Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[CerMin] Segitiga di Lautan Persegi

Berbeda dari yang lain, orang aneh, sinting, dan masih banyak lagi sebutan yang Luck terima dari orang-orang sepanjang hidupnya, bahkan dari ibunya sendiri. Itu semua hanya karena senyuman.

Memang benar, seringkali dia tersenyum pada saat yang tidak tepat, tetapi bukannya mereka keterlaluan? Ya, bisa jadi. Namun, seiring waktu berjalan, seiring anak laki-laki itu tumbuh dewasa hingga menginjak usia layak untuk masuk perguruan tinggi, dia mulai terbiasa.

Hari itu langit sedang bersedih. Warna dunia seakan luntur. Meski demikian, senyum Luck masih terlukis, bahkan saat dia kehujanan tanpa payung atau tempat berteduh untuk berlindung.

Bukannya bergegas mencari pohon rindang atau teras, dia justru berjalan santai. Dalam hatinya dia berharap agar petir turun menyambar bumi. Pastinya akan membawa bencana, tapi menurut pemuda itu, langit akan terlihat keren dengan hadirnya petir.

Orang-orang di sekitar juga yang berlalu dalam kendaraan menatapnya heran. Sedikit adapun yang mengasihani, tetapi tak ada yang tergerak untuk membantu. Sudah biasa, Luck pikir. Siapa juga yang akan membantu orang aneh seperti dirinya?

Jawaban dari pertanyaan yang menurutnya tidak butuh jawaban itu datang tanpa diduga.

"Kamu ngapain hujan-hujanan? Mana kelihatannya kayak nggak ada niat neduh lagi."

Luck menoleh ke belakang. Kali ini senyumnya luntur sebab terkejut. Rintik hujan tak lagi membasahinya berkat seorang gadis pendek yang aneh sekali mau memayungi orang asing yang berjalan di trotoar.

"Heh, kenapa pasang muka begitu? Biasanya juga kamu senyum-senyum," ujar gadis itu dengan satu tangan ditaruh di pinggang. Wajah bulatnya yang dihiasi bingkai kacamata tampak begitu dekat.

Jarang sekali Luck berhadapan dengan orang dalam jarak sedekat itu. Si gadis yang tiba-tiba datang itu penuh akan keanehan, juga membawa hal-hal baru bersamanya.

"Kamu siapa?" Senyum Luck kembali merekah. Bukan karena senang, hanya refleks.

"Cherine, maba semester 2. Kita satu fakultas."

Hari itu, di bawah tangis langit, Luck menemukan bunga kecil yang lucu. Satubunga yang berdiri tegak menghadapnya di antara hamparan bunga yang entah menunduk atau memalingkan wajah darinya.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro