Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07 ☠ They are the Target



Seorang pria misterius tampak berdiri menghadap puluhan layar monitor CCTV di ruang berukuran 10 × 8 meter tersebut. Masker dan tudung hitam yang menutupi sebagian wajahnya membuat siapapun tidak bisa mengenalinya. Tatapan mata tajam pria itu bergulir ke arah tombol power yang menjadi pusat semua layar monitor di depannya. Menekan tombol itu dengan satu kali gerakan, dan terpampanglah semua aktivitas dari satu per satu targetnya.

Di layar paling kanan, ada seorang gadis bersurai blonde yang tengah berganti pakaian. Sepertinya dia baru saja selesai mandi. Terlihat dari tetes-tetes air yang terjatuh dari rambut basahnya.

Kemudian di layar sebelahnya, terdapat seorang laki-laki yang tampak bermain piano dengan sang ibunda. Kedua ibu dan anak itu tampak menikmati quality time mereka dengan bermain piano bersama.

Lalu di pojok kiri, terdapat seorang laki-laki yang sepertinya baru saja selesai meletakkan organ dalam sang korban di dalam sebuah toples kaca dan memajangnya di rak kayu sebagai hiasan. Kaos berwarna putih yang dikenakan bahkan sudah berlumuran darah.

Di monitor sebelahnya lagi, terlihat seorang lelaki yang tengah berkutat dengan layar laptopnya. Di samping laptop tersebut, terdapat satu to do list yang isinya tidak bisa ia lihat dengan jelas karena jarak yang terlalu jauh.

Kemudian di layar monitor bagian bawah, ada seorang pemuda dengan kalung rantai khasnya yang terlihat berbincang santai dengan seorang gadis bersurai hitam sebahu sembari memberi makan seekor black panther.

Yang terakhir, tepat di layar monitor bagian tengah dengan ukuran paling besar, terdapat seorang gadis manis dengan pakaian santainya sedang memasuki suatu ruangan yang terletak dibalik rak buku di rumah gadis tersebut. Ruangan yang berisi berbagai macam barang kebutuhan wanita seperti tas, sepatu, pakaian, dan make up. Gadis itu terlihat senang saat mencoba berbagai macam hiasan dan pernak-pernik lucu berbentuk lebah di rambutnya.

"Sampai saat ini aku masih heran, kenapa dia begitu menyukai serangga seperti lebah."

Pria dengan tudung hitamnya itu terkekeh kecil sebelum meninggalkan ruangan tersebut dan melepaskan hoodie beserta masker yang sedari tadi dipakainya. Menampilkan wajah tampan bak visual anime yang hampir mendekati kata 'sempurna'.

Pria tersebut berjalan keluar ruangan dan menyusuri lorong untuk sampai ke ruang pertemuan. Sesekali ia juga akan melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya guna memastikan kalau ia tidak terlambat. Ruang dengan pintu kayu setinggi 2,5 meter itu sudah tampak terbuka dari kejauhan. Begitu masuk ke dalamnya, ia sudah disambut oleh keenam laki-laki yang merupakan para anggotanya.

Drrtt! Drrtt!

Namun baru saja ia melewati pintu, getaran ponsel di saku celananya membuat ia mengurungkan niat dan mengkode keenam anggotanya untuk menunggu sejenak. Akhirnya ia memilih untuk meneruskan langkah dan mengangkat panggilan yang ternyata dari sang kakek.

"Halo, Kek? Ada apa?"

"Bisakah kau ke sini, Nak? Kakek ingin berbicara empat mata denganmu."

"Hari ini?"

"Iya, hari ini juga. Kakek sudah mengirim seseorang untuk menjemputmu. Dia akan tiba dalam 15 jam. Persiapkan dirimu, ya."

"Baiklah."

Pria dengan wajah rupawan itupun akhirnya mematikan panggilan tersebut setelah dirasa percakapannya dengan sang kakek telah selesai. Barulah kemudian ia kembali ke ruang pertemuan, di mana keenam anggotanya sudah menunggu kehadirannya untuk memulai rapat yang akan membahas tentang rencana mereka selanjutnya untuk menghancurkan sang target.

☠☠☠

Backyard Garden, Psycho Elite HQ.

"Jadi sebenarnya kamu yang membawa Black Panther ini, Rial?" Alvhie, gadis bersurai hitam sebahu itu bertanya pada pemuda di sampingnya, Arial Giovandra.

Mereka berdua saat ini tengah mendapatkan tugas untuk memberi makan Diego di taman belakang markas. Sementara ini, Diego masih diikat di salah satu pohon sambil menunggu kandang untuk sang macan kumbang selesai dibuat. Mungkin pembuatan kandang itu akan memakan waktu yang sedikit lama saat melihat desain luar biasa dan bahan full besi yang digunakan oleh Kirei.

"Iya, aku yang membawanya atas izin Kak Kiki," jawab Arial tanpa melepas pandangan dari Diego yang terlihat nyaman dengan elusan di kepalanya. "Kau tidak takut dengan Diego, 'kan?"

Alvhie tersenyum kecil sebelum menjawab. "Awalnya aku takut, tapi saat melihat kamu tampak santai dan mengajak Diego berbincang, aku jadi tidak takut lagi."

"Baguslah."

"Sudah selesai, 'kan? Ayo kita kembali ke dalam markas. Entah kenapa aku merasa ada seseorang yang tengah mengawasiku, Vhie."

"Ohh, ya? Mungkin hanya perasaanmu saja, Rial."

"Hmm, mungkin kau benar."

"Tidak usah terlalu dipikirkan. Ayo kita masuk ke dalam."

Arial mengangguk dan mengikuti langkah Alvhie setelah sebelumnya memberikan elusan perpisahan pada Diego yang masih tampak lahap memakan makanannya.

☠☠☠

Game Room, Psycho Elite HQ.

"Ayolah, santai sedikit."

Reynand berujar demikian saat melihat Nathan yang tampak frustasi sembari mata yang terus menatap laptop di depan laki-laki itu. Sudah hampir satu jam Nathan uring-uringan sendiri karena tidak kunjung bisa menemukan informasi apapun tentang Deadlock Gang—pelaku peretas sistemnya.

"Gue nggak bisa santai kalo belum nemuin informasi tentang mereka, Rey."

Reynand memutar bola matanya malas. Billiard yang tengah dimainkannya bersama Geovan itu jadi tidak menyenangkan lagi saat melihat raut wajah frustasi Nathan. "Please, deh. Gue tahu lo lagi frustasi, tapi untuk sekarang santai aja dulu. Kirei juga nggak bakalan nuntut lo buat cepat-cepat nyari info tentang mereka."

"Gue juga tahu kalo soal itu, tapi yang jadi masalahnya ... kalo ditunda-tunda gue takut mereka bakalan bergerak lebih cepat daripada kita."

"Udah, Rey. Biarin aja si Nathan fokus sama kegiatannya. Lo nggak usah ngerusuh dan ngerecokin dia." Geovan pun turut membuka suara tanpa mengalihkan fokusnya pada permainan bola sodok di depannya. Laki-laki bernama Axel Geovan itu tengah berusaha mencetak angka keempatnya sekarang.

"Masalahnya tuh-"

"Kalian lagi ributin apa, sih?" Byza muncul dari arah pintu sembari membawa senampan minuman dan camilan untuk mereka. "Kirei masih di luar sama anggota yang lain. Jangan sampe dia ke sini dan ngelihat kalian ribut kayak tadi."

Tak!

"Jadi, ada apa?" Gadis bule dengan surai blondenya itu kembali bertanya sembari berkacak pinggang. Menatap ketiga rekannya yang mulai sibuk dengan kegiatan masing-masing seolah menghindar untuk menjawab.

"Ck! Kebiasaan, deh. Kalo ada orang nanya tuh ya dijawab, dong!" Byza mendudukkan dirinya di samping Nathan yang tampak frustasi dengan helaan napas lelah. "Lo juga kenapa sih, Bang? Suram amat itu muka."

Nathan menggeleng. "Gue belum nemuin informasi tentang Deadlock Gang, Za. Informasi tentang mereka sangat sulit ditemukan. Apa mungkin Bang Zevin salah info kali, ya?"

"Nggak mungkinlah. Bang Zev nggak mungkin salah info. Kemampuan cybernya aja masih di atas lo. Jadi mana mungkin," sanggah Reynand dengan cepat. "Udah gue bilang, lo santai aja dulu. Pasti ketemu nanti."

Nathan mendengkus. Reynand dan segala sikap terlalu santainya itu kadang-kadang memang menyebalkan. Reynand selalu menyepelekan hal-hal kecil yang justru malah jadi poin terpenting.

"Bisa diem nggak lo? Itu mulut nyahut mulu perasaan kayak listrik," sungut Byza yang ditujukan untuk Reynand.

Geovan sendiri lebih memilih diam karena tidak ingin menambah keributan. Lagipula, masih ada dua bola biliar lagi yang belum ia masukkan ke dalam pocket. Sementara Nathan juga demikian, ia hanya menanggapi perkataan Byza seperlunya saja sampai Kirei datang ke dalam game room dan bergabung dengan mereka.

Kali ini, mereka memang memiliki rencana bermain game sepuasnya untuk refreshing diri. Kegiatan ini selalu mereka lakukan setiap seminggu sekali di game room markas. Selain bermain, mereka juga akan berdiskusi dan membahas hal-hal yang memang seharusnya dibahas oleh mereka para inti PE.

Ada banyak game yang bisa mereka mainkan berlima. Mulai dari billiard, domino, play station, random dance, karaoke, tebak lagu, dan permainan seru lainnya. Itulah kenapa, para member pun terkadang begitu betah saat sudah memasuki game room karena ada banyak permainan yang bisa mereka mainkan. Selain itu, tempat ini juga memiliki bar kecil di sudut ruangan.

"Hi, guys! Bisa kita mulai sekarang?" Kirei yang baru saja datang, menginterupsi.

"Lama amat lo, Rei. Ngapain aja sama anak-anak?"

"Biasalah. Pada rebutan, mau main sama si Diego. Bisa-bisa tuh macan ikutan frustasi pas tahu jadi bahan rebutan para member."

Geovan terkekeh. Laki-laki yang masih berdiri di samping meja biliar itu meletakkan cue stiknya sebelum ikut bergabung bersama keempat sahabatnya. "Lo kayak nggak tahu mereka aja, Rei. Nggak inget waktu pertama kali mereka tahu kalo di sekeliling markas kita ada kolam ikan hiu?"

Kirei tertawa. Tentu saja ia ingat. Ia ingat betapa antusiasnya para member saat ia mengenalkan mereka pada hiu-hiu peliharaannya di kolam.

"Mereka memang unik."



Hmm, part ini jadinya agak panjangan ... tapi nggak apa-apalah😁

Semoga suka and see you next part👋🏻

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro