17 ☠ Longing but Prestigious
•
•
•
Apartemen Davin.
Kirei berguling ke sana-kemari di atas ranjang abu-abu berukuran king size itu dengan gelisah. Sesekali netra cokelatnya akan menatap pada layar ponsel yang menampilkan isi roomchatnya dengan sang pemilik apartemen, Abryan Davin Darendra.
"Ck! Kenapa sampai sekarang masih centang satu, sih?"
Sudah lima hari, dan satu pun pesan darinya tidak mendapatkan balasan. Bahkan sepertinya, Davin juga tidak online sama sekali semenjak laki-laki itu berpamitan pergi terakhir kali.
Kirei sudah berada di apartemen ini sejak tadi pagi. Mencoba peruntungan, siapa tahu Davin pulang hari ini. Akan tetapi sampai pagi berganti malam, ia masih belum mendapatkan kepastian di sini. Dichat tidak dibalas, ditelepon juga tidak dijawab. Entah apa dan di mana sebenarnya keberadaan laki-laki itu sekarang.
Kirei bosan. Biasanya ada Davin yang selalu mengganggunya, dan selalu saja ada hal-hal kecil yang mereka perdebatkan. "Apakah aku harus membuat masalah dulu baru kamu mau kembali pulang padaku, Davin?" gumam Kirei.
Gadis yang hanya memakai setelan kaos oversize milik Davin dan celana pendek ketat miliknya itu beranjak dari atas ranjang. Kirei membuka lemari hitam yang ada di dalam kamar apartemen tersebut dan mencari pakaian yang bisa digunakannya.
"Mungkin besok aku harus meletakkan beberapa pakaianku juga di sini. Toh, apartemen Davin adalah apartemenku juga, 'kan? Laki-laki itu sendiri yang bilang kalau aku bisa memakai apartemennya sesuka hati."
Kirei mengendikkan bahunya sebelum mengambil sebuah celana levis pendek dan hoodie berwarna krem. Ia berencana untuk pergi ke sirkuit dan menonton balapan skateboard malam ini. Tempat yang setahun terakhir selalu didatanginya hanya untuk melihat seorang Abryan Davin Darendra beraksi di atas skateboardnya.
Usai memantapkan hati, Kirei bergegas mengganti pakaiannya di dalam kamar mandi. Ia sengaja memilih hoodie, karena hanya pakaian itu yang ia rasa cocok untuk menyembunyikan dirinya di antara kerumunan masa. Terlebih desain hoodie yang memang memiliki tudung sebagai penutup kepala. Ia hanya tinggal memakai masker saja untuk menutupi wajahnya, dan sepatu converse hitam putih menjadi pilihan terakhir Kirei untuk outfitnya malam ini. Dengan ponsel di tangan kiri dan kontak mobil di tangan kanan, maka Kirei sudah siap berangkat sekarang.
Untuk sampai ke sirkuit, Kirei hanya membutuhkan waktu berkendara sekitar 30 menit saja dengan mobilnya. Berbeda jika ia memakai motor, 20 menit saja sudah cukup. Namun ia tidak membawa motor saat ini. Ingin pinjam motor sport milik Davin di basement, tapi ia tidak tahu di mana Davin meletakkan kontak motornya.
"Lagipula jika aku memakai motor milik Davin, bisa-bisa aku langsung jadi pusat perhatian di sana."
Bagaimana tidak? Davin begitu populer di kalangan para gadis. Tentu saja mereka pasti kenal dengan motor sport dan plat nomor milik Davin. Jika ia memakainya, skandal baru pasti akan terjadi, dan ia benci jadi pusat perhatian serta sasaran bully dari para fans fanatik laki-laki itu.
"Akan lebih baik kalau cari aman saja, 'kan?"
Kirei membuka pintu mobilnya dan mendudukkan diri di kursi kemudi. Bercermin sebentar di kaca spion dan membenarkan posisi masker hitam yang dipakainya sebelum benar-benar tancap gas meninggalkan area apartemen milik Abryan Davin.
☠☠☠
Sirkuit, Pertandingan Skateboard.
Sorak-sorakan yang mengelu-elukan para jagoan mereka terdengar di seluruh penjuru arah. Kirei yang baru saja sampai segera mencari space kosong dan mendudukkan dirinya. Ia memilih duduk di tribun ketiga dari atas. Tepat di sebelah seorang gadis dengan surai merah dan tindikan di hidungnya.
"Ohh, kita bertemu lagi gadis aneh."
Sudut bibir Kirei berkedut, dan ia hanya memberikan senyum kecutnya dari balik masker yang dipakainya pada gadis itu. Ini sudah kesekian kalinya ia bertemu dengan gadis menyebalkan yang selalu menyuruhnya untuk jangan terlalu berharap banyak pada sosok sang ketua perkumpulan mereka, Abryan Davin Darendra.
Tidak tahu saja dia kalau Davin sudah dekat denganku sekarang.
Kirei tersenyum sombong. Dalam hati ia sudah bersorak kegirangan karena merasa telah menang dari gadis-gadis yang mendambakan sosok Abryan Davin.
Kami bahkan sering berbagi kehangatan di tempat tidur sambil menonton film kesukaanku. Kalian semua tidak ada apa-apanya dibandingkan denganku.
"Hai! Kita bertemu lagi. Kamu apa kabar?"
Hanya basa-basi.
Kirei pun sangat tahu itu. Sang lawan bicara pun pasti juga tahu kalau ia hanya ingin berbasa-basi sebagai formalitas semata.
"Baik. Selalu baik." Si surai merah berujar tanpa mengalihkan pandangannya dari para peserta yang sudah siap dengan skateboard masing-masing di bawah sana. "Kau ke sini karena mau lihat si Davin tanding, 'kan? Dia tidak akan datang malam ini. Jadi lebih baik kau pulang saja. Ada atau tidak ada dia pun tidak ada bedanya. Laki-laki seperti Davin tidak akan tertarik pada gadis aneh sepertimu."
Lihat, 'kan? Gadis bersurai merah dengan gaya punknya itu memang menyebalkan! Padahal ia tidak ingin memulai pertengkaran, tapi si surai merah berhasil menyulut amarahnya.
"Aku sudah tahu. Jadi berhentilah menceramahiku seolah kamu tahu segala hal tentangnya," kata Kirei yang sudah sangat jengkel. "Justru harusnya kalian para fans Davin yang waspada, karena bisa saja Davin sudah memiliki seseorang yang dia suka dan dia jaga."
Itulah aku!
Kirei melanjutkan kalimatnya dalam hati. Tanpa sadar, kedua telapak tangannya mengepal. Kirei berdecih sebelum memilih berdiri dan meninggalkan si surai merah dengan segala ekspektasinya sendiri. Ia akan mencari tempat duduk lain untuk bisa menikmati pertandingan dengan baik. Berada di samping si surai merah selalu saja membuatnya naik darah.
"Hih! Dasar cewek nyebelin! Belum tau aja dia kalo Davin itu sukanya sama gue. Bukan sama dia atau sama mereka," gerutu Kirei dengan kaki yang dihentak-hentakkan. Mereka yang dimaksud di sini adalah para Davin Lovers.
"Davin juga. Kapan dia baliknya, sih?! Udah lima hari loh ini."
"Dia nggak kangen sama gue apa? Masa iya cuma gue yang kangen sama dia, 'sih?!"
"Nggak fair banget!"
"Eh! Enggak-enggak! Gue nggak kangen sama dia, ya! Dianya aja tuh pasti yang kangen sama gue sekarang."
"IYA, PASTI GITU!"
•
•
•
Dan part ini berakhir dengan semua gerutuan dan sumpah serapah yang keluar dari mulut manis Kirei😃
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro