[FlashFic] Pertemuan dalam Selimut Salju
Cerita lepas Unseen Mysteries
Couple pairing: Chici x Jason
✿ | ❀ | ✿
Selain kuping dan ekor serigala putih yang absen, semuanya masih sama. Mata bulat dengan iris oranye dan rambut sebiru langit pada siang hari yang cerah. Tidak salah lagi, gadis itu adalah orang yang sama dengan yang Jason temui bertahun-tahun silam kala dirinya bahkan belum menginjak umur sepuluh tahun.
Saat itu, kepingan salju mungil yang tak terhitung jumlahnya tengah menghujani Negeri Angin. Jason harusnya berada di dalam kereta kuda bersama orang tua dan kakak perempuannya. Namun, ketika mereka turun sebab terjadi longsor di depan, langkah kaki Jason justru membawanya ke dalam hutan.
Bukan tanpa alasan Jason kecil masuk ke dalam hutan tersebut. Saat turun dari kereta, pandangannya yang menyapu sekeliling menangkap figur semungil dirinya; seorang gadis kecil. Pakaian musim dinginnya serba biru, senada dengan rambutnya. Kelihatan dingin, berbanding terbalik dengan netra oranye yang bergetar takut.
Tanpa ba-bi-bu, Jason kecil mengambil langkah ke arahnya, tetapi gadis kecil itu lebih dulu kabur. Jason kecil kemudian berlari menyusulnya, berpikir bahwa anak sebayanya itu sedang ketakutan dan membutuhkan pertolongan. Lebih lagi, orang dewasa mana yang membiarkan anaknya berkeliaran di hutan seorang diri pada musim salju itu?
Tak lama kemudian, saat kehilangan jejak gadis kecil, barulah Jason kecil sadari bahwa dirinya tersesat. Jejak sepatu yang sudah lama tercetak di atas salju telah hilang. Jason kecil tidak tahu harus ke mana. Semuanya kelihatan sama.
Niatnya menunggu agar ditemukan oleh siapa pun, entah itu ayah, ibu, atau kakak perempuannya. Tak disangka-sangka, yang muncul justru gadis kecil tadi. Pucuk kepalanya yang dihiasi kuping serigala putih menyembul dari balik batang pohon.
"K-kamu...," Jason tergagap. Tangannya yang gemetaran karena embusan angin dingin terangkat dengan telunjuk mengarah pada si gadis. "Ras serigala putih?"
Si gadis terperanjat, kembali menyembunyikan diri sepenuhnya di balik batang pohon yang berdiri kokoh. Meski demikian, ekor kecilnya yang melambai-lambai gelisah sesekali kelihatan.
Jason kecil mendekati pohon tersebut sambil mengeratkan kaitan jubah merahnya. Masih terkagum-kagum, dia mengintip, memperhatikan gadis itu dengan saksama. "Keren...," gumamnya dengan mata berbinar.
Kala itu, si gadis tampak begitu mungil dan rapuh. Matanya jelalatan, berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari kontak mata dengan Jason kecil. Kuping serta ekor serigala putihnya berdiri tegak ketika dia menyadari bahwa jarak di antara mereka telah dikikis oleh si anak laki-laki.
Hari itu, di bawah guguran salju, perawakannya seolah-olah berteriak meminta perlindungan. Namun, sekarang, pada pertemuan kedua mereka yang Jason kira tidak akan pernah datang, gadis itu berdiri tegap. "Ada perlu apa?" tanya gadis itu dengan muka lempeng.
Jason mengerjap-ngerjap. Remaja laki-laki itu tanpa banyak pikir sudah menghampiri gadis itu, lagi. "Anu ... aku tersesat?"
Gadis di hadapannya mengernyit. Semula dia mendongak untuk bertukar tatap, lalu pandangannya turun pada tangan kanan Jason yang menggantung di sisi tubuh, baru kembali mendongak. "Kau punya buku panduan murid baru. Di dalamnya ada denah akademi."
Meski dalam hati merutuki diri sendiri, Jason tetap memasang senyum ramah yang mudah-mudahan tidak kelihatan kikuk. "Aku tidak terlalu pandai mengikuti peta. Kamu anak kelas 1 Angin juga, bukan?"
"Ya."
"Kamu masuk kelas mana? Aku kelas B."
Ada jeda sejenak sementara tatapan mereka beradu, kemudian gadis itu memalingkan wajah dan membalikkan badan. "Sama."
Spontan Jason cengar-cengir, katanya, "Pas sekali." Dia kemudian beranjak ke sisi gadis tersebut. Badannya sedikit membungkuk saat bertanya, "Mau langsung ke kelas?"
"Iya," jawabnya terus mulai melangkah.
Jason mengikuti dengan tangan kiri dimasukkan ke dalam saku celana. Tak hentinya dia berseru kegirangan atas pertemuan ini. Baiklah, kesan pertamanya memang bodoh, tetapi itu masih bisa diperbaiki. Lagi pula, mereka akan bersekolah di Eagle Diamond Academy selama enam tahun.
Mudah-mudahan akan selalu satu kelas, harap Jason. Kalau tidak juga tak apa karena mereka sesama Wind Caster.
Koridor ramai tidak hanya oleh murid baru, tetapi juga para senior tingkatan dua dan tiga. Walau demikian, tetaplah hening di antara Jason dan gadis itu. Masih sama seperti pada pertemuan pertama mereka, dia pendiam dan hemat dalam berkata-kata. Maka dari itu, Jason menyimpulkan bahwa memang harus dia yang berinisiatif.
"Hei, kita belum berkenalan," ujarnya menarik atensi si gadis untuk sesaat. "Namaku Jason Bellamy. Panggil saja Jason, jangan Bella atau Lamy."
Jason kira gadis itu kalau tidak tertawa, minimal akan tersenyum. Namun, ekspresinya masih saja datar. "Aku Thania Merichi. Panggil saja sesukamu," balasnya dengan pandangan fokus ke depan.
Sepertinya ada perjalanan panjang yang harus Jason tempuh demi meruntuhkan dinding si gadis. Dia juga masih bingung harus memanggilnya apa sampai-sampai obrolan terhenti di situ. Sepanjang sisa perjalanan menuju kelas 1-B Angin, Jason malah terlarut dalam pikiran, menimang-nimang nama panggilan mana yang bagus.
"Hei, kupanggil Chici, boleh?" tanya Jason saat mereka sudah menempati bangku kosong di pojok kiri belakang dekat pintu.
Chici yang hendak merebahkan kepalanya di atas lipatan tangan menoleh. Alisnya tertekuk kala mata mendapati bahwa Jason memilih untuk menduduki bangku di sebelahnya dari sekian bangku yang masih kosong di kelas.
"Eh, tidak boleh, ya?"
Ekspresi Chici melunak setelah dia menggelengkan kepala. "Enggak apa. Santai saja," ucapnya seraya membenamkan wajah di atas lipatan tangan. Samar dan nyaris ditelan riuhnya kelas, tetapi telinga Jason masih bisa menangkap apa yang Chici katakan setelahnya.
"Senang bertemu denganmu."
Senyum manis mengembang pada wajah Jason dan dijamin anak perempuan mana pun akan luluh hatinya. Dia harap Chici mau mengangkat kepalanya lagi sekarang, bukan agar hatinya turut luluh, tetapi karena Jason ingin melihat wajahnya lebih lama lagi.
✿ | ❀ | ✿
Clou's corner:
Kata Om Gugel, kalau 750 sampai 1.000 kata masih masuk flashfic, belum cerpen.
Aku lagi butuh yang manis-manis, tolong.
03-08-2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro