Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05 ☠ Father's Longing & Midnight Surprise



In the Prison.

Hukuman 20 tahun penjara dan 10 tahun pengasingan adalah hal yang tak pernah terpikirkan akan terjadi padanya. Byzarvilous Yehezkiel menghela napas sembari menatap koran di depannya yang menayangkan satu cerita fabel. Di mana seekor singa malah berteman dengan seekor tikus karena tikus itu telah membantunya keluar dari jaring jebakan yang dibuat oleh sang pemburu.

Dari pada berteman, ia lebih suka menyebutnya bertekuk lutut.

Singa itu sangat bodoh karena tidak memakan tikus yang jelas-jelas adalah hidangan satu-satunya yang bisa dia makan saat itu. Satu ekor tikus tidak akan berguna kecuali jika kau berteman dengan semua kawanannya. Bagaimana pun, satu tidak lebih baik dari dua dan tiga, apalagi ribuan atau jutaan.

Namun kisah ini berhasil mengingatkannya akan masa lalu. Di mana ia berada di posisi sang singa yang bodoh karena berteman dengan seekor hewan pengerat tak tahu diri.

Krak!

Byzarvilous Yehezkiel menggelengkan lehernya ke kanan dan ke kiri dengan mata yang tak lepas dari cerita fabel tentang singa dan tikus tersebut. Pria paruh baya tersebut mengangkat foto yang tersembunyi dibalik lipatan koran.
Foto keluarganya yang diambil sekitar tiga tahun lalu. Ada ia di sisi paling kanan, lalu sang istri di sisi kiri. Kemudian kedua putra dan putrinya di tengah-tengah. Mereka terlihat bahagia sekali di foto itu.

Yahh, tapi tidak ada yang tahu dibalik senyuman bahagia itu ada banyak luka dan dendam yang tersembunyi. Ada banyak trauma dan kesakitan dibalik masing-masing wajah bahagia keluarganya.

Terutama sang putri, Syafreza Altezza Byza.

Ting! Ting! Ting!

"Waktunya makan."

Seorang petugas mengetuk jeruji besi yang mengurung Byzarvilous beberapa kali sebelum mendorong nampan berisi makanan yang dibawanya ke dalam celah jeruji bagian bawah.

"Habiskan kalau kau masih ingin merasakan makanan enak di sini."

Memang, Byzarvilous selalu menyisakan makanannya beberapa hari terakhir dengan alasan kalau ia rindu makanan enak di luar sana. Membeli makanan di kantin pun rasanya percuma karena menu yang dijual juga itu-itu saja. Ia rindu masakan putri kecilnya.

"Bisakah aku meminjam handphone?"

"Untuk apa?"

"Aku ingin menghubungi putriku."

"Tapi-"

"Biarkan dia menelepon."

Seorang kepala polisi tiba-tiba saja datang dan menyela percakapan yang terjadi diantara petugas dan Mr. Zarv. Petugas itu pun mengangguk dan menyerahkan ponselnya untuk dipinjam oleh sang tahanan.

Begitu sudah dipinjami ponsel, Mr. Zarv segera menekan angka-angka yang sudah ia hafal di luar kepala. Lantas menunggu sang lawan bicara mengangkat teleponnya.

"Halo? Ini siapa, ya?"

Mendengar suara yang begitu dirindukannya, Byzarvilous tak kuasa menahan tangis. Meskipun sikapnya pada sang putri terbilang kejam, tapi ia sangat menyayangi Byza lebih dari apapun.

"Ini Papa, sayang."

"Pa-papa? Ini benar Papa?"

"Iya, ini Papa. Kamu apa kabar? Maaf karena baru bisa menghubungimu lagi."

"Byza kangen banget sama Papa."

Byzarvilous terenyuh saat mendengar nada lirih dari seberang sana. Ia pun juga merindukan putri kesayangannya tersebut.

"Kenapa Papa baru ngabarin aku lagi? Ini udah hampir tiga bulan loh, Pa. Kalo aku bisa jenguk ke sana, pasti aku udah langsung ke sana."

Yahh, memang. Byzarvilous tidak boleh dijenguk oleh siapapun selama setahun ini karena masih dalam masa pengawasan. Itulah kenapa ia hanya bisa menghubungi anak dan istrinya lewat panggilan telepon.

"Maafin Papa, ya. Kamu dan Mama apa kabar?"

"Aku baik. Mama juga baik, kok."

"Syukurlah. Papa sangat merindukan kalian. Rindu masakan kamu juga."

"Haha, Papa bisa aja. Nanti kalau masa pengawasan Papa udah selesai, aku pasti akan ke sana dan bawain Papa masakan aku. Okey?"

"Oke, sayang. Ya sudah, Papa tutup dulu teleponnya, ya? Papa nggak bisa telepon lama-lama."

"Iya, Pa! Bye-bye!"

Mr. Zarv tersenyum tipis sebelum mematikan ponsel tersebut dan memberikannya lagi pada sang petugas yang sedari tadi masih menunggunya selesai menelepon. Setelah itu, pria setengah baya yang merupakan ayah dari Syafreza Altezza Byza tersebut memutuskan untuk memakan hidangan yang telah disediakan oleh petugas karena ia sudah merasa lapar.

Hmm, rasanya tidak terlalu buruk. Sepertinya, mereka yang memasak makanan hari ini tengah dalam suasana hati yang bagus.

☠☠☠

Markas PE, at 00.05 AM.

"Rial! Kamu sudah gila, ya?! Ini Black Panther punya siapa, heh?!"

Bagaimana Kirei tidak dibuat pusing tujuh keliling? Kalau di saat tengah malam seperti ini, Arial malah meneleponnya dan memintanya untuk datang ke markas Psycho Elite dengan segera. Ia panik karena suara Arial di seberang sana terdengar gelisah dan penuh permohonan agar ia mau datang. Ia jelas takut terjadi apa-apa dengan pemuda itu. Makanya ia langsung tancap gas pergi ke markas tanpa memedulikan kalau malam hari sudah berganti pagi.

Padahal baru tadi sore ia pulang ke rumah setelah diantar oleh Davin. Eh, tengah malam begini ia malah sudah kembali ke markas lagi karena telepon tiba-tiba dari Arial. Lalu yang lebih mengejutkan lagi, alasan Arial memanggilnya ke markas ternyata karena si macan kumbang yang entah dari mana asalnya ini!

"Kamu dapat nih macan dari mana?!" pekik Kirei lagi saat tak kunjung mendapat jawaban dari pemuda dengan hoodie hitam di depannya.

"Ini hadiah dari Bang Zev. Kemarin gue ditanyain mau hadiah apa buat ultah gue tahun ini. Ya gue bilang aja kalo gue mau Black Panther. Eh, dibeliin beneran."

Jawaban polos Arial membuat Kirei benar-benar ingin menenggelamkan diri dalam inti bumi. Gadis itu melirik sang macan kumbang yang tampak duduk tenang sembari menutup mata seolah menahan kantuk. Dilihat dari gelagat tenangnya, macan itu sepertinya sudah dijinakkan.

"Gila! Abang kamu benar-benar gila! Terus mau diletakkan di mana tuh macan? Lagian kenapa kamu membawanya ke markas, sih? Kita tidak punya kandang macan."

"Ya bikin."

Bisa tidak kalau Kirei menghilang sekarang? Ia lelah. Ia juga mengantuk. Seharusnya ia sudah tidur nyaman di kamarnya sekarang, tapi Arial berhasil menguji kesabarannya.

"Oke, terserah. Ini sudah pagi. Ada baiknya kamu masukkan itu macan ke dalam dan ikat dia di salah satu pohon yang ada di taman belakang markas. Besok aku akan memanggil orang untuk membuatkan kandang."

"Wahh! Serius, Nunna?! Makasih banyak, loh. Nunna yang bayar, ya? Biar sekalian."

Kirei tersenyum. Senyum yang mengandung kesabaran setipis tisu dibagi tujuh.

"Ayo, Diego. Kita masuk ke markas dulu~"

Kirei terperangah saat melihat Arial sudah menggiring macan kumbang yang memiliki berat kisaran 60 kg itu masuk ke dalam markas setelah sebelumnya meminta kunci bangunan utama padanya. Karena memang hanya Kirei seoranglah yang memegang kunci tersebut.

"Nama macannya Diego, dong."

Ingin rasanya Kirei menangis meraung-raung sambil mengais-ngais tanah sekarang juga saat melihat kerandoman yang terjadi di pagi buta begini.

"Untung lo Adek gue, Rial. Kalo bukan, udah gue balikin lo ke rumahnya Om Keanan biar dikurung sekalian."

Kirei menggeleng-gelengkan kepalanya sebelum berjalan masuk menyusul Arial dan Diego ke dalam. Ia hanya ingin memastikan kalau Arial benar-benar membawa Black Panther itu ke taman belakang markas dan mengikatnya dengan benar. Karena jika sampai lepas, sudah dipastikan kalau akan terjadi kehebohan pada keesokan paginya.

Lagipula, cuaca di luar juga semakin dingin. Mungkin ia akan menginap di markas kali ini. Karena ia tidak mungkin berkendara di pagi buta sendirian dalam kondisi mata merah karena menahan kantuk. Bukannya pulang dengan selamat, bisa-bisa ia pulang hanya tinggal nama.

"Rial! Yang diikat itu tali yang ada di lehernya si Diego! Bukan malah Diegonya yang diikat di pohon! Nanti itu macan nggak bisa napas! Astaga!"



Sabar, Rei. Sabar! Wkwk🤣🤣🤣

Punya adek kok kelakuannya random banget, batin Kirei.

Unik memang adiknya Bang Zevin yang satu itu😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro