Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

28. Dewa Kematian Petama

Dua belas jam berlalu semenjak pertemuan romantisku dengan Idazzi. Aku punya waktu sepuluh menit untuk istirahat sejenak di pantai pribadiku ini. Aku akan berbaring selama delapan menit, lalu dua menit sisanya akan kugunakan untuk menemui Cassandra. Aku ingin memintanya untuk membuat pertemuan di antara aku dan Hadesz. Sudah saatnya bagiku untuk membahas semua hal yang selama ini terus mengganggu pikiranku.

“Apa aku mengganggumu, Nier?”

Ah… suara ini. Dari semua suara yang selama ini selalu menyapaku secara tiba-tiba, suara ini lah yang paling aku benci.

“Sangat, Clint. Aku sedang beristirahat sekarang.”

“Kalau begitu, kau pasti tidak akan keberatan kalau aku juga ikut istirahat di sini.”

Clint langsung berbaring di sebelahku tanpa meminta izinku terlebih dahulu. Sifat seenaknya yang memang tidak akan pernah hilang dari dirinya.

“Mau apa kau datang ke sini? Tidak mungkin kalau kau hanya ingin beristirahat saja. Aku sudah mengenalmu selama sembilan ratus tahun. Jadi, aku tahu semua trik yang kau gunakan untuk memanipulasiku agar mau melakukan semua hal yang kau minta.”

Clint tertawa dengan lepasnya. Tawanya tak seperti Lahika dan Ribelle yang terdengar palsu. Tawanya selalu terdengar nyata bagiku. Bagaimana cara dia melakukannya?

“Aku akan langsung berterus terang padamu, Nier. Aku ingin mengatakan semua hal yang selama ini aku sembunyikan darimu dan kedelapan Dewa Kematian yang lain. Aku tidak ingin kau mengetahuinya dari Hadesz, karena aku tidak mau kau salah paham.”

“Kenapa kau baru mengatakannya sekarang? Apa karena sebentar lagi aku akan menggantikan Hadesz? Perlu kau tahu, Clint. Aku sudah melalui hal semacam ini tiga kali.”

Pertama Zois, kedua Cassandra, dan ketiga Portnosz. Aku awalnya mengira kalau yang keempat akan jadi milik Hadesz, tapi Clint sepertinya berniat untuk merebutnya.

“Zois, Tuan Portnosz, dan Nona Cassandra.”

Aku tidak terkejut kalau Clint bisa menebaknya. Aku tidak meragukan lagi betapa cerdasnya dia. Dia satu-satunya Dewa Kematian yang hanya membaca paragraf pertama dari skenario kematian. Dia selalu menyelidiki sendiri bagaimana kehidupan para targetnya dengan memperhatikan secara detail setiap hal yang berkaitan dengan mereka.

“Lalu, apa yang ingin kau katakan padaku sampai tidak mau membuatku salah paham?”

“Ada sembilan Dewa Kematian selain diriku. Tiga di antaranya dibunuh olehmu, Avandra, dan Idazzi. Sementara enam sisanya, dibunuh olehku.”

Rasa terkejutku menghentak keras, sehingga anti-virusku menetralkannya dengan cepat. Dari kenyataan yang selama ini disembunyikan dariku, kenyataan ini lah yang paling membuatku sangat kesal. Sampai tak kusadari kalau aku sudah duduk di atas tubuh Clint dan kedua tanganku mencengkram kuat kerah jasnya.

“Kalau kau ingin memukulku, silahkan saja, Nier. Kalau itu membuat emosimu mereda, aku akan menerimanya dengan senang hati.”

“Jawab pertanyaanku dengan jujur, Clint. Kalau kau ingin membunuhku, kenapa kau juga harus membunuh Tohka Ono? Kenapa tidak kau biarkan saja dia tetap hidup?”

“Untuk apa aku membuat seorang perempuan yang berselingkuh dari suaminya tetap hidup? Kalau kau ada di posisiku, kau pasti juga membunuhnya, bukan?”

Kekuatan di kedua tanganku memudar secara drastis. Aku sama sekali tak bisa membalas perkataannya, karena aku juga sudah sering membunuh perempuan semacam itu. Aku hanya bisa duduk menatap laut untuk menemukan kembali ketenanganku. Clint bangkit dari baringannya dan ikut duduk menatap laut juga.

“Aku tahu kalau Tohka Ono telah menolong seorang pembunuh kanibal yang sangat sadis. Tapi, seharusnya dia memberikan bantuannya sebatas itu saja. Dia tidak perlu mencintai pembunuh itu juga. Itu hanya akan membuat hal baik yang dilakukannya, perlahan memudar.”

Iya, Clint. Aku tentu sudah mengetahui hal itu. Aku tidak mungkin tidak memahami hal semudah itu. Aku telah jatuh cinta kepada perempuan yang salah. Tapi, apa aku bisa mengulang hidupku kembali? Jelas saja tidak bisa. Jadi, aku tidak mau terpaku memikirkan masa lalu yang sudah tak bisa diubah lagi. Aku juga bisa membuat Cassandra semakin kesulitan menahan emosiku. Tak ada pilihan lain selain merelakannya.

Namun sayangnya, Avandra merubah skenario kematianmu. Alasannya sangat masuk akal, jadi aku tidak bisa menyangkalnya.

Ah… ingatan itu datang di saat yang tepat. Aku memang sangat membutuhkan pengalihan saat ini.

“Kau bilang, kau lah yang telah membunuh keenam Dewa Kematian lainnya. Lalu, bagaimana caramu membunuh Lahika?”

“Lahika? Kenapa kau bertanya tentang Lahika? Aku pikir, kau akan bertanya soal Idazzi atau Tarusanu yang merupakan muridmu.”

“Aku sudah tahu bagaimana skenario kematian Idazzi, karena dia pernah menceritakan bayang-bayang ingatannya sesaat sebelum meninggal kepadaku. Jadi, aku ingin tahu skenario macam apa yang dilalui oleh doppelganger-nya.”

Aku tidak bisa menceritakan soal kondisi Lahika dan Idazzi. Aku tidak tahu apa Lahika sudah menceritakan hal itu kepada Clint atau belum. Kalau ternyata belum, aku bisa membuat hubungan antara seorang guru dan murid merenggang.

“17 April 1415, aku mendapatkan tugas untuk menangani skenario kematian seorang pembunuh berdarah dingin. Skenario kematiannya terlihat sangat kejam. Dia meninggal karena sebuah ledakan yang membuat tubuhnya hancur berantakan. Aku pun menyelidiki kenapa dia bisa mendapatkan akhir sekejam itu.

“Malam itu, dia ditugaskan untuk membunuh seorang pengantar pesan. Untuk mengetahui seberapa penting isi pesannya, aku menyelinap ke dalam kereta kuda yang ditumpangi oleh si pengantar pesan itu. Aku membuatnya pingsan sejenak, lalu membaca pesannya. Aku tertawa setelah membacanya. Alasannya karena pesan itu ternyata jauh lebih berharga dari semua permata yang ada di muka bumi. Isinya adalah peringatan seorang perempuan kepada ayahnya agar tidak melanjutkan pernikahannya. Perempuan itu punya bukti kalau pernikahan itu hanya bertujuan untuk melancarkan sebuah serangan kudeta. Jika pesan itu tidak sampai, kita pasti tinggal di dunia yang berbeda sekarang.

“Setelah aku selesai membaca pesannya, serangan dari si pembunuh berdarah dingin itu pun datang. Terdengar suara dentingan pedang dan juga dentuman senjata dari luar kereta. Aku pun segera membangunkan si pengantar pesan itu kembali. Dia langsung terkejut mendengar keributan di luar. Seketika itu juga, dia mengeluarkan kantong berisi peledak yang disembunyikannya di bawah kursi dan bersiaga dengan lampu minyaknya. Dia berkata kepada kusir untuk terus berjalan dan jangan pernah berhenti.

“Aku pun berteleportasi ke atap kereta kuda dan menyaksikan aksi heroik para penjaga melindungi kereta kuda dari serangan seorang pembunuh. Ketika semua penjaga itu sudah terbunuh, si pembunuh itu mendarat tepat di hadapanku. Di saat itu juga aku mendengar si pengantar pesan berteriak, ‘Lepaskan!’ Kusir melepaskan kaitan antara kuda-kudanya dengan kereta, lalu melompat ke salah satu kudanya. Boom! Kereta meledak membunuh si pengantar pesan dan si pembunuh secara instan. Kusir yang berhasil selamat itu ternyata juga membawa pesan yang sama bersamanya. Itu lah sebabnya kenapa dunia kita jadi seperti sekarang. Aku salut kepada Hadesz. Dia sudah sering membuat skenario sebagus itu.”

Sudah kuduga. Lahika belum menceritakannya kepada Clint. Kalau sudah, seharusnya Clint tahu kalau skenario kematian itu sebenarnya dibuat oleh Avandra terlebih dahulu, lalu diserahkan kepadanya. Sekarang pertanyaanku, kenapa Hadesz melakukan hal selicik itu? Apa lagi dia telah memanfaatkan muridku. Emosiku jadi kembali lagi karenanya.

“Maafkan aku karena telah membunuhmu, Nier. Selama ini, aku tidak pernah bisa mengatakannya. Bisa dibilang, aku tidak sanggup mengatakannya. Alih-alih minta maaf, aku malah memberikan posisiku sebagai ‘Kakak Tertua’ untuk bayaran atas rasa bersalahku.”

“Kau menganggap posisi itu sebagai pemberian yang mulia? Kau tidak tahu kalau posisi itu sudah menyulitkanku di berbagai kesempatan?”

Clint lagi-lagi tertawa dengan lepas. Apa menurutnya itu adalah sesuatu yang pantas untuk ditertawakan? Entah kenapa, aku ingin sekali menebas tenggorokannya.

“Coba lihat lah betapa mereka menghormatimu. Mereka menganggapmu sebagai sosok yang patut untuk dicontoh dan ditiru.”

Iya, kau memang benar. Tapi di saat yang sama, mereka menganggapmu sebaliknya. Kau membuat dirimu sendiri terlihat buruk, demi membayar rasa bersalahmu padaku.

“Apa karena telah membunuhku, Idazzi, Lahika, Vazco, Tarusanu, dan Ezcort adalah alasan kau tidak datang di beberapa pelantikan dan jarang menghadiri pertemuan?”

“Hal itu memang membuatku terdengar lemah, tapi memang begitu lah kenyataannya. Rasa bersalah itu sulit sekali untuk aku hilangkan. Kau pasti juga merasakannya pada diri Avandra, bukan? Jadi, kau pasti juga mengerti bagaimana rasanya.”

Iya, aku memang mengerti perasaan itu. Tapi setelah Avandra tahu dan mengucapkan terima kasih kepadaku, rasa bersalah itu perlahan memudar. Aku tidak tahu apa cara yang sama akan berhasil atau tidak. Yang jelas, setidaknya aku mencoba.

“Kalau aku hanya melihat dengan mata kananku, aku pasti merasa kesal dan marah kerena kau telah memisahkanku dari orang yang aku cintai. Tapi jika aku melihat dengan mata kiriku juga, aku pasti merasa perlu berterima kasih padamu. Kau telah mengakhiri sesuatu yang tidak bisa kutemukan jalan keluarnya. Pasti berat bagimu untuk menanggung beban itu.

“Kau memang telah melakukan sesuatu yang kejam bagi kedua pasangan kekasih, tapi kau juga telah melakukan sesuatu yang benar bagi umat manusia. Tindakan perselingkuhan semacam itu memang tidak pantas dibela. Meski begitu, kau tetap membuat kedua pasangan kekasih itu tetap bersama sampai ajal menjemput. Jadi, izinkan aku untuk mengucapkan ini. Terima kasih karena telah membunuhku bersama dengan orang yang kucintai, Clint.”

Clint menatapku dengan tersenyum. Dia menggunakan kedua telunjuk tangannya untuk menaikkan kedua ujung bibirku, sehingga aku seperti sedang tersenyum sekarang.

“Terima kasih karena telah mengucapkan hal itu dengan tersenyum, Nier. Aku merasa lebih baik sekarang.”

Clint melepaskan jari telunjuknya dan sedikit tertawa setelahnya. Mungkin saja dia tertawa karena telah mempermainkan wajahku seenaknya.

“Datanglah ke setiap pelantikan dan pertemuan, Clint. Karena ulahmu, aku didesak Ezcort untuk menasehatimu. Jadi, aku mohon datanglah. Aku tidak sanggup menahan ocehan Ezcort lagi. Kau tahu kan betapa berisiknya dia?”

“Iya, aku tahu. Setelah kau menggantikan Hadesz, aku akan selalu datang ke setiap pelantikan dan pertemuan. Karena saat itu, aku lah yang menyandang posisi sebagai ‘Kakak Tertua’. Aku tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak patut ditiru lagi.”

Kalau aku sudah tahu sampai sejauh ini, sulit bagiku untuk tetap membencinya. Andai saja dia jujur sejak awal, rasa benciku padanya tidak mungkin sampai setinggi gunung. Kini waktunya gunung itu untuk meletus dan lenyap.

“Sampai jumpa lagi setelah kau resmi menggantikan Hadesz, Nier.”

Clint telah pergi. Hanya tersisa satu menit sebelum skenario kematian berikutnya. Sepertinya aku masih sempat untuk menemui Cassandra.

Aku telah berteleportasi ke tempat Cassandra berada, tapi aku mendarat di belakangnya. Tapi, tak apa. Lagi pula, dia juga nanti akan berbalik badan menghadap ke arahku.

“Cass, aku ingin kau membuat pertemuan antara aku dengan Hadesz.”

Cassandra masih membelakangiku. Apa dia tidak mendengar perkataanku? Coba aku lihat apa yang sebenarnya sedang dilihatnya sampai tidak merespon perkataanku.

Ah… Cassandra memejamkan matanya ternyata. Tapi, dia kan masih punya telinga. Seharusnya dia tetap bisa mendengar perkataanku. Dia akhirnya membuka matanya dan terkejut saat melihatku.

“Nier? Sejak kapan kau di sini?”

“Baru saja. Sebenarnya ada apa? Apa ada sesuatu yang kau lihat?”

Cassandra mendesah dan terlihat seperti orang yang sedang merasa jengkel bercampur lelah yang tak berujung.

“Seperti biasa, Nier. Pertengkaran antara murid pertama dan murid ketiga.”

Mereka berdua… kenapa selalu saja menyusahkanku?

“Di mana mereka?”

“Aku akan menteleportasimu ke sana.”

“Baiklah. Namun sebelum itu, aku ingin kau membuat pertemuan antara aku dengan Hadesz. Aku tadi menyampaikan hal itu, tapi sepertinya kau tidak mendengarnya.”

“Aku mengerti. Aku akan mengabarimu lagi nanti.”

Cassandra menepuk pundakku dan langsung menteleportasiku ke tepi sebuah air terjun. Di hadapanku saat ini tengah berlangsung pertarungan sengit antara seniman keras kepala melawan ilmuwan kejam. Kenapa mereka berdua suka sekali menghabiskan waktu luang yang berharga dengan bertarung? Seharusnya mereka tahu kalau mereka tidak bisa mati. Tapi, tempat ini terlalu berisik. Aku tidak bisa memanggil mereka. Kalau sudah seperti ini, terpaksa kugunakan cara yang kasar.

Aku berteleportasi ke posisi Tarusanu, lalu merangkul kuat kepalanya. Kemudian berteleportasi ke posisi Avandra dan mencengkram lengannya. Setelah keduanya berhasil kudapatkan, aku berteleportasi ke sebuah taman dan mendudukkan mereka di kursi.

“Dia yang memulainya, Guru. Dia mengejekku dengan memanggilku ‘Penyihir Kapas’. Memangnya aku ini petani kapas?”

“Jangan salah kira, Nier. Aku hanya ingin menyapanya. Dia tidak seharusnya langsung memukulku seperti itu. Jadi, aku hanya sedang membela diri.”

“Diam kau, ‘Penggila Humus’.”

“’Petani Kapas’.”

Ah… mereka berdua benar-benar membuatku sakit kepala. Padahal, rasa benci di antara mereka hanya berawal dari sebuah kesalah pahaman. Tapi, kenapa bisa sampai separah ini? Sepertinya, aku harus menjadi kejam sesekali.

“Avandra.”

“Hmm?”

“Tahu rasa kau. Marahi dia, Guru.”

“Aku tertarik dengan caramu mendidik Vazco dan Ezcort. Boleh aku meminjamnya saat ini? Sepertinya sekarang adalah waktu yang tepat untuk mencobanya.”

Seketika, Avandra dan Tarusanu berdiri.

“Maafkan kami, Guru. Kami berjanji tidak akan bertengkar lagi.”

Setelah mengucapkan hal itu bersamaan, mereka berdua pergi. Semoga saja mereka berdua benar-benar tidak akan bertengkar lagi. Karena kalau aku sudah menggantikan Hadesz, aku mungkin tidak akan sempat melakukan hal seperti ini lagi.

- 22 September 2020 -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro