Chapter 3
Keesokan harinya, Nicholas kembali bertemu Dyne setelah selesai syuting. Rencananya, mereka akan bermain di suatu sinetron, di mana pemeran utama sinetron tersebut adalah mereka berdua sendiri. Sebenarnya mereka berdua sudah sedari tadi bertemu, dimulai dari awal syuting beberapa adegan pada hari itu. Tetapi, mereka seolah tidak mengenal satu sama lain. Terasa asing.
"Hei, Ule!" seru Dyne ketika menyapa si aktor komedi itu. Sedangkan Nicholas hanya mengalihkan pandangan ke arahnya.
"Dih, kamu kenapa sih? Kok hanya diam begitu? Lagi bisu atau apa? Stress amat!" cibir wanita itu lagi. Tetapi lagi-lagi, yang didapatkan oleh Dyne adalah si Nicholas kembali tidak dapat berbicara apapun. Dia hanya memberi isyarat, kali ini dengan gelengan kepala.
Seketika itulah Dyne berpikir, 'Ada apa dengan si Ule? Apa jangan-jangan dia memang lagi ada masalah yang rumit di hidupnya sehingga dia tidak mau berbicara apapun padaku?'
Setidaknya, suasana humor harus ditinggalkan dalam situasi seperti ini. Saat ini yang ada di otak Nicholas alias Ule hanyalah tentang perjodohan itu. Sebenarnya pria tersebut ingin menceritakan semuanya kepada Dyne, tetapi apa daya, dia tak sanggup melakukannya.
'Dyne, andaikan aku bisa menceritakan semuanya, pasti tak akan terjadi hal yang seperti ini. Kita pasti akan bisa saling mengerti satu sama lain. Tapi sayangnya aku tidak bisa ... aku masih terbayang soal Claudia dan sulit bagiku untuk menerimamu dalam hidupku menggantikannya, Dyne.'
Dyne atau Claudia?
Dua wanita tersebut menjadi hal yang bertentangan di hati Nicholas. Bagaimana cara waktu dapat menjawab semuanya? Entahlah, Nichol tak mengerti.
Hingga akhirnya, terlintas sebuah pemikiran dalam otak Nicholas untuk kabur. Maksudnya pergi menjauh dari Dyne, setidaknya dalam beberapa waktu ini. "Maafkan aku, Dyne. Aku butuh sendiri dulu," ujar Nicholas dengan lirihnya.
Seketika itulah Dyne merasakan syok. Sebelum akhirnya Nicholas bisa pergi meninggalkan Dyne, wanita tersebut memegang tangan kanan pria tersebut. "Kamu jangan ngelawak gitu dong! Aku ngga suka candaan seperti ini. Mentang-mentang kamu aktor di sinetron komedi, tetapi dalam suasana ini kamu ngga pantes ngelawak. Aku perlu mendengar cerita darimu, tahu," kata Dyne itu kemudian.
Tanpa menoleh ke arah Dyne, ia berkata, "Aku serius, tidak bercanda." Cukup beberapa kata saja sudah membuat Dyne semakin syok. Dia mencurigai bahwa Nicholas tidak ingin lagi bersahabat dengan Dyne. Wanita tersebut tidak mengerti, apa saja kesalahan yang telah diperbuatnya sampai-sampai Nicholas harus menjauhinya.
Setelah sekian lama bergelut dengan segala pikiran buruknya, Dyne kembali bersuara, "Tapi mengapa kamu tiba-tiba ingin—"
"Sudahlah, aku ingin pergi dulu. Kamu baik-baik saja, ya, dengan urusanmu sendiri."
Setelah memotong ucapan Dyne barusan, Nicholas akhirnya pergi meninggalkan Dyne.
***
'Nic, tolong temui saya di ruangan pribadi saya. Ada sesuatu yang harus saya bicarakan denganmu.'
Nicholas baru saja mendapat pesan yang penting dari si produser. Alhasil, tanpa basa-basi lagi, Nicholas langsung pergi menemui Bram di tempat yang diinginkan oleh Bram.
***
Beberapa menit kemudian, dengan jalan kaki sekalipun, Nicholas berhasil sampai di kantor, sekembalinya dari pertemuan singkatnya dengan Dyne dan masa-masa kesendiriannya setelah pertemuan tersebut.
Setelah memasuki kantor, dia segera mencari ruangan Bram dan menemui beliau di dalam ruangan tersebut.
Sesampainya di ruangan tersebut, setelah mengetuk pintu dan dipersilakan, Nicholas langsung memasuki ruangan itu dan memutuskan untuk duduk tepat di hadapan Bram. Namun, niatnya itu diurungkan ketika mendapati bahwa ternyata Bram tidak sendirian. Di sebelahnya telah hadir seorang wanita yang ternyata dia itu adalah ....
"Cla-Claudia?"
Seketika itulah Claudia langsung beralih menatap pria yang memanggilnya itu. "Nic?"
Sedangkan si Bram hanya menyaksikan dengan saksama ketika pada akhirnya Nicholas dan Claudia bertemu pada suatu saat yang tidak terduga sebelumnya. Seperti halnya Nicholas, Claudia pun sudah mengetahui akan perjodohan tersebut. Namun, ketika pada akhirnya Claudia mengetahui bahwa Nicholas-lah yang akan berjodoh dengannya, wanita itu langsung merasakan syok yang luar biasa.
"Apa maksud Anda ketika ingin menjodohkan saya dengan dia? Saya tidak bisa melakukan itu!" seru Claudia sambil menunjuk Nicholas, yang tentu saja perkataannya itu ditujukan kepada sang dalang dalam aksi perjodohan berencana ini, Bram.
"Hm ... Anda sangat pandai dalam memilih ternyata. Jika sudah begini, saya akan langsung bilang 'ya' untuk perjodohan ini," sahut Nicholas senang.
Claudia kembali membalas, "Amit-amit. Dasar pria bodoh. Apa Anda tidak ingat apa saja yang pernah Anda lakukan pada saya ketika kita masih berhubungan dulu?"
Claudia kembali membangkitkan ingatan Nicholas akan masa lalunya. Nicholas hanya dapat menganggukkan kepalanya tanpa berkata apapun.
Mendengar Nicholas dan Claudia yang sudah mulai bertengkar, Bram pun mengisyaratkan mereka untuk diam sejenak.
"Sebelumnya saya minta maaf atas ketidaknyamanan ini. Jadi, saya memang berniat ingin mempertemukan Nicholas dengan Claudia di ruangan saya. Kalian berdua pasti merasa terkejut bukan ketika tiba-tiba saling dijodohkan? Tapi ini semua saya lakukan karena tuntutan perusahaan," jelas pak produser itu kemudian.
Nicholas dan Claudia kemudian saling berpandangan. Mereka tidak menyangka jika mereka benar-benar dijadikan sepasang kekasih yang resmi bertunangan pada akhirnya, suatu saat nanti. Si pria maupun si wanita tidak pernah berpikir tentang hubungan mereka ke depan, dikarenakan hubungan mereka yang dulunya kandas karena suatu hal buruk.
Nicholas hanya terdiam, sedangkan Claudia masih bertanya-tanya kepada Bram. "Pak, saya ingin bertanya. Mengapa kami harus dijodohkan? Tuntutan perusahaan apakah yang Anda maksud itu?" tanya si wanita itu kemudian.
"Tuntutan ya? Hmm ...." Bram memikirkan kata-kata yang akan dia ucapkan untuk menjawab pertanyaan dari Claudia. Sebenarnya Nicholas ingin bertanya tentang hal yang sama, tetapi sayangnya itu sudah keduluan oleh wanita tersebut.
Akhirnya, setelah beberapa saat mereka menunggu jawaban dari Bram, si produser itu menjawab dengan menjelaskan berpanjang lebar mengenai alasan perjodohan itu harus dilakukan. "Sebenarnya, Nicholas itu sudah berpengalaman menjadi CEO. Nah, karena suatu hal, maka pada saat itu dia memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan tersebut, dan beralih profesi menjadi aktor komedi.
"Tetapi, perusahaan menuntutnya agar dia berjodoh denganmu, Clau. Hanya dialah yang bisa mengembalikan kejayaan perusahaanmu yang di ambang kehancuran saat ini, karena dia sudah sangat berpengalaman sebelumnya."
Claudia mencoba untuk mencerna setiap kata yang diucapkan Bram. Dia tidak ingin begitu saja menerima semua yang terjadi saat ini. Namun pada akhirnya, Claudia hanya dapat menganggukkan kepalanya.
Bram yang melihat reaksi Claudia tersebut pun berkata, "Kamu setuju dengan keputusan saya?"
"I-iya, Pak," ujar Claudia lirih dan singkat.
Pada akhirnya, Claudia dan Nicholas sama-sama menyetujui perjodohan itu. Bram kemudian mengumumkan sesuatu terkait perjodohan mereka. "Jadi begini, karena kalian berdua sudah menyetujui perjodohan ini, saya berencana akan melaksanakan pesta pertunangan kalian dalam waktu kurang lebih satu minggu dari sekarang."
Refleks Nicholas dan Claudia membelalak terkejut. Kemudian mereka saling berpandangan satu sama lain.
***
To be Continued.
Created by: Caca
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro