2. Pembukaan Kelas Minat
"Kelas minat? Sama aja kayak ekstrakulikuler?" Fariza membaca selebaran yang dibagikan oleh perwakilan OSIS sebelum jam istirahat.
"Mirip, bedanya kelas minat tidak lagi mengikuti pelajaran selain beberapa mata pelajaran dasar, dan nilainya juga tidak tergantung ujian saja tapi lewat praktek kemampuan. Siswa juga akan diarahkan untuk berkarir sesuai kelas yang dia pilih." Syahdan, anggota OSIS yang memberi Fariza selebaran menjelaskan.
"Pencak silat, sepak bola, bulu tangkis, e-sport?. Serius ini?" Fariza mengangkat kertasnya lalu membacanya ulang, takut-takut jika ia salah baca.
"Sekolah punya misi membentuk generasi millenial yang paham teknologi tapi juga berprestasi, salah satu caranya ya mengubah kegiatan 'hanya' main game, menjadi sebuah keahlian," jawab Nuca, siswa kelas 11 itu memamerkan pin dengan simbol konsol game yang ia pasang di atas nama dadanya.
"Lo ketuanya?" Fariza membelalak tak percaya membaca tulisan di atas pin yang dipamerkan Nuca.
Nuca menganguk sombong, lalu berpindah ke meja lain untuk membagikan formulir pendaftaran kelas minat.
Fariza mengambil dua kertas yang tergeletak di atas meja Yulian dan Nathan, menuliskan nama keduanya lalu mencentang kelas minat yang sama sebelum akhirnya mengisi miliknya sendiri.
"Tanda tangan." Fariza menarik tangan Yulian yang sedang fokus bermain game, cowok itu langsung membubuhkan tanda tangannya tanpa membaca lagi karena begitu percaya dengan Fariza.
Hal serupa juga terjadi pada Nathan yang langsung mengambil kertas yang Fariza sodorkan, menggoreskan tinta membentuk tanda tangannya dan meletakkannya di atas meja tanpa membaca isinya. Fariza tersenyum puas lalu membawa tiga kertas tadi ke depan kelas dan memberikannya pada Syahdan.
Sekolah berjalan dengan lancar hari itu, hanya saja mereka harus mengikuti ujian kelas minat sepulang sekolah. Nathan dan Yulian pasrah saja digelandang Fariza menuju ruang OSIS.
"Permisi, kami mau seleksi untuk kelas minat-"
"Lo juga?" Seorang anggota OSIS laki-laki menunjuk Fariza.
Cowok itu tersenyum miring saat Fariza mengangguk, "Saran aja, mending lo belajar cara pakai bedak dan menghafal 12 perawatan wajah ketimbang di sini."
Fariza mengerutkan kening mendengar perkataan cowok tadi, "Barusan dia ngatain gue, kan?" tanya Fariza dan dianggguki Yulian serta Nathan.
Fariza menyugar rambutnya, ia merapikan kerah bajunya lalu berkacak pinggang, "Jangan suka merendahkan orang, nanti kalau kalah level malunya bukan main, loh." Tantang Fariza.
Yulian dan Nathan membuang napas, sudah hapal dengan Fariza yang memiliki sumbu pendek, keduanya lalu berdoa semoga hal ini tidak membuat Fariza dirundung selama bersekolah di sini.
"Udah datang?" sapa Nuca yang baru datang diikuti Syahdan di belakangnya, cowok itu meletakkan tas sekolahnya lalu menarik dua buah kabel rol panjang ke atas meja.
"Dari tadi udah banyak yang mau masuk tapi cuma gede omongan doang, sini kalian langsung praktik aja." Nuca mengeluarkan dua buah modem dari dalam tas.
Mereka lalu duduk mengelilingi meja dan langsung mengeluarkan ponsel serta kabel pengisi daya, Nuca membagikan kata sandi modem yang ia bawa.
"Custom mode. Hero bebas, main sesuai posisi kalian, pemenang yang bisa hnacurin turent duluan." Nuca menatap teman-temannya dan saat menemukan tidak ada keberatan Nuca mulai mengotak-atik ponselnya.
"Za, hyper," ujar Yulian saat fase pemilihan hero.
Fariza tegas menggeleng, "Lo nggak akan sakit hati kalau kena kill sama hyper. Cobain dibunuh sama Chara support," sahut Fariza lalu memilih sebuah hero yang sering menjadi mimpi buruk bagi beberapa pemain.
"Apakah kamu ingin berteman dengan Nana?"
Jumlah kata 528
11 Januari 2023
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro