Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2

"Halo, Dyne," sapa Nicholas pada seorang wanita—yang akan menjadi lawan mainnya—sesampainya ia di lokasi syuting.

"Hai, Le," balas wanita bernama Dyne itu singkat.

Nicholas memperhatikan setiap jengkal penampilan Dyne, yang menurutnya aneh. "Kamu kenapa Dyne? Kesambet? Sejak kapan kamu ... sudi pakai rok seperti itu?"

Dyne yang awalnya tengah sibuk bersama ponselnya, kini sepenuhnya menatap Nicholas. "Lebay deh. Tapi, beneran aneh ya?" Tangan Dyne terangkat untuk mengusap tengkuknya, salah tingkah.

"Iya. Aneh, sungguh. Tapi jujur, jadi makin cantik, ceweknya jadi kelihatan deh." Nicholas terkekeh di akhir kalimatnya.

Dyne memukul pelan lengan Nicholas. "Dasar kamu. Kalau mau muji, ya muji aja. Kalau mau ngejek, ya ngejek aja. Ngga perlu diterbangkan, terus dijatuhkan seperti itu."

"Ngga apa-apa dong, jadinya kan sepaket komplit." Keduanya refleks tertawa geli.

Dyne Agnesia. Seorang wanita muda berusia sepantaran Nicholas itu sudah lebih lama mendalami dunia entertein dibandingkan Nicholas sendiri. Dyne adalah sosok wanita tomboy yang diam-diam Nicholas kagumi sejak pertama kali mereka beradu peran di depan kamera. Profesionalitas dan totalitas seorang Dyne Agnesia juga lah yang menjadi panutan Nicholas.

"Siap-siap, Le, sebentar lagi giliran kita take." Dyne bangkit dari duduknya pada kursi santai yang sedari tadi ia duduki.

"Siap Dyne! Kamu benar take pakai rok seperti itu?" Nicholas masih belum paham.
"Di naskahnya emang suruh begitu, Ule. Kalau bukan karena naskah, ogah juga aku pake beginian." Dyne menarik-narik ujung rok mini yang ia gunakan, merasa tidak nyaman.

***

"Ule, dipanggil produser tuh," seru salah seorang crew yang baru saja keluar dari ruangan sang produser.

Nicholas bergegas mendekat ke ruangan sang produser, lalu masuk ke dalamnya.

"Pak prod panggil saya?" Pak Prod, begitulah Nicholas akrab menyapa sang produser yang tidak lain adalah temannya sendiri, Bram.

Bram yang tadinya berdiri membelakangi Nicholas, kini berbalik dan menghadap sepenuhnya pada Nicholas. "Iya, duduk dulu Nic. Saya ingin membicarakan sesuatu denganmu."

Nicholas menuruti apa yang telah diperintahkan padanya. "Pak Prod ingin membincangkan apa dengan saya?"

Bram berdehem sejenak. "Nic, kayaknya kita butuh buat rumor agar karya kita dilirik."

Nicholas mengernyit tidak mengerti. "Tapi, bukannya karya ini sudah cukup dikenal dan dilirik ya?"

Bram memperbaiki posisi duduknya, sedikit lebih maju menghadap Nicholas. "Iya, saya tau. Tapi, kemarin saya baru dapat kabar kalau film baru yang jauh lebih populer dibandingkan karya kita akan diluncurkan beberapa hari lagi. Bagaimana jika karya kita kalah saing dengan film itu?"

Nicholas mendesah pelan. "Lalu, rumor seperti apa yang ada di pikiran Pak Prod?"

"Saya akan menjodohkanmu." Nicholas terpaku. Dijodokan? Mengapa harus dirinya?

"Ma-maksud Pak Prod ...."

"Iya, Nic. Saya harus melakukan itu, demi popularitas karya kita. Tapi saya berjanji tidak akan merugikanmu dalam acara perjodohan ini," jelas Bram, seolah mengetahui apa yang ada dalam pikiran Nicholas.

"Kenapa harus perjodohan?" Nicholas berusaha menolak dengan sopan.

"Karena saya yakin, jika nanti muncul kabar seorang Ule menikah ataupun bertunangan dengan seorang wanita, netizen akan ramai, dan terus mencari tahu tentang kita, hingga kita dapat menggunakan kesempatan itu untuk mengenalkan karya kita." Bram tetap pada pendiriannya.

Nicholas merenung. Segalanya berubah. Hidupnya, wajahnya, penampilannya, bahkan identitasnya. Namun, ada satu hal yang Nicholas sadari tidak berubah hingga kini adalah reaksi dunia jika dirinya tertangkap telah menjalin hubungan dengan seorang wanita.

"Gimana Nic? Kamu keberatan?" suara Bram membuyarkan semua renungan Nicholas.

"Tidak Pak, saya ... saya tidak keberatan," putus Nicholas setelah lama berpikir.

***

"Pak Bram ngomong apa tadi, Le?" tanya Dyne sesampainya Nicholas kembali ke sebelah Dyne.

Nicholas tidak menjawab. Ia hanya menggeleng dengan muka lesu yang membuat Dyne semakin penasaran. Dyne kemudian melanjutkan, "Kenapa sih Le? Cerita kali sama aku."

"Engga, nanti kamu baper." Dyne tiba-tiba tersentak. Terkejut akan jawaban Nicholas barusan.

"Kenapa sih muka kamu kusut banget? Udah kayak jemuran baru diangkat aja tahu," ejek Dyne.

"Engga ada kok Dyne. Cuma ...." Nicholas menundukkan kepalanya.

"Cuma?" Dyne mulai tidak sabar.

"Cuma kamu cantik, Dyne." Nicholas berlari usai mengatakan itu dengan Dyne yang mengikutinya dari belakang.

"Kamu tuh ya. Gombal melulu kerjaannya." Dyne masih berusaha menormalkan napasnya usai mengejar Nicholas.

"Ya iya dong. Seorang Ule, selalu ngegombal di mana pun, dan dalam keadaan apapun."

"Terserah deh, Ule, terserah." Keduanya kemudian tergelak bersama.

Bahagia. Mungkin kata itulah yang dapat mendeskripsikan perasaan Ule—maksudnya Nicholas—ketika bertemu dengan seseorang yang lain dari mantannya, seseorang yang mampu menghadirkan kembali gairah hidupnya. Ya, dia adalah seorang Dyne Agnesia.

Nicholas kemudian melamun, tatapannya kosong. Bahkan, ia tidak memandang Dyne sama sekali untuk saat ini. Hingga beberapa saat kemudian, wanita yang sedari tadi berada di sebelah Nicholas itu pun menepuk bahu kanan Nicholas seraya berkata, "Woi. Kamu melamun aja nih! Kenapa sih?"

Seketika itulah Nicholas tersadar. "Ti-tidak kok. Aku baik-baik saja."

Dyne yang tidak terima atas jawaban tersebut kembali bersuara, "Eh, dengar ya, Ule. Tadi mukamu itu kusut banget. Sekarang lebih kusut lagi, entahlah seperti apa bentuk mukamu berikutnya."

"Dasar wanita. Selalu saja merendahkan harga diriku. Yuk cabut!" seru Nicholas. Pria itu tidak terima atas ejekan yang dia dapat barusan dari Dyne.

Dyne mengernyitkan dahinya. Ia tidak mengerti ke mana sebenarnya ia akan dibawa oleh Nicholas. "Sekarang kamu mau ngapain, Le?" tanya Dyne, "kamu mau bawa aku ke mana?"

Namun tidak ada jawaban apapun yang dikeluarkan Nicholas. Ia berpikir sejenak karena merasa kebingungan mengenai jawaban apa yang harus ia keluarkan. Padahal dari kata-kata yang ia lontarkan barusan, Nicholas sepertinya ingin mengajak Dyne untuk menghabiskan waktu bersama di luar. Meskipun pada akhirnya, pikiran pria itu teralihkan pada seorang wanita yang akan dijodohkan oleh Bram, produsernya itu.

Beberapa saat kemudian, Nicholas akhirnya menjawab, "Nggak jadi saja." Tiba-tiba saja dia berubah pikiran.

Seketika itu, raut wajah Dyne berubah menjadi seperti raut wajah Nicholas tadi.

***

To be Continued.

Created by: Amorfiliae and Caca

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro