2. Who Are You
"Kau ... sudah siuman?"
"Oh, kau 'kan...-"
"Senra?"
"Hisashiburi. Senang kau masih mengingatku."
...
"Hee? Tak terasa sudah setahun, ya."
"Setahun kuhabiskan dengan tidur. Entah kenapa rasanya sayang sekali," sahut Shima dengan sebotol cola yang dibelikan Senra.
Usai pertemuan mereka, kini keduanya sedang duduk di sebuah bangku trotoar. Mengobrol santai sekadar mengenang masa lalu kala SMP.
"Yaah, pokoknya, selamat datang kembali!" Senra menyunggingkan senyumannya yang menyilaukan di mata para gadis.
"Ah, apa kau tahu dimana Urata-san?"
Mendengar itu, Senra terdiam memandang Shima sejenak. Setelah semuanya, kenapa harus Urata yang ia cari?
"Urata ... eh? Jangan bilang, kau masih menyimpan rasa suka padanya!?"
Shima mengangguk. Senra tersenyum kecut melihat itu.
"Dia juga bersekolah di sini, 'kan?" tanya Shima lagi.
"Un. Tadi kulihat ia pergi ke toko buku itu." Jemari Senra menunjuk sebuah toko buku di seberang jalan.
"Eh? Harusnya kau memberitahuku sejak tadi! Mou, aku ingin segera bertemu dengannya tahu," sahut Shima sambil bergegas menuju toko buku.
"Eh? Maashi, tapi-" panggilannya terabaikan, ia putuskan untuk mengikuti Shima memasuk toko buku itu.
...
"Kuso ... tahu begitu kusuruh Sakata membelinya sendiri." Pemilik surai brunette itu sedikit berjinjit untuk meraih sebuah buku di jajaran rak atas. Nampak kesulitan dengan tangannya yang mencoba menggapai buku itu.
Ia tersentak kala tangan seseorang mengambilkan buku itu untuknya.
"Ah, arigatou-" Sambil menerima buku itu, ia lebih terkejut mendapati siapa yang baru saja menolongnya.
Manik emerald-nya melebar, menangkap baik-baik untuk mengenali figur di hadapannya.
"Hisashiburi, Urata-san. Kau ... nggak bertambah tinggi, ya?"
Tak salah lagi, yang di depannya adalah Shima. Netra keunguan itu, senyumnya, suaranya yang tak terdengar selama setahun itu.
Kini begitu nyata ada di hadapannya.
Rindunya membuncah. Dipeluknya sosok berambut ungu itu erat-erat, seakan takut ia akan meninggalkannya lagi.
Tanpa kata, Shima tersenyum tipis mendapati pelukan dari si surai brunette. Detak jantungnya perlahan terdengar oleh Urata.
Pelukan itu tak berselang lama ketika sebuah suara terdengar memanggil.
"Urata-san?"
Lelaki berseragam yang sama dengan Urata, berambut merah, dan mungkin seumuran dengan Shima. Menyadari itu, Urata buru-buru melepas pelukannya pada Shima.
"Maaf, aku harus piket-eh? Ada apa? Kenapa-"
"Sakata...." Urata menoleh pada si rambut merah, wajah yang terasa asing di benak Shima.
"Waah, gawat ya, Sakatan. Urata selingkuh di depan pacarnya sendiri," Senra yang entah muncul dari mana, memanas-manasi sambil merangkul pundak Sakata. Sebuah seringai diam-diam terulas di sana.
"Selingkuh?" ulang Sakata yang heran melihat posisi Urata bersama si surai ungu.
"Bukan! Bukan begitu, aho!" sergah Urata yang nampak sedikit panik. Yang pasti, muncul kilatan tak suka kala iris kemerahan dan ungu itu bertemu pandang.
"Dia ini ... siapa? Lalu pacar itu..., apa-apaan!?"
...
.
.
.
Ketika hadirku tak dihargai,
haruskah kulepas dirinya pergi?
.
.
.
-TO BE CONTINUED-
Ichika
17.12.18
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro