Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 4

Warna-warna cerah mendominasi seluruh ruangan yang telah dihias sedemikian rupa. Mewah. Mungkin begitulah kesan para tamu undangan yang hadir dalam acara pertunangan bertajuk "Glamour Party" ini.

Di ujung ruangan sana, berdiri sepasang muda-mudi yang menjadi pemeran utama dalam acara pertunangan nan megah ini. Mereka adalah Nicholas dan Claudia. Ya, pasangan yang sempat terpisah karena takdir. Namun, pada akhirnya kembali dipertemukan oleh takdir.

Nicholas berdehem guna mencairkan suasana kaku antara dirinya dan tunangannya, Claudia.

Alih-alih memalingkan pendangannya, Claudia hanya melirik sekilas pria yang dengan penampilan sok gagahnya berdiri di sampingnya. Tak ada sedikitpun senyuman tulus yang membingkai wajah ayunya. Yang ada hanyalah fake smile yang selalu berusaha ia tampakkan.

"Clau." Nicholas mencoba menyapa wanita cantik yang memang sudah sedari dulu ia dambakan.

"Hm."

"Akhirnya impian kita untuk bisa bertunangan tercapai," bisik Nicholas.

Kini, wajah Claudia sepenuhnya memandang Nicholas. "Tapi itu bukan impianku lagi sekarang."

Nicholas merengut. "Clau, kamu masih marah aja sama aku."

"Apa perlu aku jawab kamu?" balas Claudia sarkastik.

"Clau, please, itu udah masa lalu. Bisa ngga, sekarang kita lupakan itu, dan memulai kehidupan yang baru tanpa ada dendam dan amarah?" ujar Nicholas sok bijak. "Ciailah, bahasa gue." Dan dalam sekejap hancurlah image pria bijak dalam diri Nicholas.

Claudia terdiam. Ini adalah pesta pertunangannya. Dan pria yang mendampinginya saat ini adalah pria yang dulu pernah membuat ia terbang melayang, namun kemudian terjun bebas ke tanah tanpa perlindungan. Dialah Nicholas. Sesosok pria yang dulu menjadi pilihan hatinya. Yang kemudian hilang begitu saja tanpa kabar.

Ini adalah pertunangannya. Ini adalah impiannya. Ia selalu bermimpi untuk berunangan kemudian menikah dengan orang yang ia cintai. Sekali seumur hidupnya. Menjadikannya hari paling berharga sekaligus paling bersejarah dalam hidupnya. Hanya sekali. Sekali seumur hidup. Namun, apa kini impiannya harus musnah begitu saja? Musnah, hancur tak berbekas? Tidak! Ini adalah impian terbesarnya. Dan akan selalu begitu selamanya. Ia harus menjadikan hari ini adalah hari yang paling bahagia seumur hidupnya. Ya, ia harus melakukan itu.

"Nic," panggil Claudia ragu.

"Hm?" Dengan senang hati, Nicholas memusatkan perhatiannya pada Claudia.

Claudia mengembuskan napasnya. Mengumpulkan keberanian dan niatnya. Mempersiapkan hatinya untuk kembali menerima seseorang yang sempat hilang. "Aku ... aku udah maafin kamu." Suara Claudia terdengar lirih, amat lirih.

Nicholas mengernyitkan dahinya. "Hah? Apa? Aku ngga denger kamu ngomong apa."

Claudia berdecak. Dalam hatinya, ia merutuki kepribadian humor yang sudah melekat dalam diri Nicholas itu. "Aku. Udah. Maafin. Kamu," Claudia menekan setiap kata yang ia ucapkan.

Nicholas berbinar bahagia. Refleks ia meraih tubuh tunangannya itu. Memeluknya erat, sangat erat seolah tidak ingin melepasnya barang sedetik saja. Dalam pelukan itu, Nicholas juga menyalurkan segala rasa rindunya pada wanita yang hingga saat ini pun masih menjadi pilihan hatinya itu.

Masih dalam posisi ternyamannya memeluk Claudia, Nicholas berkata, "Makasih Claudia. Aku janji ngga akan melakukan itu lagi. Aku ngga akan melakukan operasi plastik lagi demi mengubah penampilanku. Aku ngga akan menghilang tanpa kabar lagi. Aku janji."

Tanpa sepengetahuan Nicholas, Claudia tersenyum. Senyum yang tidak pernah lagi hadir di wajahnya kini kembali, masih dengan rasa yang sama dan oleh orang yang sama pula. Ia bahagia. Kini ia kembali menemukan bahagianya. Dan ia mengerti, kebahagiannya hanyalah Nicholas. Bagaimanapun keadaannya, apapun pekerjaan yang dipilih Nicholas, ia berjanji akan tetap menerima seorang Nicholas. Nicholas adalah miliknya dan ia tidak akan pernah melepaskannya. Ia sangat tidak ingin kehilangannya untuk yang kedua kali.

"Janji ya. Awas aja kalo kamu ulangin lagi." Setelahnya Claudia terkekeh.

"Iya, iya, ampun. Aku udah kapok ngelakuin itu."

"Ule, selamat ya." Pelukan rindu antara Nicholas dan Claudia terpaksa dilepaskan karena hadirnya suara seorang wanita.

"Eh, kamu dateng Dyne," sapa Nicholas riang. "Aku kira kamu sibuk banget sampe ngga bisa dateng, hehe." Nicholas terkekeh.

"Ya kali aku ngga dateng ke acara pertunangan sahabat sekaligus rekan kerja aku sendiri," Dyne, wanita itu, tertawa tertahan. Sesak menggelayuti relung hatinya melihat Nicholas ternyata sangat bahagia akan pertunangan berencana ini. Ya, Dyne memang sudah mengetahui tentang rencana ini jauh sebelum Nicholas. Katakan saja Dyne egois, karena dia selalu menentang rencana ini sejak saat awal Bram, si produser, mengutarakan niatnya, hanya karena dia masih ingin bersama Nicholas. Ia merasa nyaman bersama pria itu.

Namun, kini semuanya harus berubah. Jika ia menyayangi pria itu, ia harus membiarkannya bahagia, meskipun bahagia itu karena orang lain. Ia sudah amat bersyukur Tuhan mengizinkan Nicholas hadir di kehidupannya. Biarlah semua rasa tentang Nicholas tetap tersimpan dalam hati Dyne, hingga tiba waktunya nanti rasa itu akan memudar termakan waktu.

"Eum ... Kamu ngga ada bawa bingkisan atau apa gitu?" tanya Nicholas jahil.

"Ada kok ada. Itu di depan, aku bawain kamu mobil." Dyne mengerling.

Dengan polosnya Nicholas berbinar. "Beneran? Mobil apa?"

"Iya. Mobil kuadrat plus an." Dyne terbahak.

"Hah? Maksudnya." Nicholas mengernyit tidak mengerti.

"Maksudnya mobil-mobilan, Nic," sahut Claudia.

Nicholas melebarkan kedua matanya, merasa dibodohi. "Ah elah, aku kira beneran."

Mereka--Nicholas, Claudia, juga Dyne--tertawa.

***

Created by: Amorfiliae

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro