Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bonus Chapter [1/2]

“Urata-san! Pocky game shiyou ka?” celetuk Shima saat aku hendak pulang dari cafe.

“Tidak mau. Lakukan dengan pacarmu saja sana.”

“Eeh? Aku tidak punya pacar lho. Urata-san juga menolak saat kuberi coklat valentine. Kejam." Bibirnya mengerucut sambil memakan habis sebatang Pocky.

“Baiklah kalau kau memaksa,” sambil menyeringai, kugigit sebatang pocky. Kusudutkan si surai ungu itu dengan tanganku berpegangan pada counter di kanan-kiri pinggangnya.

“E-EH? Chotto- aku cuma bercanda! Urata-saaAaAaaan—!"

Aku suka menggodanya dengan hal-hal kecil seperti itu, melihat reaksinya yang pada awalnya ingin menggodaku lebih dulu.

Aku bekerja menjadi live singer di suatu café, dan dia bekerja sambilan disana. Kedekatan kami yang hanya sebatas tegur-sapa, berlanjut ke titik dimana aku merasa nyaman bersamanya.

Canda tawa di setiap obrolan bersamanya selepas bekerja menjadi penghibur untuk hariku yang melelahkan. Aku tidak menyesali waktuku yang kuhabiskan bersamanya. Jujur saja, rasanya menyenangkan bersama Shima. Ya, kalau saja kecelakaan itu tak terjadi.

.
.

Malam itu aku melihatnya, terkapar bersimbah darah di tengah kerumunan orang-orang. Menjadi korban tabrak lari, lalu kondisinya dinyatakan koma.

“Ini semua … salahku.”

.
.

“Kalau aku datang lebih cepat dan menolong Maashi, pasti tak akan seperti ini.“

.
.

“Seandainya aku tidak pernah mengiyakan permintaannya untuk bertemu malam itu.”

.
.

“Ya, ini kesalahanku sehingga Maashi seperti ini.” 

Stereotip itu terus terputar bagai kaset rusak. Menggangguku di setiap harinya, mengubahku menjadi pribadi yang arogan.  Hari-hari yang terasa membosankan, hingga si rambut merah itu menyatakan perasaannya padaku.

.
.

“Jadilah pacarku. Hanya sampai Shima-san sadarkan diri saja, tak apa.”

Ketika kukira aku sudah terlalu takut membuka hati lagi, dia datang padaku.

Mengajakku berlari, membawaku pergi dari belenggu ketakutan yang kuciptakan sendiri.

.
.

“Maaf … maaf….”

Rasanya permintaan maafku malam itu seperti mengiyakan kalau aku memang sudah tak punya rasa yang sama lagi pada Maashi.

“Urata-san tidak salah. Aku lega, kau sadar perasaanmu padaku seperti apa.” Jemari Maashi membelai helai rambutku perlahan. Aku merasa nyaman untuk sesaat. Terlarut dalam kehangatan sederhana itu.

Kalau boleh, mungkin aku akan menyalahkan masa lalu karena hubungan kami jadi seperti ini.

“Seandainya kecelakaan itu tak terjadi, mungkin tidak akan seperti ini jadinya.”

Tapi kalau kecelakaan itu tak pernah terjadi, mungkin aku takkan membuka hati pada Sakata. Mungkin juga Senra takkan punya kesempatan untuk menyatakan perasaannya.

Malam itu, kami berpisah. Kuputuskan untuk meninggalkannya. Sebuah pesan masuk dari Sakata yang mengabarkan kalau ia akan menjemputku.

Yah, yang paling kubutuhkan saat ini mungkin hanya pulang , tidur, atau mungkin seseorang untukku bersandar.

.
.
.
.
.
.
"Memeluk Sakata di malam yang dingin begini ... bukan pilihan yang buruk."
.
.
.
.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro