Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bonus Chapter [2/2]

After Story : Urasaka / Sakaura(?)

“Kenapa pipimu terluka begitu?” tanya Urata saat ia berpapasan dengan Sakata di pintu keluar taman malam itu. Agak ragu rasanya kalau ia harus berkata bahwa ini karena pukulan Shima.

“Ahh … ini bukan apa-apa.”

Ya, meski sedikit terlambat untuk menghentikan kokuhaku Shima, ia terburu-buru datang ke taman tanpa sempat sekadar memakai syal atau memasang plester.

“Setidaknya, pakai ini. Lehermu sudah hampir membeku begitu,” ujar si surai coklat.

Tangannya melepas syal merahnya, lalu melingkarkannya di leher Sakata. Sunyi, Sakata membiarkan Urata yang nampak murung itu memakaikan syalnya. Kalau boleh ia menebak, ini pasti karena pertemuannya dengan Shima tadi, entah apa yang mereka bicarakan.

“Ura-san,” panggilnya.

“Hng?”

“Sepertinya aku memang tidak bisa tidak menyukaimu,” ujarnya tiba-tiba yang membuat pergerakan tangan Urata terhenti.

Jemarinya mengambil sebuah daun kecil yang tertiup angin dan jatuh ke kepala Urata, lalu mengelus surainya perlahan.

“Habisnya … aku sangat suka Ura-san yang seperti ini,” lanjutnya yang membuat Urata semakin salah tingkah. Untuk sesaat lidahnya kelu untuk mengucapkan sesuatu.

“Bodoh, kau benar-benar bodoh. Aku kedinginan, tahu,” ujar Urata sambil menggaruk tengkuknya, netra emeraldnya mengalihkan pandangan dari Sakata.

Ya, itu sukses membuat Sakata semakin gemas.

“Boleh kupeluk? Anggap saja permintaan maaf karena aku terlambat,” pintanya dengan sebuah senyuman lebar.

Si surai brunette tertunduk, malu-malu ia menyembunyikan wajahnya yang pasti sudah bersemu merah. Entah karena dingin, atau perlakuan Sakata yang menghangatkannya.

“Ii yo.”

“Sakatan nara … ii yo.”

.
.
.
.
.
.
.

After Story : Shimasen

“Jangan awali tahun barumu dengan kesedihan.” Lelaki berambut pirang itu berjalan menghampiri Shima yang bersandar di sebuah pagar jembatan, memandangi kembang api.

Senra menyodorkan sebotol teh pada Shima yang nampak habis menangis. Matanya sedikit merah, tertinggal di pipinya jejak air mata.

Arigatou.”

“Kau baik-baik saja?” tanya Senra hati-hati saat melihat sosoknya yang sangat rapuh itu.

“Yah … seperti dugaanku, aku ditolak.” Ia memandang Senra, kerlingan amethyst nya sendu seraya tersenyum miris.

Seandainya ia tahu, kalau separuh diri Senra merasa lega Shima tak berpacaran dengan Urata. Tapi rasanya terlalu cepat untuknya berpuas diri kalau si surai ungu itu belum juga mengetahui perasaannya.

“Boleh aku menemanimu menonton kembang apinya?”

“Kenapa kau harus minta ijin?” Shima balik bertanya kemudian meminum tehnya.

“Kupikir kau sedang ingin sendiri, jadi—“

“Tidak apa-apa,” jawab Shima cepat yang membuat Senra refleks menoleh.

Sepasang manik golden ambernya melebar. Riuh kembang api mengisi hening di antara mereka untuk sesaat.

“Kalau kau yang menemaniku, tidak apa-apa, kok.”

Jadi, sudah bolehkah Senra merasa senang meski hanya sedikit di malam tahun baru ini?

“Terima kasih sudah mengkhawatirkanku, Senra.”

Mungkin tidak di tahun ini, tapi ia akan menunggu hingga luka di hati Shima sembuh.

Mungkin saat itulah ia akan segera mengutarakan perasaannya tuk menempati soft spot di hati Shima. Seperti yang pernah Sakata lakukan.

Uhn. Sama-sama.”
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
-OWARI-

Ichika
22.12.18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro