Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

32 ☠ Pretty Girl in her Red Dress



Markas PE, at 09:25 PM.

Kirei menatap undangan pesta ulang tahun bernuansa merah hitam itu sembari menimbang-nimbang. Barusan ia menerima pesan dari Davin, kalau laki-laki itu memintanya untuk datang ke pesta ulang tahun Louis malam ini. Dari pada permintaan, ini lebih seperti sebuah perintah mutlak karena Davin tidak suka adanya penolakan.

Hei! Ayolah ... Kirei masih kesal dengan laki-laki itu. Haruskah ia datang? Ia bahkan tidak pernah bertemu langsung dengan Louis selain menjadi penonton pertandingan basket Merpati Jingga-itu pun karena ada Davin.

"Tapi Davin bilang kalo gue juga diundang. Dateng nggak, ya?"

"Udah, dateng aja." Geovan muncul dari arah belakang dengan earphone di telinga. "Kita bisa lanjutin penyelidikannya nanti." Laki-laki dengan nama lengkap Axel Geovan itu melirik ke arah eksistensi Reynand yang tampak asik sendiri dengan game online-nya. "Tuh, lihat. Si Reynand aja lagi sibuk sendiri sekarang. Udah, berangkat aja. Atau mau gue antar?"

Kirei menggeleng cepat. "Nggak usah. Gue berangkat sendiri aja." Kirei meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja ruang tamu markas dan mulai menapaki satu per satu anak tangga untuk sampai ke kamarnya. "Gue ke kamar dulu!" pamitnya yang hanya mendapat lambaian tangan dari Geovan. Ia harus berganti baju dan berdandan, bukan? Tidak mungkin kalau ia pergi ke pesta memakai kaos oblong dan celana training.

Mengingat hari yang sudah semakin malam, Kirei memutuskan untuk memakai gaun sepanjang lutut berwarna merah maroon bergradasi hitam dengan bagian bawahnya yang agak mengembang. Gaun itu memiliki rumbai-rumbai di sekitar dada dan panjang lengannya hanya sampai siku saja. Lalu untuk alas kakinya, Kirei memilih heels hitam dengan tali yang melilit kaki jenjangnya.

Kemudian untuk riasannya, Kirei hanya menggunakan make up tipis dengan melakukan sedikit effort pada bagian mata dan bibir. Eyeshadow merah bergradasi hitam, dan lipstick semerah darah, serta sedikit sentuhan curly pada bagian bawah rambutnya yang sengaja digerai. Jangan lupakan kalung choker yang menjadi penyempurna.

Siapapun yang melihat penampilan Kirei saat ini pasti akan terpesona dengan kecantikan pemilik D'Calls Corp tersebut.

Kirei meraih sling bag hitamnya sebelum memutuskan untuk bergegas keluar dan berangkat ke lokasi pesta. Tidak lupa juga dengan kotak kado yang akan ia berikan pada Louis nanti. Bukan hadiah yang mewah, hanya sebuah hoodie dengan edisi terbatas.

"Duh! Semoga aja gue nggak terlambat."

☠☠☠

Scorpius Mansion, at 09:55 PM.

Davin berkali-kali melirik ke arah jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sesekali, laki-laki itu juga berdecak kesal karena tak kunjung menemukan eksistensi Kirei di pesta ulang tahun milik adik tingkatnya ini. Sudah lebih dari sepuluh kali ia menelepon Kirei, tapi tidak diangkat oleh sang gadis. Sepertinya Kirei memang sengaja mematikan suara notifikasi ponselnya.

"Harusnya lo jemput aja tadi, Vin. Dari pada dibikin nggak tenang kayak gini." Zen berujar. Ia juga dibuat bosan dengan sikap Davin yang terus saja berdecak kesal dan mendumel pelan sedari tadi hanya karena menunggu Kirei yang tak kunjung datang.

"Lo kan tau sendiri, Zen. Gue masih harus bujukin Keyla yang ngerengek minta ikut. Mana ada waktu buat jemput Kirei yang lagi ada di markas." Davin menyampaikan pembelaannya.

Zen mengangguk mengerti. Mereka masih ada di tengah pesta sekarang. Ia pun juga bisa melihat para member PE yang sedang menjalankan misi tampak berada di posisinya masing-masing. Suasana aula yang ramai, dan para tamu yang sibuk berbincang. Situasi ini sangat menguntungkannya.

Tinggal menunggu sang tokoh utama datang. Maka permainan malam ini sudah bisa dimulai.

Sudut bibir Zen terangkat saat melihat sosok gadis yang sedari tadi ditunggu-tunggu oleh sahabatnya itu muncul di pintu masuk aula. Entah apa sebenarnya yang dipikirkan oleh ahli cyber PE pengganti Nathan tersebut saat melihat eksistensi Kirei.

Kita lihat saja nanti.

Kedatangan Kirei membuat suasana pesta seketika menjadi hening. Sesuai dugaan, penampilan luar biasa gadis itu benar-benar berhasil menarik perhatian. Terlebih topeng hitam yang memang sengaja dipakainya. Membuat ia jadi satu-satunya tamu yang menggunakan topeng di pesta tersebut. Kirei benci menjadi pusat perhatian, dan topeng ini sedikit menyelamatkannya.

Davin yang memang sedari tadi sudah menunggu gadis itu juga dibuat tak berkedip di tempatnya.

Tap! Tap! Tap!

Suara heels hitamnya menggema di lantai keramik tersebut. Kirei tak memedulikan semua tatapan yang mengarah padanya. Gadis itu hanya fokus pada sang pemilik pesta yang menatapnya dari dekat area panggung, Louis Scorpius Corpus. Dengan anggun, Kirei membungkukkan sedikit badannya dan memberi salam pada Louis.

"Selamat ulang tahun, Louis. Maaf jika kehadiranku yang terlambat ini jadi menghambat jalannya acara."

"Tidak, Nona-- eum ..."

"Kirei. Panggil saja aku Kirei."

Louis membulatkan matanya. "Ah! Anda pasti Nona Kirei yang sering diceritakan Bang Davin itu, ya?!"

Kirei tersenyum tipis dan mengangguk. Diam-diam ia merutuki Davin. Entah apa saja yang diceritakan laki-laki itu tentangnya pada Louis. Niat hati yang ingin langsung pergi setelah menyampaikan ucapan selamat ulang tahun harus diurungkan. Karena sepertinya Louis sangat tertarik untuk mengenal dan mengajaknya berbincang.

"Wahh! Aku tidak menyangka kalau aku akan bertemu langsung denganmu, Nona. Mari ikuti aku, kita berbincang ringan sambil meminum sedikit anggur di sebelah sana."

Louis mengulurkan tangannya yang disambut dengan baik oleh Kirei. Mengabaikan decakan kesal Davin yang melihat interaksi keduanya, dan senyuman miring Zen di sampingnya.

Kirei sendiri bukannya tidak tahu kalau Davin tengah menatapnya dengan tajam sekarang. Ia hanya mencoba bersikap bodo amat dengan keberadaan laki-laki itu. Sedari menginjakkan kaki ke tempat ini, ia sudah memutuskan kalau tidak akan menghampiri Davin duluan sebelum laki-laki itu yang memulainya. Bukan apa-apa, ia hanya masih sedikit kesal dengan sikap Davin beberapa waktu lalu.

Jangan tanya bagaimana Davin sekarang. Meski laki-laki itu hanya berdiri di tempat, tapi tatapan netra kelamnya tak pernah lepas dari gerak-gerik Kirei bersama Louis di sudut sana. Meski ekspresi wajahnya tidak bisa dibaca, tapi Zen tahu kalau Davin sedang kesal dari rahang sahabatnya yang mengeras dan pegangan pada gelas wine yang dipegang begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.

"Sampai kapan lo bakal bersikap kek gitu?" tanya Zen dengan satu alis terangkat. "Bukannya dia yang lo tunggu?"

"Hmm, gue tau."

Zen mendengkus.

Dasar bucin.



Kirei dengan segala sikap tenangnya yang terkadang menyebalkan itu memang mutlak dan aku suka karena dia berhasil membuat Davin kesal di sini🤭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro