27 ☠ Deadlock Gang's Absolute Victory
•
•
•
Bersantai di Le Losé Club, adalah hal yang tengah dilakukan oleh Alzevin Giordano sekarang. Nuansa bar yang temaram dan cukup sepi membuat Zevin sedikit terlena. Belum lagi live concert musik jazz dari band jalanan yang menemani malam tenangnya di salah satu bar yang berada Kota Alsace itu. Ambil minuman, tarik kursi Anda, dan dengarkan live music jazz di dekat panggung sana bersama Zevin.
"Sungguh malam yang sempurna." Zevin terkekeh sembari mengangkat gelas minumannya dan menegak anggur merah itu dalam sekali teguk.
Tak!
Lantas meletakkan gelas kosongnya di atas meja begitu saja. Kemeja putih yang dipakai oleh sang pemilik AGA Company itu tampak kusut di bagian lengan karena Zevin sempat menggulungnya sampai siku.
Pria itu hanya sendirian di klub malam yang terletak cukup jauh dari tempat penginapan mereka. Mengingat Nathan yang mengeluh ngantuk tadi, jadi Zevin memutuskan untuk bersenang-senang sendiri karena tidak mungkin juga kalau ia memaksa Nathan.
Wajar saja jika melihat sudah pukul berapa sekarang, 00:23 UTC. Yang artinya sudah sangat larut. Bahkan bisa disebut pagi karena sudah pergantian hari.
Bersenang-senang ala Zevin itu memang seperti ini. Menikmati musik jazz sambil membiarkan diri sendiri larut dalam pekatnya anggur dan alunan musik yang dimainkan. Ponsel yang ia beli saat baru saja tiba di Alsace juga ia bawa untuk berjaga-jaga, jika Kirei atau sang papa tiba-tiba meneleponnya.
Glup!
Satu tegukan terakhir, dan Alzevin memutuskan untuk berdiri membayar minumannya. Lalu kembali pulang bersama dengan mini coopernya membelah jalanan Kota Alsace yang indah. Berlama-lama di bar juga tidak baik untuknya karena ia bisa saja kelepasan minum nanti. Menjadi seorang pemimpin dari perusahaan besar seperti AGA Company membuatnya harus membatasi diri dari minuman-minuman yang memiliki kadar alkohol tinggi.
Dari Le Losé Club ke penginapannya di Le Sanctuaire d'Aléa membutuhkan waktu sekitar setengah jam untuk sampai. Meskipun suasana pedesaan di Alsace akan terasa sepi saat dini hari, tapi tak sedikit orang yang masih saja menghabiskan waktu bersantainya di luar rumah. Entah itu hanya sekadar menatap pemandangan langit, ataupun membaca buku ditemani secangkir kopi dan lentera kaca.
Netra gelap Alzevin Giordano sesekali melirik ke arah jam tangannya dan mempercepat laju mobil begitu teringat kalau masih ada sesuatu yang harus ia lakukan begitu sampai di penginapan. Untung saja penginapannya itu melayani 24 jam, jadi ia tidak akan takut terkunci apabila pulang dini hari seperti ini.
"Lagipula, aku juga sudah bilang sama si mbak-mbak resepsionis kalo bakalan pulang larut," gumam pria dewasa dengan kemeja putihnya itu. Efek panas dari alkohol masih bisa dirasakannya di tenggorokan. Membuat Zevin sesekali harus menelan ludah untuk mengurangi rasa tidak nyaman di dalamnya.
Namun atensi Zevin teralih begitu saja dari jalanan saat dering ponselnya menyala dan terpampang nama Papa Keanan di sana. Pria itu segera menepikan mobilnya dan menjawab panggilan sang papa saat sudah masuk pada dering kedua. Dini hari begini sang papa telepon, tapi pasti di Indonesia sudah siang saat ini.
Kira-kira ada apa, ya?
Tak ingin membuat sang papa menunggu lama, Zevin pun segera mengangkat panggilan tersebut dan mendekatkan ponselnya ke telinga.
"Zevin! Pulang ke Indonesia sekarang juga! Kamu sudah lihat beritanya, 'kan? Arial butuh kamu."
Kening Alzevin Giordano mengerut dalam. Berita apa yang papanya maksud? Hubungannya dengan Arial apa? Anak itu membutuhkannya? Membutuhkan dalam hal apa?
Ayolah! Ini masih pagi, dan ia mengantuk. Sementara suara panik sang papa di seberang sana sama sekali tidak membantu.
"Apa sih, Pa? Berita apa? Zevin sama sekali tidak tahu berita apa yang Papa maksud."
"Astaga! Sebenarnya apa saja yang kamu lakukan di Paris, sampai-sampai mengabaikan berita yang menyangkut Adikmu seperti ini?!"
Nada kesal dan marah bisa Zevin tangkap dari suara sang papa saat ini. Membuat ia semakin penasaran dan berakhir memutus panggilan secara sepihak guna mencari tahu tentang berita panas yang membuat sang papa sampai begitu marah seperti tadi.
"Lagipula, apa-apaan dengan berita yang menyangkut Arial itu? Memangnya dia artis yang setiap pergerakannya harus diberitakan oleh media dan diketahui seluruh negara? Cih!"
Zevin masih terus saja mendumel sembari membuka salah satu sosial medianya, dan sedetik kemudian, pria dewasa yang merupakan kakak dari Arial Giovandra itu dibuat terbelalak tak percaya saat mengetahui berita apa yang tengah panas-panasnya di Indonesia saat ini.
Berita tentang identitas adiknya sebagai AL, si pembunuh para tikus berdasi yang beraksi setahun lalu terangkat ke permukaan.
Tanpa sadar, kedua tangan Zevin mengepal kuat dengan mata yang terus saja bergulir menatap satu per satu artikel yang memberitakan tentang adiknya.
"Sialan! Aku benar-benar akan menghancurkan siapapun yang berani bermain-main dengan keluargaku!"
Bukan hanya perkataan biasa, tapi itu sumpah dan janji Zevin pada dunia.
"Kalian salah besar karena sudah bermain-main denganku, Deadlock Gang."
Tatapan mata Zevin menggelap, dan seringai mengerikan terulas di bibirnya yang tebal. Kali ini, Zevin tidak main-main. Pria itu pasti akan menangkap siapapun dibalik nama Deadlock Gang. Para cracker pendatang baru yang sudah hampir dua minggu ini ia pantau pergerakannya.
"Jika kalian memang menginginkan perang, maka kalian akan segera mendapatkannya."
Pagi itu, Zevin langsung mempersiapkan kepulangannya ke Indonesia. Pria itu menghubungi pilot pribadinya dan meminta penerbangan ke Paris segera. Ia tidak peduli lagi jika seandainya musuh PE berhasil mengetahui keberadaannya dan Nathan di Paris. Namun yang jelas, ia harus mempersiapkan tempat persembunyian baru untuk Nathan. Karena ia masih ingat tentang tanggung jawabnya pada Kirei yang memintanya untuk membawa Nathan ke tempat persembunyian yang aman.
Saat ini, bisa dibilang kalau kasus Nathan belum selesai dan reda, tapi sudah muncul kasus baru yang melibatkan adiknya.
☠☠☠
"Alzevin Giordano. Dia memang hebat. Bahkan dia juga sudah bisa menebak kalau ini pasti ulah kita."
Seorang pemuda dengan baby facenya tampak menyeringai lebar hingga menunjukkan deretan gigi putihnya. Pemuda itu menatap satu per satu anak buahnya dengan tatapan bangga.
"Bukan kita yang hebat, Ketua. Tapi rencana dan otak pintar lo yang patut diacungi jempol!"
"Hahaha! Lo emang hebat, Vino! Nggak heran kalo lo yang kepilih jadi Ketua Deadlock Gang."
"Bener, tuh! Ayo bersorak buat Ketua kita ini, Alvino Rickardo! Hahahaha!"
Sorak-sorai di ruangan bernuansa gothic itu mencerminkan betapa bahagianya para orang di dalamnya seolah telah berhasil memenangkan suatu kompetisi. Padahal yang mereka lakukan hanya mencari informasi, menyebarkannya, dan terima gaji.
"Hidup Alvino!"
"Hidup Deadlock Gang!"
"Hidup Alvino!"
"Hidup Deadlock Gang!"
"Hahahaha!"
Suara tawa penuh kemenangan di markas Deadlock Gang menjadi akhir dari bagian ini.
•
•
•
Nah! Sekarang kalian tahu, 'kan? Ketua Deadlock Gang itu siapa?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro