Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

1. Halo Kehidupan Remaja.

"Savage! Fariza berhasil melakukan all kill. Terlihat santai dia menyerang base musuh, delapan puluh detik sampai waktu respawn. Dan, runtuh!"

"Fariza berhasil membawa kemenangan untuk-"

"Hore! Eh? Hah?" Fariza terlonjak dari kasur, ia menengok ke kanan dan kiri, mencari piala kemenangan yang tadi ia genggam.

"Hore? Ini udah jam berapa? Mas mu udah nungguin tuh di bawah," ujar Ibu sambil menunjuk jam weker di nakas samping tempat tidur Fariza sebelum ke luar meninggalkan kamar.

Fariza terduduk di lantai yang dingin, membayangkan piala yang tadi ia genggam.

"Udah capek-capek gue savage, tahunya cuma mimpi," ujar Fariza lalu membanting pintu kamar mandi.

Fariza butuh 20 menit untuk menyelesaikan agenda paginya, ia turun menuju meja makan yang sudah ramai.

Ayah tampak menikmati nasi goreng, sementara Ibu menyendokan nasi ke piring dan meletakkannya di hadapan Raga, kakak sulung Fariza.

"Air panas - air panas, minggir!" Fariza hampir terhuyung karena ditabrak oleh Dean, kakak keduanya yang langsung duduk di meja makan.

"Masuk pagi?" tanya Ayah pada Dean yang sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tas sambil menjepit jas dokter di ketiak kanannya.

"Ada visit pasien, ada persiapan operasi juga," jelas Dean sambil menyuapkan nasi goreng dari piring Raga ke dalam mulutnya.

"Mas juga ada operasi, kan? Barengan?" tanya ibu yang menyiapkan piring baru untuk Raga.

"Aku spesialis bedah toraks, anak ibu yang satu itu residen anestesi, beda jalur kita, Bu." Raga menjelaskan dan membuat ibu mendelik.

"Kan tiap operasi juga pake anestesi, Mas. Gini-gini ibu juga belajar, loh," sewot Ibu yang dihadiahi tawa oleh Ayah.

"Ibumu ini profesor, Mas." Ayah mengeluarkan kalimat sakti yang membuat Ibu tersenyum bangga.

"Mas Dean! Aku hampir nyungsep dari tangga gara-gara Mas tabrak," protes Fariza setibanya di meja makan.

Dean menyengir, "Maaf ya, Dek. Buru-buru ini menyangkut hidup dan matinya Mas." Dean memindahkan telur mata sapi dari piringnya ke piring Fariza.

"Nih, biar romantis kayak drama kesukaan kamu itu."

Fariza pun luluh dengan perbuatan kakaknya itu. Ia mulai menyantap nasi gorengnya dengan nikmat sampai Ayah membawa obrolan yang langsung membuat nasi goreng Ibu terasa hambar.

"Kamu jadi ikut les persiapan ujian? Memang masih jauh, tapi bukan berarti nggak perlu dipersiapkan. Apalagi penentuan jurusan berdasarkan nilai, anggap aja kamu curi start dibanding teman-teman kamu." Ayah menyeka bibirnya memastikan tidak ada sisa makanan di sana.

"Ibu udah daftarkan ke tempat les yang sama kayak Mas Raga dan Mas Dean dulu," Ibu menambahi dan Fariza semakin kehilangan nafsu makannya.

Raga berdeham, "Biar dia lihat jadwal pelajaran sekolahnya dulu, Bu. Kalau les dipaksa sampai malam juga kan nggak bagus buat pertumbuhan." Raga memberikan pendapatnya.

"Aku berangkat duluan," Dean langsung bangkit menyalami Ayah dan Ibu saat mendengar ponselnya berdering. Bisa dipastikan jika si penelepon adalah ketua residen di rumah sakit tempat Dean.

Raga menyusul tidak lama kemudian dan diikuti Fariza, gadis itu pergi mengendarai motornya setelah berpamitan pada Ayah dan Ibu.

Butuh dua puluh menit perjalanan dengan sepeda motor untuk sampai di sekolah Fariza, gadis itu segera menuju kelasnya dan merebahkan kepala di atas meja.

"Begadang lo?" Nathan mengintip dari samping.

"Astagfirullah, masih pagi udah mesum." Kalau yang mulutnya sampah begini, sudah pasti Yulian.

"Nggak usah sekolah lo, beli sayur aja sana biar sekalian ghibah." Nathan menyambut tinju persahabatan Yulian.

"Hari ini nggak ada jadwal ulangan, kan?" Tanya Nathan yang dijawab Yulian dengan gelengan, "tapi temen lo kusut banget ini. Bulanan lo?"

"Cuk, tukeran keluarga sama gue mau nggak?" ujar Fariza tanpa menjawab pertanyaan Nathan.

Mendengar pertanyaan Fariza, Nathan dan Yulian kompak berdiri dan meletakkan tangan kanannya di atas dada lalu membungkuk seperti pangeran dalam film barbie.

"Terima kasih tawarannya tapi hamba cukup puas meski hanya menjadi rakyat jelata," ujar keduanya kompak sementara Fariza mendecak kesal.

Jumlah kata 604
9 Januari 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro