Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10 ☠ The Start of Revenge Mission



Coober Pedy, Australia.

Seorang pria terlihat baru saja turun dari sebuah mobil Jeep Wrangler Rubicon berwarna hitam dengan menyeret koper hitam kecil miliknya. Di belakang pria itu, ada beberapa pria dewasa dengan setelan jas hitamnya yang merupakan para bodyguard sang kakek.

Dia adalah Davin, dan Coober Pedy adalah tempat tinggal sang kakek saat ini. Di mana ia hanya bisa berkunjung jika dipanggil. Jika tidak mendapat panggilan langsung dari kakeknya, ia tidak akan berkunjung ke sini. Karena sang kakek sangat menjunjung tinggi privasi, dan pak tua itu tidak suka saat ada seseorang yang melanggar privasinya.

"Tuan Besar ada di dalam, Tuan Muda," kata seorang bodyguard dengan luka jahit di sudut bibirnya.

Davin mengangguk dan mulai memasuki rumah sederhana dengan berbagai perabotan kayu di dalamnya. Ia meletakkan koper miliknya di dekat pintu dan mencari keberadaan sang kakek di dapur rumah. Davin yakin kalau sang kakek pasti berada di sana. Karena ia sudah mencium bau harum masakan sejak awal memasuki rumah.

"Ohh, Davin. Kamu sudah datang?" Seorang pria tua yang tampak masih sehat dan segar bugar di usianya yang sudah hampir menginjak angka 60 itu menyambut kedatangan sang cucu dengan satu pelukan hangat.

"Ya, Davin baru saja tiba, Kek. Apa yang sedang Kakek lakukan?" tanya Davin sembari melirik ke arah panci yang airnya sudah tampak mendidih.

"Bikin sup daging kesukaan kamu. Udah lama kan kamu nggak makan sup daging buatan Kakek?"

Sudut bibir Davin seketika terangkat ke atas. Meskipun dikenal sebagai sosok yang cuek dan dingin, tapi bila sudah bersama sang kakek, Davin akan berubah 180°. "Iya, udah lama Davin nggak makan sup daging buatan Kakek. Kalau begitu, Davin izin berbenah di kamar ya, Kek. Sekalian mau bebersih di kamar mandi. "

"Iya, sana. Tiga puluh menit lagi segera ke meja makan, dan kita makan bersama."

Davin mengangguk mengerti. Pria 22 tahun itu segera beranjak keluar dari area dapur dan memungut kembali kopernya yang ia tinggalkan di dekat pintu masuk, lalu membawanya ke kamar tamu. Di rumah sederhana sang kakek, hanya terdapat satu kamar utama dan dua kamar tamu saja, dan ia selalu menempati salah satunya bila berkunjung ke sini.

Netra kelam pria itu menatap ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu. Tepat pukul 07.30 AM sekarang. Kirei pasti sudah berangkat kuliah saat ini, pikir Davin. Namun ternyata ia salah, karena saat ia baru saja melihat HP untuk mengecek kegiatan apa yang sedang dilakukan gadis itu, ia malah melihat sosok Kirei yang masih bergelung dalam selimut di apartemennya.

Davin mengernyit, pria itu langsung mengetikkan beberapa pesan pada Kirei. Namun ya jelas, tidak akan ada balasan dari gadis itu ketika sang gadis tengah tertidur.

"Tengah berbalas pesan dengan siapa?"

Sang Kakek muncul dari arah belakang, sementara Davin langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celana dengan cepat. "Bukan siapa-siapa kok, Kek. Sup dagingnya sudah matang?" Davin mencoba mengalihkan perhatian, tapi tatapan serius sang kakek membuatnya menelan ludah.

"Pasti Kirei, ya? Kau sudah jatuh cinta dengannya?"

"Tidak." Davin menjawab dengan tegas.

Satu alis sang pria tua terangkat. "Yakin? Kalau sudah jatuh cinta, bilang sama Kakek. Biar Kakek sendiri yang turun tangan untuk menghancurkannya."

Davin dibuat bungkam. Ia sangat tahu apa maksud perkataan kakeknya tersebut. Permasalahan keluarga yang terjadi di masa lalu membuatnya juga ikut terlibat dalam misi pembalasan dendam ini.

"Baik, Kek. Davin mengerti."

Karena Davin tidak akan bisa berkutik jika itu perintah langsung dari sang kakek.

"Misi pembalasan dendam ini baru saja dimulai setelah 20 tahun lamanya Kakek diam dan membiarkan mereka hidup tenang, Davin. Maka jangan buat Kakek kecewa karena telah memilihmu dalam memimpin misi ini."

☠☠☠

Seandinata House.

"A-apa ini?"

"Tidak. Tidak mungkin."

"Seharusnya dia sudah mati!"

"Pa! Cepat kemari dan lihat ini, Pa!"

Mrs. Amber, ibunda dari Reynand itu berseru panik memanggil sang suami, Asseano Dinata. Kedua orang tua Reynand itu memang sedang berada di rumah saat ini. Sementara anak lelaki satu-satunya tengah mengerjakan tugas kuliah dalam kamar.

Mr. Sean berjalan cepat menuju sumber suara di mana sang istri berada. Ia mendapati istrinya berdiri gemetar di teras rumah mereka sembari memegang sebuah kotak hitam yang entah apa isinya.

"Ada apa, Amber? Kenapa kamu terlihat panik begitu?"

"Lihat ini, Pa." Mrs. Amber menyerahkan kotak hitam itu pada sang suami. "Aku tidak percaya kalau dia masih hidup, dan berniat membalas dendam pada kita."

"Dia?"

Mr. Sean menerima kotak hitam tersebut dan melihat ke dalamnya. Tidak ada hal yang aneh. Hanya berisi satu potongan berita koran, sebuah foto seseorang yang membuat ingatannya melayang ke dua puluh tahun yang lalu, beserta satu surat ancaman yang ditulis dengan tinta merah.

"Nggak. Ini nggak mungkin, 'kan? Bagaimana mungkin Mr. Aryano masih hidup?"

Mrs. Amber menggelengkan kepalanya. Wanita paruh baya itu tampak cemas dan berkeringat dingin. "Aku tidak tahu, Pa. Seharusnya dia sudah tewas dalam kecelakaan pesawat itu. Ta-tapi ini, ba-bagaimana mungkin?"

"Ada baiknya kita selidiki lebih lanjut. Aku akan menghubungi Keanan dan Jhovando secepatnya."

Mrs. Amber mengangguk. Ia berharap kalau fakta yang baru saja didapatnya hanyalah sebuah gertakan. Karena ia sangat yakin, Mr. Aryano sudah meninggal 20 tahun silam. Tepat saat kecelakaan pesawat itu terjadi. Kecelakaan pesawat pribadi milik Keluarga Darendra yang direncanakan dengan sempurna, tidak mungkin meninggalkan celah begitu saja.

Atau memang, mereka saja yang terlalu percaya diri bahwa semua rencana akan berhasil dan berjalan sempurna?

☠☠☠

"Mr. Aryano? Siapa dia?"

Reynand mengernyitkan keningnya saat tanpa sengaja mendengar percakapan sang kedua orang tua dari balik pintu yang menghubungkan ruang tamu dan teras. Apalagi setelah melihat respon panik dan cemas dari sang ibunda. Jelas saja ia merasa penasaran.

"Lantas apa hubungannya dengan Om Jhovando dan Om Keanan?"

"Apakah ini ada hubungannya dengan kematian Om Melvino dan Tante Melisa?"

"Atau justru, ini ada hubungannya dengan persaingan antar keluarga di dunia bawah?"

Banyak sekali pertanyaan yang timbul di benak Seandinata Keynando Reynand. Ia merasa kalau, Mr. Aryano ini bukanlah orang biasa. Terlebih saat melihat reaksi kedua orang tuanya ketika mendapat kirimin sebuah kotak misterius berwarna hitam tersebut.

"Apa gue juga harus nyari tau?"

"Tapi ... harus mulai dari mana?"

Di satu sisi, Reynand penasaran. Namun di sisi lain, ia juga tidak tahu harus memulai dari mana. Apakah ia harus memberitahu Kirei perihal ini juga? Atau ia simpan sendiri saja sampai semua informasi menjadi lebih jelas?

"Ck! Bodo amat, lah. Lebih baik gue cari tau sendiri aja."



Jadi penasaran. Sebenarnya ada konflik masa lalu apa yang terjadi diantara mereka?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro