Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30 ☠ Impromptu Meeting Plan



"Davin, ihh! Bisa nggak sih nunggu aku selesai telepon dulu?"

"Ck! Ini kenapa juga kamu kirim pap kita ke Bang Zevin? Nanti dia mikir yang macam-macam gimana?!"

Davin mengabaikan ocehan gadis di pelukannya dan terus saja sibuk dengan kegiatannya menciumi pundak terbuka Kirei. Aroma harum mawar dari sabun mandi yang dipakai oleh Kirei membuat Davin tak bisa berhenti untuk menghirupnya. Bagai candu, laki-laki itu tidak akan pernah bosan dengan semua hal tentang Febrina Callista Kirei.

"Davin!"

"Hm?"

Hanya itu ...

Buk!

... dan satu bantal sudah mendarat di wajah tampan sang raja basket jalanan. Davin mengaduh sebelum menjauhkan sedikit wajahnya dari area bahu Kirei. Menatap ekspresi sang dara yang tengah cemberut dari arah samping.

"Apa?" Davin pun akhirnya memilih mengalah.

"Hentikan itu! Kita punya hal yang lebih penting untuk dilakukan!"

Ucapan menggebu-gebu Kirei membuat Davin mengangkat sebelah alisnya. Hal macam apa yang dimaksud gadis itu? Seingat dia, Kirei belum memberitahunya apapun.

"Hal apa?"

"Tentu saja mencari tahu siapa dalang dibalik semua masalah ini!" Tatapan berkilat-kilat terpancar dari mata kecoklatan Kirei. Gadis itu tampak bersemangat sekali saat mengatakannya. "Aku benar-benar tidak akan melepaskan mereka yang telah mengusik para anggotaku."

Tanpa Kirei sadari, Davin memutar bola matanya malas karena ucapan penuh semangat gadis itu. Karena ia tahu, Kirei tidak akan bisa melakukan apapun selama gadis itu ada di bawah kendalinya. Ia tidak peduli dengan anggota Psycho Elite yang lain, karena tujuannya hanya gadis dalam rengkuhannya ini.

"Kamu bisa melakukan itu nanti, Rei. Kamu juga bisa memerintahkan para anggotamu untuk melakukannya tanpa harus turun tangan sendiri, 'kan?"

Perkataan Davin memunculkan satu decakan tak suka dari bibir mungil Kirei. Ucapan sarkas laki-laki itu seolah mengatakan kalau apapun yang ia usahakan akan berakhir sia-sia. Ia hanya tidak terima dengan masalah yang menimpa anggotanya. Terlebih jika itu memang ulah dari seseorang-seperti yang dikatakan oleh Bang Zevin.

"Kamu memang selalu seperti itu, Davin. Menjauh dariku." Kirei melepas paksa rengkuhan laki-laki itu pada pinggangnya dan beranjak berdiri dari atas kasur king size milik Davin. "Aku bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan darimu jika kamu memang tidak ingin melakukannya."

Davin terdiam. Tidak berniat mencegah ataupun mengejar sosok gadis yang kini sudah memungut barang-barangnya dan keluar dari apartemennya itu.

Brak!

Begitupun setelah pintu apartemen itu membuat Kirei menghilang dari pandangan mata kelamnya.

☠☠☠

"Dasar nggak peka! Terkadang gue heran sama diri gue sendiri. Bisa-bisanya gue suka sama cowok kek dia."

Kirei menghentak-hentakkan kakinya di sepanjang koridor apartemen yang ia lalui seraya mendumel kesal. Gadis itu menatap langit malam penuh bintang dari balik jendela apartemen yang dilaluinya di sepanjang koridor. Ia sudah berada di apartemen Davin sejak siang tadi. Pada awalnya ia ingin menginap, tapi sikap Davin barusan berhasil membuat ia marah dan lebih memilih untuk cepat-cepat pergi dari hadapan laki-laki itu sekarang.

Terkadang, ia juga tidak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan oleh Davin. Ada kalanya laki-laki itu selalu mendukung apapun yang dilakukannya. Ada kalanya juga dia akan bersikap enggan dan sarkas seperti tadi. Entah sisi yang mana yang harus ia percayai saat ini. Karena Davin selalu bilang, supaya ia tidak pernah percaya pada laki-laki itu.

"Otak gue emang selalu bilang kalau jangan percaya sama dia, tapi hati gue malah bilang sebaliknya."

Kirei kembali melangkahkan kaki jenjangnya meninggalkan area apartemen mewah itu. Mencari kunci mobil di dalam sling bag yang ia pakai, dan mengeluarkan mobilnya dari basement. Hari sudah semakin larut, dan ada baiknya kalau ia pergi ke markas sekarang juga. Ada banyak hal yang harus ia lakukan, termasuk mencari tahu siapa sebenarnya Deadlock Gang.

Ia tidak akan melakukannya sendiri, karena ada para anggota Psycho Elite yang akan selalu siap membantunya. Dengan atau tanpa bantuan Abryan Davin Darendra. Ia akan menyingkirkan laki-laki itu dari pikirannya untuk sementara waktu sampai ia menemukan titik terang dari semua permasalahan ini.

Brum! Brum!

Mobil hitam yang membawa serta Kirei di dalamnya itu melaju membelah jalanan malam dengan kecepatan rata-rata. Tujuan gadis itu sekarang adalah markas Psycho Elite. Ia juga harus menghubungi Geovan, Byza, dan juga Reynand agar hadir di sana. Ia akan mendiskusikan hal ini pada ketiga rekannya itu terlebih dahulu. Baru mereka akan membahasnya bersama para anggota keesokan harinya.

Karena tidak mungkin kalau ia memerintahkan anggotanya untuk datang ke markas malam ini juga. Jarak rumah mereka ada yang jauh dari markas. Berbeda dengan Reynand, Byza, dan Geovan yang memang sudah memiliki perjanjian tidak tertulis di antara mereka para inti. Di mana mereka harus siap dan bersedia datang jika dipanggil atau dikumpulkan untuk keperluan rapat dan lain-lain.

Kirei memelankan sedikit laju mobilnya di jalanan yang cukup sepi, lalu meraih ponsel yang ia letakkan di atas dashboard mobil dan mulai membuka aplikasi Instagram miliknya. Ia membuka grup Inti PE yang berisikan lima orang anggota, dan menuliskan hal yang ingin disampaikannya di sana.

Usai memastikan kalau ketiga rekannya bisa datang, Kirei kembali meletakkan ponsel miliknya di atas dashboard dan mulai mempercepat kecepatan mobilnya. Ia harus sampai di markas duluan untuk mempersiapkan ruang rapat mereka. Karena ia yakin kalau rapat kali ini akan berakhir dalam waktu yang cukup panjang dan lama. Mengingat perbedaan pendapat selalu saja terjadi di antara mereka, para inti.

Namun perbedaan pendapat itulah yang justru memperkaya ilmu pengetahuan mereka. Karena ada banyak hal yang bisa didiskusikan bersama, dan ada banyak masalah yang bisa dicari jalan keluarnya.

☠☠☠

Keempat sahabat itu saling tatap satu sama lain. Keputusan mereka adalah langkah awal yang membutuhkan banyak pengorbanan untuk mencapai tujuan. Baik Kirei, Geovan, Byza, dan Reynand pun sadar kalau keputusan mereka sama saja dengan cari mati.

Namun mereka juga tidak bisa membiarkan teror terus saja mengintai para anggota mereka yang tidak bersalah. Arial dan Nathan telah mengalami hal buruk karena ulah musuh mereka-yang bahkan mereka saja tidak tahu siapa musuh Psycho Elite sebenarnya.

Terkadang, suatu pengorbanan memang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan. Sementara kini, tujuan keempat inti itu adalah mencari tahu siapa Deadlock Gang yang sering dikatakan Bang Zevin pada Kirei.

Para cracker pendatang baru yang merupakan pelaku dari bocornya identitas rahasia kedua anggota mereka sekaligus pembobol sistem keuangan PE pada beberapa waktu yang lalu.



Huaaa, makin greget aja sama nih cerita😬

Gemes banget! Nggak sabar mau ngungkap siapa dan apa sebenarnya motif dari sang pelaku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro