" tanya Ana.
"Iya," jawab Tirta dan Rika kompak.
"Di sekitar aula itu ada ruangan tempat para pesuruh vila menyimpan alat - alat kerja mereka, kalian masuk saja ke ruangan itu. Pergi ke balik rak buku, lalu cari sebuah tombol untuk membuka sebuah pintu rahasia, setelah pintu itu terbuka, kalian telusuri saja jalan itu, nanti di tengah perjalanan akan ada makhluk jelek yang akan menuntun kalian keluar dari jalan itu. Oke! Dan jangan lupa untuk berhati - hati dengan para penjaganya." tanpa menunggu tanggapan dari yang lainnya, Ana langsung memutuskan sambungan.
"Nah, teman - teman, ayo!" Tirta mulai berjalan keluar dari vila no. 12A.
***
Tidak mudah bagi Tirta untuk memimpin 15 orang menuju tempat yang cukup jauh. Terutama ia juga harus berhati - hati terhadap para penjaga yang sewaktu - waktu bisa menangkap mereka. Sungguh melelahkan. Bahkan berkali - kali mereka hampir ketahuan dengan para penjaga. Untungnya Tirta cukup cerdik untuk menghadapi masalah tersebut.
Sampailah rombongan Tirta di depan pintu gudang dekat aula. Setibanya disana, ia bertemu dengan rombongan Rika. "Kalian cepat sekali sampainya, bukankah vila no. 16 dan 17 berada jauh di atas sana?" tanya Tirta.
"Aku tinggal di sini lebih lama dari mu, pastilah aku tahu jalan pintas menuju sini," jawab Rika. "Ayo masuk!" ajak Rika.
Rika dan Tirta masuk terlebih dahulu untuk mencari dimana tombol rahasia itu terletak, setelah jalan rahasia itu terbuka, teman-teman Tirta pun langsung masuk ke dalam.
"Sekarang, apa yang harus kita lakukan?" tanya Tirta.
"Kita ke vila yang ada di atas untuk mencari tahu keberadaan mereka," Rika mulai melangkah ke luar gudang.
"Tunggu dulu, memangnya mereka tidak menjaga vila di bagian atas?"
"Kalau mereka menjaga vila ini dari atas, mungkin kita sudah ketahuan dari pertama kita keluar vila," jawab Rika sambil tersenyum. "Ayo!"
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro