[CerBung] Aku Ingin Tahu
Bagian I
---
"Kamu bisa dengar aku?"
Itu adalah pertanyaan yang tidak pernah bisa kujawab. Aku memang bisa mendengar; bisa berucap. Namun, jawabanku tak dapat sampai pada sosok semu itu.
Bagaimana caranya agar suaraku sampai? Aku ingin tahu.
Sosok tersebut beserta pertanyaannya yang tak bisa kujawab selalu menghantui di penghujung benak. Meski demikian, hari-hariku sebagai siswa harus terus berjalan.
"Guys, jangan lupa minggu depan ada ulangan harian IPS, ya!" seru si ketua kelas.
Kebanyakan, termasuk aku, hanya menjawab pelan. Cuma si paling ribut di kelas yang dengan penuh semangat menyahut, "Siap, Bos!"
Dengan begitu, kegiatan belajar di sekolah untuk hari ini berakhir. Ada yang langsung pulang, ada yang tugas piket, ada juga yang tinggal untuk sekadar bercakap-cakap dengan teman-temannya. Aku sendiri memilih untuk langsung pulang.
Lelah sekali. Untuk rumahku tidak begitu jauh. Aku hanya perlu naik ojek di depan sekolah sampai di tujuan. Akan tetapi, kali ini aku tidak turun di depan rumah, melainkan di minimarket dekat rumah. Uang jajanku masih ada sisa, jadi kenapa tidak beli sesuatu dulu. Diingat-ingat, sudah lama aku tidak minum yogurt. Aku juga ingin beli camilan.
Santai sekali aku berjalan menuju deretan lemari pendingin tanpa tahu apa yang menungguku di sana. Bukan orang, bukan juga hantu. Pada pintu kaca lemari pendingin tersebut, alih-alih bayanganku justru ada sosok remaja laki-laki di dalam sana.
Tanganku refleks memegang dada di area jantung berada, jaga-jaga bila organ internal itu hendak meloncat keluar. Pandanganku terpaku pada si remaja dalam kaca untuk beberapa saat, lantas aku menoleh ke sana kemari.
Tidak ada siapa pun di lorong ini selain aku. Dan ketika tatapanku kembali mencarinya, dia masih ada di sana, tampak sama terkejutnya denganku. Dia lalu menempelkan tangannya pada kaca di seberang sana, entah di mana itu.
Mulutnya bergerak, mengucapkan sesuatu. Suaranya tidak sampai, tetapi aku bisa membaca gerak bibirnya.
"Hei, kamu bisa dengar aku?"
Pertanyaan yang sama. Aku tidak menjawab, tahu betul suaraku juga tak akan bisa didengarnya.
Perlahan tanganku bergerak dengan sendirinya, berusaha menjangkau tangannya yang masih dia tempelkan pada permukaan kaca. Tentu, yang kurasakan hanyalah permukaan dingin yang rata dan licin. Melihatnya menelengkan kepala, aku pun menggeleng.
Kekecewaan tampak jelas pada wajahnya, wajah yang selalu kukenal, tetapi tak pernah bisa kuingat. Seperti alam bawah sadarku enggan mengizinkan agar sosoknya terekam dalam memori. Barangkali sebab dia tak nyata. Begitu ada orang lain yang masuk ke lorong ini, wujudnya lenyap digantikan oleh bayanganku: seorang gadis SMA pada umumnya.
Pakaian macam apa yang dia pakai? Rambutnya seperti apa? Dua pertanyaan yang hanya bisa kujawab saat berada dalam alam mimpi dan kulupakan jawabannya begitu bangun.
Sampai malam tiba, kejadian di minimarket tadi masih terbayang-bayang. Kenapa dan bagaimana bisa dia ada di sana? Biasanya hanya suara tanpa sumber jelas. Sungguh, banyak hal yang ingin kutanyakan jika kami diizinkan untuk bertemu dalam mimpi.
Semoga aku cukup sadar untuk bercakap dengannya.
Bersambung....
Clou's corner:
Yesh, masih speedrun challenge. Ganti-ganti lapak nulisnya karna yagitu
28-09-2024
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro