24 ☠ Span Skirts and Sweet Desires
•
•
•
Hari ini adalah hari yang cukup melelahkan bagi Kirei yang baru saja keluar dari kelas terakhirnya di kampus setelah seharian menghadiri empat mata kuliah sekaligus. Seharusnya hanya ada tiga mata kuliah, tapi dia dimintai tolong oleh salah satu dosen untuk mendampinginya saat mengajar. Tentu saja tidak hanya mendampingi dalam diam. Tetapi ia disuruh menjelaskan ulang materi yang telah disampaikan oleh sang dosen di kelas sebelumnya.
Benar-benar merepotkan kalau kata Byza yang tadi justru memilih kabur setelah kelas terakhir dan meninggalkan Kirei. Bisa dipastikan kalau Byza sebenarnya sudah tahu kalau sang dosen akan meminta bantuan padanya atau pada Kirei. Karena hanya mereka berdualah siswa yang paling unggul di kelas MB-2.
Kirei dengan segala kecerdasan dan cepat tanggapnya, lalu Byza dengan ingatan kuat dan kemampuan komunikasinya yang baik. Mereka berdua adalah pentolannya anak MB-2. Yahh, seperti itulah rumor yang beredar di Universitas Garuda Asa tentang mereka berdua.
Apalagi eksistensi Kirei sebagai pewaris tunggal D'Calls Corp yang tidak bisa diabaikan. Terlebih publik juga sudah tahu kejadian malang yang menimpa keluarga gadis itu. Kematian sang kedua orang tua di tangan sang kakak yang berhasil menorehkan luka mendalam pada gadis yang kini tengah menggantikan dosennya untuk menjelaskan materi di depan kelas.
"Jadi seperti itu penjelasan yang telah saya kutip dari beberapa sumber. Untuk lebih lanjutnya, saya serahkan kembali pada Pak Dosen kita." Kirei berujar singkat sebelum menundukkan kepala dan undur diri kembali ke kursinya. Ia juga harus mencatat materi diskusi kali ini untuk arsipnya sendiri.
"Baiklah, terima kasih karena sudah menjelaskan ulang materi yang telah saya sampaikan sebelumnya, Kirei."
Kirei tersenyum dan mengucapkan sama-sama tanpa suara. Gadis cantik dengan sweater merah bata dan rok span di bawah lutut itu mengeluarkan buku bindernya dan bersiap untuk mencatat. Sesekali Kirei juga harus menyelipkan rambut panjangnya ke belakang telinga karena menghalangi pandangan. Ia lupa tidak membawa karet kuncir tadi ...
... dan semua sikap gadis itu tak luput dari tatapan intens seorang laki-laki dengan potongan undercut yang berdiri di dekat jendela di luar kelas.
Ya, siapa lagi kalau bukan Abryan Davin Darendra dengan segala kenakalan dan kenekatannya.
Padahal sudah jelas-jelas kalau dia adalah mahasiwa dari Universitas Merpati Jingga. Lantas untuk apa lelaki tampan itu berada di Universitas Garuda Asa jika bukan untuk bertemu dengan Kirei?
Ah, tidak.
Daripada bertemu, lebih cocok kalau dibilang menjemput. Karena kedua sejoli itu akan pergi ke mall bersama setelah jam kuliah masing-masing telah selesai. Itu permintaan Kirei yang kemarin bilang kalau merindukan uang milik Davin dan ingin membeli Bee Puppet berukuran besar di mall.
Davin menunduk, mengetikkan beberapa bubble chat pada Kirei yang berisi kalau ia sudah berada di depan kelas gadis itu dan tengah menunggu sang gadis keluar ruangan.
Di luar dugaan, pesannya langsung dibaca oleh sang gadis. Davin mengintip dari jendela kelas, dan tatapannya bersirobok dengan Kirei yang duduk di meja paling depan, tapi juga berada di paling pojok. Davin mengkode Kirei dengan gerakan tangan bahwa laki-laki itu sudah menunggu di depan kelas, dan ia bisa melihat anggukan mengerti dari gadis itu.
Davin menghela napas sebelum menjauh dari jendela kelas dan menyandarkan punggungnya di salah satu tiang penyangga terdekat dengan tatapan lurus ke arah lapangan umum. Ya, kelas terakhir Kirei memang berada tepat di depan lapangan umum kampus Garuda Asa. Tempat di mana segala upacara dan perayaan outdoor diadakan.
Harus Davin akui, Garuda Asa merupakan universitas yang unggul. Garuda Asa dikenal dengan kehebatannya dalam bidang akademik, dan mereka juga tidak kalah dalam bidang non-akademik. Piala mereka sangat banyak, setiap tahun pasti ada saja dari kalangan mahasiswa berbakat yang menyumbang piala untuk universitas tercinta mereka.
Yang paling membuat Davin kagum adalah, rata-rata mahasiswanya berasal dari kalangan menengah ke atas. Di mana semua barang dan interior kampus juga serba mewah. Sementara donatur terbesar masih dipegang oleh Keluarga D'Calls, keluarganya Kirei. Lalu Keluarga Sean, keluarganya Reynand itu berada di posisi kedua. Itulah mengapa nama Kirei dan Reynand pasti tidak asing di telinga mereka.
Netra kelam Davin menatap sekelilingnya yang cukup sepi. Hari memang sudah semakin sore, para mahasiswa sudah banyak yang pulang ke rumah atau kost mereka masing-masing. Kemungkinan juga ia dan Kirei akan sampai di mall saat menjelang malam.
"Untung saja aku sudah berjaga-jaga di saat seperti ini."
Lelaki itu melirik ke arah paperbag berukuran sedang yang ia letakkan di dekat kakinya. Paperbag itu berisi pakaian gantinya dan Kirei. Karena tidak mungkin kalau mereka menggunakan pakaian kuliah yang sudah seharian ini dipakai. Semisal mau pulang dulu pun akan memakan banyak waktu jika mengingat jarak apartemennya yang lumayan jauh dari Universitas Garuda Asa. Jadi Davin berinisiatif membawa pakaian ganti. Mereka bisa menggunakan kamar mandi kampus untuk berganti baju nanti.
"Davin! Aku sudah selesai."
Seruan Kirei berhasil menarik perhatian Davin yang semula ke arah paperbag, kini menjadi ke arah sang gadis. Kirei baru saja keluar dari kelas terakhirnya, dan Davin dibuat mengernyit saat melihat bawahan rok span yang dipakai oleh sang dara.
Jujur saja, Kirei terlihat berbeda jika memakai rok. Biasanya gadis itu akan memakai celana saat ke kampus. Sangat jarang sekali ia mendapati Kirei memakai rok, terutama rok span di bawah lutut. Kirei terlihat anggun dan menawan. Terlebih saat dipadukan dengan sweater merah bata sebagai atasannya tersebut.
"Cantik," kata Davin tanpa sadar.
"Apa?" Kirei bertanya, mencoba memastikan hal 'cantik' apa yang dimaksud oleh Davin.
"Kamu cantik jika memakai rok span."
Wajah Kirei yang semula tampak lesu karena kelelahan, tiba-tiba saja berubah cerah dengan kedua pipi yang mulai memerah. Gadis itu tampak malu-malu dan salah tingkah sekarang.
"Haruskah aku membelikanmu rok seperti itu lagi agar aku bisa melihatnya setiap hari?"
Davin gila! Apa yang barusan dikatakannya itu, sih?!
"Tidak, terima kasih. Tapi aku lebih suka memakai celana." Kirei berusaha tetap bersikap cool meskipun detak jantungnya sudah bekerja dua kali lipat karena perkataan Davin sebelumnya berhasil membuat ia terbawa perasaan euphoria sesaat. "Aku memakai rok hari ini karena celanaku sudah habis di lemari. Aku belum sempat mengantarnya ke tempat laundry."
Davin mendengkus. Gagal sudah rencananya yang ingin melihat Kirei memakai bawahan rok span lagi.
Ohh, atau kubuang saja semua celananya dan kuganti dengan rok span?
•
•
•
😭😭😭
Ngadi-ngadi emang si Davin.
Buang aja semua celananya Kirei, tapi aku nggak ikut-ikutan kalau Kirei sampai marah gara-gara celananya kamu buang, ya😭🤭
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro