Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

5. Heartbreak

“Bukannya aku sudah pernah bilang? Aku punya orang yang kusukai.”

“Orang itu… Shima-san, ‘kan?” terka Sakata ketika ia ditolak oleh si surai brunette untuk kedua kali.

“Senra yang memberitahumu?” sahutnya malas hingga ia dapati keseriusan dalam kerlingan manik kemerahan itu.

“Jadilah pacarku. Hanya sampai Shima-san sadarkan diri saja, tak apa.”

Sejak hari itu, sisi Urata-san yang rapuh itu perlahan membaik. Ia juga jadi lebih serius dengan klub basketnya.

Tentu saja, aku sangat senang melihatnya yang sedikit demi sedikit membuka hatinya.
Tapi aku juga khawatir, bagaimana kalau sewaktu-waktu Shima kembali?

Aku akan kembali menjadi teman Ura-san? Atau yang lebih buruk lagi, dia menjauhiku, yang hanya sebatas pelariannya ini.

Aku sama sekali tidak berharap Shima tak sadarkan diri untuk selamanya.

Tapi setelah aku menjalani hariku sebagai pacar Urata-san, aku sempat berpikir,

semoga bukan hari ini ia bangun dari koma.

Mungkin karena itu, saat ini aku benar-benar sakit hati.

.

.

Setelah mendengar cerita itu, Senra jadi merasa iba juga kalau sampai Urata kembali bersama Shima.

Lelaki sebaik Sakatan, pada akhirnya juga akan jadi yang kedua. Tidak ada bedanya dengan nasibku, sih… batin Senra sambil tersenyum  miris.

Dalam perjalanan mereka berempat menuju Taman Rinshinomori, seekor kucing berwarna putih yang mencoba memanjat pohon itu menarik atensi mereka. Senra memberi isyarat bahwa ia akan duduk-duduk sejenak dengan Shima dulu.

Sementara Sakata mencoba menggendong si kucing ke pangkuannya, yang dibalas dengan erangan protes si hewan mungil.

Urata terkekeh melihat Sakata yang sibuk menyamankan posisi si kucing liar dalam gendongannya.

“Kau tersesat, kucing kecil?” Sepasang matanya nampak tak suka, menghindari, bahkan memusuhi tangan Sakata. Perlahan tapi pasti, ia justru terlarut dalam elusan tangan Sakata yabg hangat itu.

“Kucing ini … mirip Ura-san, ya?” celetuk Sakata masih dengan mengelus kepala kucing itu.

“Oh? Maksudmu aku ini kecil, begitu?” sahutnya sambil ikut berjongkok memandangi si kucing kecil.

“Tapi yang kecil begini, ‘kan, manis.”

“Ya. Kau benar-benar aho.”

Membiarkan kedua pasangan itu bermain dengan kucing sejenak, Senra dan Shima memilih duduk sejenak di bangku samping sebuah vending machine.

Hembus angin musim dingin menemani keduanya yang memandangi gelak tawa Sakata dan Urata di sana. Dan tanpa permisi, Shima menyandarkan kepalanya pada lengan kiri Senra.

“Hng? Ada apa tiba-tiba?” Mencoba tetap tenang, Senra tak berharap terlalu tinggi meski ia sempat merasa senang untuk sekian detik.

Kalau nanti ekspektasinya hanya akan dibanting jatuh, maka ia tak ingin berbahagia dulu.

“Sudah lama aku tidak lihat Urata-san tertawa begitu.”

Bersandarnya pada lengan Senra, namun pandangan dan pikirannya masihlah tertuju pada Urata. Senra hanya tersenyum miris. Tuh, benar ‘kan pikiranku tadi.

“Yah, salahmu sendiri jadi putri tidur.”

Hee? Teganya. Padahal saat ini aku sedang sakit hati, lho,” ujar si lelaki bertahilalat sambil menyamankan diri dalam posisi bersandarnya.

...
.
.
.
“Dasar tidak peka. Bukan hanya kau yang sedang patah hati di sini.”
.
.
.
-TO BE CONTINUED-

Ichika's note :
Maaf up malem2, gegara besok kayanya gak sempet nge-publish ato pegang laptop. Yang masih belum tidur atau nyoba jadi nokturnal, anggap aja ini asupan sebelum tidur ya .-.)

Ichika
19.12.18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro