Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 1: Houston, We Have a Problem

Galaksi Bimasakti, dekat Mars, 22 September 2024, Pukul 14.20

Galaksi bimasakti. Sunyi dan gelap. Tetapi tetap terlihat indah dengan bintang yang selalu berkedip. Juga dengan bulan purnama yang terang benderang karena pantulan sinar matahari.Tidak ada oksigen di luar sana. Tidak ada orang yang bisa tinggal di sana. Kecuali, di sebuah kapal antariksa berwarna putih yang melayang-layang di angkasa

Di kapal antariksa itu, kita bisa melihat seorang kapten yang mengendarai kapal tersebut. Rambutnya ikal. Di baju putihnya tertera lencana kapten antariksa yang mengkilap. Terkadang, ia menggaruk kepalanya karena kebingungan.

Ya, dia adalah Hamdi, alumni dari sebuah kelas akselerasi di Indonesia. Kau tahu dia berasal dari kelas mana. Kini, setelah 15 tahun meninggalkan tempat tinggalnya, Bumi, ia menjadi kapten pesawat antargalaksi dari markas NASA, Houston, Amerika Serikat. Ya, cukup tidak disangka.

Dan kali ini, ia hanya menatap langit sambil melihat album SMP-nya. Mengingat teman-temannya ketika masih SMP. Juga siapa yang memotret foto tersebut. Ya, ia masih ingat siapa yang memotret semua itu. Dia sendiri, Nindi, Feni, Fikri, Ratna, Amelia. Ah, banyak sekali. Bukan hanya mereka saja.

Ia pun masih ingat ketika teman-teman nya melakukan hal lucu,aneh atau konyol. Apalagi ketika ia teringat saat Amelia bercanda menyantet guru-guru. Atau ketika ia, Lintar, dan Nelson mengatai Ratna makhluk berkaki tiga setengah. Atau ketika ia bersama seluruh teman-temannya dimarahi oleh wali kelas, Pak Hamdan. Juga ketika ia mendapatkan foto Fiona yang sangat aneh. Ah, masa-masa yang indah. Kata Hamdi dalam hati sambil tertawa kecil.

“Ablululululu! WAAAAAAA!”

“Blalabublukhuuuu! WAAAAAA!”

Hamdi langsung menutup telinganya dengan kesal. Tidak! Teriakan dua makhluk itu lagi!

Stop. Tunggu sampai sini. Kalian pasti tidak tahu siapa yang Hamdi maksud “dua makhluk” itu. Ya, makhluk itu pun bukan makhluk yang biasa. Mereka alien. Lebih tepatnya adalah “dua” alien. Tetapi mereka bukan alien yang berlendir, jahat, dan licik. Justru kebalikannya.

Ya, mereka adalah Lina Pene Pono dan Linda Paka Piki. Putri dari Planet Pulu. Dan ya, mereka alien. Menurut Hamdi, mereka adalah “duplikat” dari Lina dan Linda, teman SMP-nya. Kedua alien setengah manusia itu terkadang menganggunya, tapi sebenarnya mereka baik hati. Dan saat ini, Hamdi sedang mengantarkan mereka untuk perjalanan wisata galaksi, yang direncanakan oleh ayah mereka, Raja Pulu-Pulu. Memang menyenangkan. Tetapi terkadang berat.

“Pulululupululu! AAAAKKHH!! WAAAA!!” Kedua alien itu saling berteriak kembali. Sambil memukul-mukulkan tangan mereka.

“Hei! Bisa diam tidak? Kalau tidak, kutabrakkan pesawat ini ke asteroid!” Teriak Hamdi dengan setengah kesal. Kedua alien itu langsung menunduk dalam-dalam.

“Maaf, kapten. Pulu Pulu.” Kata Linda Paka dan Lina Pene dengan malu. Bahasa mereka terkadang bercampur aduk: setengah Inggris, setengah Pulush (bahasa Planet Pulu). Hamdi pun tersenyum lebar.

"Tidak apa-apa. Aku sedikit capek hari ini, kadang bisa marah-marah sendiri.”

Linda Paka dan Lina Pene mengangguk tanda mengerti sambil tersenyum. Hamdi pun berbalik kembali, berhadapan dengan panel-panel dan tombol-tombol di meja kendalinya. Lalu melihat ke layar pesawatnya.

Bumi, itulah yang pertama yang dilihatnya. 23562 kilometer dari lokasi pesawatnya. Bulat, dengan gelombang laut yang menghempas  daratannya, dan satelit-satelit yang mengelilinginya. Hamdi menghela nafasnya sambil tersenyum. Tiba-tiba, lamunannya dipecahkan oleh Lina Pene.

“Pululalaplululu, kapten?”

“Maksudmu?”

“Pulu, maksud pulu, apa itu, pulu kapten?” Lina Pene menunjuk ke arah sesuatu di jendelanya.

“Yang mana?” Mata Hamdi menyipit. Berusaha mencari-cari benda yang dimaksud alien itu.

“Piltu!” Lina Pene menunjuk bumi.

Hamdi langsung terdiam. Sangat sulit untuk menjelaskan bumi. Ada banyak hal dan kenangan disana. Jika dijelaskan satu-satu, itu akan memakan waktu lama. Hamdi langsung menggaruk-garuk kepalanya. Lalu beranjak dari kursi kendalinya sambil berjalan menuju kedua alien itu.

“Itu bumi. Planet yang ditinggali manusia. Banyak hal dan kenangan disana. Untukku.” Hamdi pun kembali melamun. Sementara kedua alien tersebut tetap menatapnya dengan bengong.

“Eeeh.. Kapten, kau punya banyak teman ya, disana?” Tanya Linda Paka yang fasih berbahasa manusia.

Hamdi tidak menjawabnya. Pikirannya kembali melayang ke masa lalunya. Dimana ia membuat drama bersama teman-temannya. Ketika ia menjadi astronot, lalu sahabatnya Nelson menjadi seorang reporter bersama Fikri dan Nindi. Juga Ratna dan Novia yang terus-menerus menganggunya dengan cara memasukkan pensil ke telingannya ketika berpura-pura menyampaikan beritanya. Hamdi tertawa kecil.

 “Kapten!”

Hamdi tersentak. Ia mengira hal darurat terjadi.

“Ada apa? Kode merah! Kode merah! Kita ditabrak asteroid!” Hamdi kalang kabut berlari-lari menuju ruang kendali. Kedua alien itu menahan tawa mereka.

 “Kapten, tadi kapten melamun. Kita nggak ketabrak, kok.” Kata Linda Paka. Hamdi langsung menepuk dahinya. Dasar konyol, ucap Hamdi dalam hatinya. Entah kenapa ia sampai bertingkah seperti itu. Apalagi di depan dua putri jahil dan lucu dari planet nun jauh sana. Hamdi pun duduk di dekat kedua alien itu sambil menghela nafas.

“Maaf. Entah kenapa beberapa hari ini aku teringat teman-temanku di bumi. Aku mau pulang. Just let me go hooome...” Tiba-tiba Hamdi justru menyanyi lagu “Home”-nya Michael Buble sendiri dengan nada sendu. Lina Pene justru tertawa melihat Hamdi yang berwajah sayu itu.

 “Pulupululundldululul, Kapten?”

Hamdi hanya melirik Lina Pene dengan tatapan aneh. Ia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku tidak pernah mengerti ucapanmu, kata Hamdi dalam hati sambil tertawa kecil. Namun ia dikejutkan oleh Linda Paka, kakak dari Lina Pene.

“Kapten, kata Pene, kenapa kita tidak ke bumi saja sekarang?”

Hamdi langsung terdiam. Sebuah senyuman mengembang di bibirnya. Ia langsung tertawa dan berdansa-dansa di depan mereka berdua. Itu ide yang bagus. Namun, apakah tidak apa jika ia membawa dua alien aneh itu? Apakah teman-temannya tidak akan berpikir bahwa ia akan melakukan invasi? Tapi, ia juga ingin pulang. Pulang..

Hamdi pun berlari menuju meja pusat kendalinya. Ia mengetikkan kode-kode dan menekan tombol-tombol di panel mejanya. Ia pun berbalik pada kedua alien itu.

Our next stop, Earth!” Kedua alien itu langsung mengencangkan sabuk pengaman mereka.

Hamdi menekan tombol merah. Buuuuusssst!! Pesawat itu langsung melesat dengan sangat kencang. Linda Paka dan Lina Pene langsung termundur ke belakang kursi. Namun, Hamdi tetap di kursinya dengan santai. Ya iyalah, dia kan sudah berkali-kali berkeliling galaksi. Ia sudah terbiasa dengan semuanya.

Tiiit! Tiiit! Tiiit!

Raungan peringatan ini berulang kali terjadi. Tombol bahaya di panelnya berulang kali berkedip dan memancarkan cahaya merah yang menyilaukan. Abdi langsung menyalakan alat komunikasinya dengan komputer.  

“Komputer! Jelaskan apa yang terjadi!”

Komputer tersebut langsung mengeluarkan video dari dalam mesin pesawat. Dan ya, mesin pesawat itu mengeluarkan asap. Dan tentunya, api.

Mesin satu dan dua mengalami kerusakan, kapten. Kita harus mendarat. Keadaan darurat. Keadaan darurat.”

Komputer itu mengucapkan laporan singkat dengan nada yang datar. Itu membuat Hamdi panik. Ia tidak mengendalikan komputer. Hamdi langsung berbalik dan melihat kedua alien yang dibawanya.

 “Dengarkan aku baik-baik! Kalian harus tenang! Kuulangi...”

Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, terdengar suara “BOOOOM!!” dari bawah. Hamdi mengumpat. Linda Paka memeluk adiknya. Pesawat mulai memasuki atmosfer bumi dengan keadaan setengah terbakar. Oksigen menipis. Hamdi merasa panas, tetapi ia harus bertahan. Dia membuka komunikasi dengan markas NASA di Houston.

 “Houston! Houston! Can you hear me? This is Spaceship One!”

“Spaceship One, Spaceship One! Is there any problem?”

“Houston! We have a problem. Serious problem!” Hamdi berusaha mengendalikan pesawat. Pesawat mulai menukik dengan cepat.

Just tell us!”

“All engine are broken. We will going...” Hamdi melihat layarnya dan mendengar teriakan kedua alien itu.

“Puuuuluuuuuu!!” Kedua alien itu saling berpelukan dan menutup mata mereka. Hamdi langsung melihat kaca pesawat. Mereka akan jatuh. Jatuh.

...Down. Goodbye, Houston.”

Hamdi menarik kendalinya dengan mulut komat-kamit membaca doa. Berusaha untuk membuat pesawat tetap terbang. Tapi, terlambat.

DOOOOOOMMMM!!!!

***

 To Be Continued...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro