Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[CerBung] Caranya Menjangkaumu

Bagian II

---

Tiap kali aku berusaha menjangkaunya di dunia sana, suaraku diabaikan. Karena itu kali ini aku berusaha keras untuk menampakkan diri di hadapannya. Walau begitu terbatas, hanya bisa muncul menggantikan bayangnya di sana. Dan, sepertinya suaraku tidak sampai. Agak sedih juga kesal, tetapi ini lebih baik daripada diabaikan.

Ah, kalau aku bilang begitu, kesannya jadi dia yang jahat. Padahal aslinya tidak. Dia gadis yang sangat baik dan manis. Alasannya mengabaikanku adalah karena dia tidak tahu bagaimana cara menjawab tanpa disangka hilang akal. Aku juga mengerti kalau suaranya tak akan sampai padaku dari sana.

Kadang aku marah pada semesta, sebab keputusannya untuk memisahkan dua jiwa yang seharusnya bersatu. Ini bukan sisi egoisku yang bersuara. Kami berdua memang dipisahkan. Satu-satunya cara untuk bertemu dan bercakap adalah dengan menyusup ke dalam mimpinya seperti yang sekarang ini kulakukan.

"Aku mau tanya sesuatu," ucapnya, si gadis dari tempat nan jauh.

Aku pun duduk di sampingnya, di atas bangku yang dinaungi pohon beringin. "Tanya aja. Mau cerita atau curhat juga boleh."

Cukup lama dia diam menatapku dengan sorot mata penuh ketelitian, barangkali berusaha mengingat penampilanku yang adalah sia-sia. Dia bahkan tidak akan ingat wajah atau sekadar postur tubuh macam apa yang aku punya.

Bisa saja aku terang-terangan mengatakan hal tersebut padanya, tetapi aku tahu itu akan membuatnya marah. Seorang gadis, apalagi pada masa-masa seperti dia ini, lumayan sensitif. Ditambah, wajahnya saat berusaha keras lucu sekali.

Akhirnya setelah kira-kira satu menit berlalu, dia bertanya, "Kamu ini siapa? Kenapa sering muncul di mimpiku, sampai muncul di kaca lemari pendingin tadi? Terus, suara-suara yang sering kudengar itu kamu?"

"Wah, aku dikeroyok pertanyaan," celetukku sambil mengangkat tangan sejajar bahu seperti orang yang hendak menyerahkan diri pada polisi.

Tidak ada reaksi. Kurasa pertanyaan-pertanyaan tersebut penting sekali baginya sampai dia berusaha keras untuk tidak terdistraksi dengan candaan. Aku pun berdeham, bersiap untuk menjawabnya walau aku sendiri bingung harus memberi jawaban yang seperti apa.

Gadis ini akhirnya sadar kalau dia sedang bermimpi. Waktunya tinggal sedikit, jadi aku tidak boleh menyia-nyiakan usahanya. Namun, apa yang harus kukatakan?

"Siapa aku? Hmn ... aku cuma makhluk yang tinggal di ruang mimpimu. Makanya aku sering muncul," dustaku. Sorot matanya yang begitu polos membuatku merasa sedikit bersalah.

"Kalau soal yang di minimarket sama suara-suara itu?"

Rasanya seperti kena sekakmat. Untunglah aku menyadari kalau ruang sekitar kami mulai buyar. Si gadis ikut terdistraksi. Untuk sepersekian detik dapat kutangkap kepanikan dari air mukanya.

"Belum mau mimpi ini berakhir?" tanyaku dengan suara selembut mungkin. Harapku agar dapat menenangkannya sedikit, tetapi kepanikan itu tampaknya kian menjadi.

Tiba-tiba dia meraih lengan kausku. "Kamu nggak bakal hilang, 'kan?" Gentar dalam suaranya terasa begitu pekat.

Pertanyaan itu hanya kubalas dengan senyuman sebab aku tidak tahu jawabannya. Bisa saja aku tinggal selamanya; sesekali bertandang; atau bahkan kehilangan akses untuk selamanya. Siapa yang tahu? Semesta memang suka bermain-main.

"Jadi, udah jelas kamu bisa dengar aku, ya?"

Gadis itu mengangguk. Bukan lagi ujung kaus yang dia pegang, melainkan lenganku. "Bisa. Aku selalu bisa dengar."

"Kalau begitu, aku nggak bakal ganggu kamu lagi."

"Kok---"

"Sampai jumpa nanti, Kayla," ucapku tepat sesaat sebelum mimpi kali ini berakhir.

Si gadis---Kayla, terbangun di kamarnya. Sementara itu, aku terbangun di tepi mata air, di bawah langit biru yang amatlah cerah.

Semoga dia tidak mengira itu adalah pertemuan terakhir. Aku hanya tidak ingin mengganggu aktivitasnya di sana.

"Ah, dia menangis," celetukku saat mengintip permukaan mata air yang menunjukkan kondisi Kayla. Dia juga baru bangun di sana.

Itu saja yang bisa kulihat sebelum pantulan diriku kembali. Ada air mata juga rupanya.

Selesai


Clou's corner:
Random banget, maap ;^;)

28-09-2024

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro