Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11 ☠ Mr. Aryano? Who is He?



Kematian sang kakak dan dihukumnya Byzarvilous Yehezkiel bukanlah akhir. Kirei tahu kalau bahaya tidak akan berhenti mengincar ia dan keluarganya sebelum semuanya benar-benar hancur. Terlebih Psycho Elite pasti juga akan terkena imbas dari semua ini.

Ia memang terlihat tenang-tenang saja, tapi sebenarnya ia memikirkan banyak hal. Tentang masa depan Psycho Elite, tentang masa depan para anggotanya, juga tentang masa depannya sendiri.

Ingatannya kembali berputar saat ia berada di apartemen Davin terakhir kali, dan menemukan potongan koran beserta artikel lama di bawah ranjang laki-laki itu. Hampir semuanya berisi tentang berita kecelakaan pesawat pribadi Keluarga Darendra yang terjadi dua puluh tahun silam.

Kirei jelas tahu kalau Keluarga Darendra adalah keluarganya Davin. Namun ia tidak tahu siapa saja yang ada di dalam tragedi kecelakaan pesawat tersebut. Semakin mengenal Davin, ia malah semakin merasa kalau ada banyak hal yang tidak ia ketahui tentang laki-laki itu.

"Rei! Ngelamun aja lo!"

Kirei tersentak saat suara seseorang berhasil menyadarkannya dari lamunan. Gadis berlesung pipi itu memberikan lirikan tajamnya pada sang pelaku utama yang tidak lain dan tidak bukan adalah Reynand. Ia, Byza, Reynand, dan Nathan saat ini tengah menghabiskan waktu istirahat bersama di kantin kampus mereka.

"Apaan, sih?!" Kirei berseru kesal.

"Lo yang apaan? Dari tadi ngelamun mulu. Tuh, makanan lo sampe dingin." Reynand menunjuk semangkuk mie ayam yang sudah mulai mendingin karena sekian lama belum disentuh dan dimakan oleh sang pemilik.

"Iyaa, maaf."

Nathan hanya menatap interaksi kedua kakak-beradik tak sedarah itu dalam diam. Perdebatan kecil antara Kirei dan Reynand selalu menarik di matanya. Sementara Byza, gadis bule itu lebih memilih fokus pada bakso miliknya. Ia lapar, mata kuliah terakhirnya tadi cukup banyak menguras emosi.

"Lagi mikirin apaan sih lagian?"

Reynand kembali bertanya. Membuat Kirei menghela napas panjang seolah ada banyak beban yang tengah dipikulnya. Gadis dengan cardigan abu-abunya itu menggeleng lesu.

"Lahh? Ditanya serius juga."

Nathan mendengkus. "Udah, biarin aja. Nanti kalau Kireinya mau cerita, pasti dia cerita."

Perkataan bijak Nathan membuat Byza ikut mengangguk. "Gue setuju. Lo kayak nggak tahu Kirei aja. Kadang dia kelihatan mikir keras, tapi yang dipikirin malah gimana caranya menghasilkan uang lebih banyak."

Reynand tertawa. Perkataan Byza yang satu itu tidak bisa dipungkiri memang. Di antara mereka semua, memang Kirei yang paling antusias bila PE mendapatkan suatu misi dengan imbalan gaji yang sangat besar. Gadis itu akan kegirangan dan tanpa ba-bi-bu lagi pasti langsung menerima misi tersebut.

"Terserah apa kata kalian, deh. Gue lagi nggak mood nanggapin." Kirei berujar sembari memakan mie ayam miliknya yang mulai mendingin dengan lahap.

Keempat sahabat itu kembali menikmati waktu santai mereka sembari berbincang ringan. Namun mereka sama sekali tidak menyadari, bahwa ada sepasang mata kelam yang menatap keempatnya dari jauh dengan tatapan yang sulit diartikan.

☠☠☠

"Target sudah ditentukan. Jadi, kita harus mulai dari siapa?"

"Bukannya sudah dimulai? Keluarga Seandinata yang pertama. Itu perintah Ketua."

"Yang benar saja."

Beberapa orang pria terlihat berdebat di dalam suatu rumah bernuansa alam. Rumah itu memakai gaya tropis modern yang mewah dengan sentuhan rotan di bagian pintunya. Sebagian perabotannya masih menggunakan bahan kayu dan rotan yang dibentuk sedemikian rupa untuk menambah kesan dinamis di dalam rumah. Selain itu, ada juga kolam-kolam kecil di sekitar koridor yang ditanami dengan tumbuhan air sebagai hiasan. Sementara para pria tadi tengah duduk melingkar di ruang tengah dengan gaya atap terbuka sehingga menampilkan suasana luar ruangan yang istimewa.

"Memang benar. Seandinata yang pertama. Aku sudah mengirimkan kotak ancamannya ke rumah mereka tadi pagi."

"Hanya kotak ancaman? Kenapa tidak langsung membunuh mereka saja, sih?"

"Kau ini bodoh atau apa? Yang ada kita bisa tertangkap kalau terburu-buru begitu. Lagipula Ketua tidak akan mengizinkan kita berbuat seenaknya tanpa komando darinya."

"Ck! Menjengkelkan. Aku sudah muak dengan mereka semua. Kita sudah menunggu selama 20 tahun untuk ini, dan sekarang kita masih harus menunggu lagi?"

"Bersabarlah dulu, Ken. Semua pasti ada masanya. Kita hanya perlu mengikuti rencana Kakek Aryan yang sudah disusun sedemikian rupa."

"Hmm. Kau benar. Kali ini aku setuju dengan Alvan."

Ada dendam yang harus dibalaskan, dan mereka semua masih bisa menahan diri untuk tidak langsung terjun ke medan perang sebelum perintah langsung diturunkan.

☠☠☠

Masih di kantin Universitas Garuda Asa.

"Guys, kalian kenal sama Mr. Aryano nggak?"

Kirei, Byza, dan Nathan yang semula tengah asik dengan kegiatan makan masing-masing, kini spontan mengangkat pandangan pada Reynand yang barusan mengajukan pertanyaan.

"Mr. Aryano? Siapa dia?" tanya Nathan.

"Gue juga nggak tahu, makanya gue nanya sama kalian. Siapa tahu kalian kenal sama orang yang namanya Mr. Aryano."

Byza menggeleng hingga surai blondenya juga ikut berayun lembut. "Nggak tahu gue. Nggak pernah dengar juga. Emangnya kenapa? Lo dengar nama itu dari mana?"

"Dari orang tua gue. Gue nggak sengaja dengar pembicaraan mereka kemarin di teras. Mereka kayak takut banget sama sosok Mr. Aryano ini. Makanya gue tanya kalian, siapa tahu kalian kenal."

Kirei menyimak sembari mengelus dagunya. Gadis itu merasa familiar dengan nama yang baru saja disebutkan oleh Reynand, tapi ia lupa pernah mendengar atau melihatnya di mana. "Mr. Aryano tuh cowok?"

"Ya iyalah, Rei! Masa cewek? Yang bener aja lo!" Untung Reynand sabar. Menghadapi Kirei memang seringkali menguras emosinya. "Jelas-jelas gue nyebut mister. Udah pasti dia cowok, lah."

"Nanti gue cari tahu."

Keputusan sepihak Kirei membuat Reynand dan Byza menatap gadis itu dengan heran.

"Kenapa? Gue cuma penasaran, kenapa nama itu bisa bikin Tante Amber dan Om Sean ketakutan. Lo pasti punya pemikiran yang sama kayak gue 'kan, Bang Nath?"

Nathan mengangguk. Ia memang sepemikiran dengan Kirei. Sejak awal, ia tidak berfokus pada nama yang disebut oleh Reynand. Melainkan alasan dibalik ketakutan Mrs. Amber dan Mr. Sean karena munculnya nama asing itu. Pasti ada sesuatu di sini, dan ia harus mencari tahu. Ia tidak perlu menunggu perintah dari Kirei, karena ia sudah paham dengan tugasnya.

Mr. Aryano, ya? Akan aku cari tahu siapa sosok dibalik nama itu.



Wahh! Makin banyak teka-teki yang muncul, nih!

Siap-siap buat kejutan di part selanjutnya, ya!

See you next part♡

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro