Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 12

New Story

###

Part 12

###

Sekali lagi Cassie mematut wajahnya di depan cermin. Memastikan riasannya seperti yang ia inginkan, memastikan anting di telinganya terpasang erat, memastikan tidak ada helaian rambutnya yang mencuat tidak tepat pada tempat seharusnya, dan terakhir lipstik di bibirnya yang tergores. Saga sangat menyukai warna merah dengan kesan mengkilap. Lebih sensual dan menggoda. Ia tak pernah menyerah mendapatkan perhatian pria itu meskipun apa yang akan ia dapatkan tak akan lebih banyak dari sebelum-sebelumnya.

Cassie berdiri, membenarkan ujung gaunnya yang selutut, tanpa lengan, dan warna merah yang memamerkan setengah kulit di punggungnya. Kepalanya berputar menatap jendela kamar tamu itu dengan hatinya ceria. Sungguh pagi yang sempurna.

Tak sampai dua menit, ia sudah berdiri di ujung tangga lantai dua. Berbelok ke sebelah kiri menuju satu-satunya pintu ganda di sana. Namun, langkahnya terhenti dan wajahnya seketika mengeras ketika pintu itu tertarik membuka dan seorang wanita keluar dari sana. Dengan langkah lebar, ia melenyapkan jarak di antara mereka penuh amarah menggebu.

"Siapa kau?" gertak Cassie yang langsung mencekal pergelangan tangan Sesil.

Sesil terhuyung ke belakang, tercengang menemukan Cassie dengan ekspresi murka dan mata membelalak kejam di hadapannya. Dengan tergagap ia menjawab, "Aa ... aaku ..."

"Kenapa kau keluar dari kamar Saga?" geram Cassis tak sabar memotong jawaban Sesil. Ia bahkan tak berani melewati pintu kamar pribadi Saga kecuali dengan ijin pria itu. Tentu saja kecemburuan membakar hatinya menemukan wanita asing dengan kulit pucat dan penampilan seperti pengurus rumah tangga keluar dari kamar Saga. Sialan, ia baru teringat jika pengurus rumah tangga Saga semuanya mengenakan seragam. Siapa wanita ini? Pertanyaan yang sudah ia curigai jawabannya membuatnya meraung dalam hati.

Mata Cassie semakin berkilat keji menemukan ruam merah di leher ketika rambut Sesil tersingkap karena gelengan keras wanita itu. Cassie lebih mendekat, menarik rambut Sesil hingga kepala wanita itu terdongak dengan keras.

Sesil mengerang kesakitan. Menahan tangan Cassie di rambutnya demi mengurangi rasa nyeri di ujung kepala dan lehernya. Namun, tangan Cassie yang lain meraih leher dress yang ia kenakan dan menariknya terbuka hingga satu kancing terlepas dan terlempar ke lantai.

Mata Cassie semakin memerah dan napasnya tersengal oleh emosi yang membludak di dadanya menemukan bekas memerah yang semakin banyak di bagian tubuh wanita itu yang tertutup. Siapa meninggalkan tanda di sana tentu tak perlu dipertanyakan lagi. Ia benci dengan wanita-wanita yang disentuh Saga. Ia benci dengan wanita-wanita yang berhasil menarik perhatian Saga. Dan kenyataan bahwa wanita satu ini keluar dari kamar pribadi Saga tentu membangunkan singa yang mendengkur di dalam dirinya. Ia bisa bertindak kejam pada wanita yang berani melirik Saga, kali ini ia punya alasan untuk membunuh wanita sialan ini. "Apa kau pelacur Saga? Beraninya kau masuk ke kamar pribadinya. Siapa yang mengijinkanmu masuk ke sana?"

"Aakhh ..." Sesil berusaha menahan jambakan Cassie yang semakin menyakitinya dan membuat matanya berair. Bibirnya hanya mampu mengerang tanpa menjawab pertanyaan Cassie meskipun ia tak sungguh-sungguh ingin menjawab. Apalagi untuk meminta tolong Saga lepas dari cengkeraman iblis wanita ini. Saga tentu akan tersenyum puas menyaksikan penderitaannya seperti ini.

"Lepaskan dia, Cassie?!" geraman tertahan dari ambang pintu membuat perhatian Cassie teralih. Wanita itu menoleh tanpa melepaskan cengkeraman sangat kuatnya di rambut Sesil.

"Siapa dia? Beraninya dia keluar masuk di kamarmu?" desis Cassie di antara bibirnya yang menipis menahan kemurkaan.

Saga berjalan mendekat. Menghentakkan tangan Cassie dari kepala Sesil dan menarik wanita itu menjauh dari jangkauan kemarahan Cassie. Cengkeraman tangan Cassie di rambut Sesil terlepas, membiarkan istrinya terhuyung menjauh dan menangkap pinggang wanita itu dari belakang. Dan tentu saja hal itu semakin membuat Cassie meraung dipenuhi oleh amarah. Helaian rambut Sesil yang tertangkap matanya jatuh ke lantai membuatnya rahangnya semakin mengeras dan menggeram di antara giginya yang bergemeletuk. "Dia urusan pribadiku, dan kau urusan pekerjaanku. Sebaiknya kau tak menyentuhnya demi kebaikan dirimu sendiri. Kau tahu aku tak suka saat seseorang mencampuri urusan pribadiku, bukan."

Cassie membuka mulutnya tanpa suara. Matanya semakin membelalak dan tergagap kehilangan suara. "Aa ... aku ..."

"Sebaiknya kau kembali ke kamarmu, Cassie. Jika ada urusan denganku, kau bisa menyuruh Jon memanggilku." Saga menarik lengan Sesil mendekat dan hendak membawa wanita itu kembali ke kamar. Namun, Cassie menahan pergelangan Saga yang lain ketika pria itu hendak berbalik.

"Siapa dia Saga? Kenapa dia tidur di kamarmu?! Sebelumnya kau tidak pernah membawa pelacurmu ke kamar pribadimu? Kau bahkan tak pernah membawa pelacurmu ke rumah ini. Dia tidak pantas mendapatkan tempat spesial di rumah ini." Cassie meluncurkan pertanyaan-pertanyaan tanpa memedulikan ia terlihat tolol meski di hadapan orang asing seperti Sesil atau ketakutannya terhadap amarah Saga yang mulai berkilat di manik pria itu terhadap dirinya. Semua itu bisa menunggu. Ia masih terlalu syok dengan kehadiran wanita asing dengan tempat spesial di mata ataupun di rumah Saga.

"Siapa yang memberimu keberanian untuk meragukan pilihanku?" Saga menepis tangan Cassie, berjalan menjauh, menutup pintu kamar, dan membiarkan Cassie mematung oleh keterkejutan yang membekukan wanita itu.

***

"Lepaskan aku!" Sesil menghempaskan tangan Saga dari bagian tubuhnya yang mana pun begitu pintu tertutup dan melangkah menjauh dari jangkauan pria itu. Lalu menghapus air mata yang membasahi wajahnya dengan keras ketika menahan rasa sakit oleh jambakan Cassie.

"Aku membencimu, Saga!" teriaknya frustasi karena Sagalah penyebab perlakuan menyedihkan ini menimpanya. Ia bahkan lebih membenci bahwa dirinya tak berdaya dari amukan iblis wanita itu dan harus menerima bantuan Saga untuk melepaskan diri.

Saga menarik salah satu sudut bibirnya ke atas. "Kurasa itu bukan hal baru, 'kan?"

"Aku akan menyisir rambutmu dan memeriksa kepalamu. Mungkin ada ..."

"Tak perlu repot-repot," sinis Sesil meskipun rasa nyeri di ujung kepalanya masih begitu terasa dan menahan diri untuk tidak menggosok-gosok bekas jambakan Cassie atau pun mengerut kesakitan di depan Saga.

"Tak akan serepot sebelum-sebelumnya," jawab Saga dengan tenang.

Sesil menahan diri untuk berteriak keras di hadapan Saga, tapi ia tahu hal itu tidak akan memberinya manfaat atau kepuasan apa pun selain rasa sakit di tenggorokan. Dengan langkah menghentak lantai, ia melangkah ke kamar mandi dan membanting pintu dengan keras. Sengaja memperlihatkan pada Saga kemarahannya meskipun pria itu tak akan menggubrisnya.

***

Aarrrggghhh .....

Cassie membanting semua peralatan make upnya yang tertata rapi di meja ke lantai. Kedua tangannya terkepal dengan amarah yang merangsek memasuki dadanya. Sebelumnya, Saga tak pernah memedulikan apa pun yang ia lakukan pada wanita yang sudah disentuh oleh pria itu demi melampiaskan rasa cemburunya. Namun, kali ini Saga memperlakukan wanita itu dengan sangat berbeda. Bahkan membiarkan wanita itu tidur di ranjang pribadi Saga.

Wanita itu tak lebih cantik darinya, tak lebih seksi darinya, dan sama sekali tak ada yang menarik dari ujung kepala hingga ujung kaki. Bagaimana mungkin posisinya di mata Saga lebih rendah dari gadis tak berharga itu?

Butuh sepuluh menit lebih bagi Cassie untuk mengendalikan amarah yang mendekam panas di dasar hatinya. Tetapi, bukan pilihan yang tepat baginya untuk menyentuh wanita murahan itu melihat amarah Saga yang begitu jelas saat ia membela wanita sialan itu secara terang-terangan. Ia harus berhati-hati menyingkirkan wanita itu dengan kepedulian Saga yang tak biasanya.

Setelah memperbaiki riasan, rambut, dan pakaiannya, kembali Cassie berjalan keluar. Dengan ketenangan yang terkendali dan napas yang lebih teratur, ia berjalan menuju ruang makan.

***

Sesil bergerak tak nyaman ketika wanita iblis itu muncul di sela-sela makan paginya. Mendadak rasa nyeri di kepalanya muncul kembali meskipun rasa sakit itu sudah hilang sejak tadi.

Saga melirik sejenak kedatangan Cassie yang mengambil tempat duduk di sisi kanannya. Memasang senyum selebar mungkin dengan keterpaksaan yang begitu kentara. Seperti Cassie. Lalu melanjutkan menyuapkan potongan salad buah ke mulutnya tanpa merasa perlu memperkenalkan kedua wanita itu.

Hingga kemudian, perhatian Saga teralihkan. Sesil menghabiskan isi piringnya lebih cepat seperti orang kelaparan sebelum berdiri dan berpamit. Kehadiran Cassie tentu membuat wanita itu sedikit ketakutan, tapi ia juga merasa tak perlu menenangkan Sesil. Toh, dengan kekeras kepalaannya, wanita itu pasti bisa mengatasi dengan baik.

"Sejak kapan dia tinggal di rumah ini?" Cassie tak bisa menahan rasa penasarannya. Lebih baik mencari tahu secara langsung pada Saga karena kaki tangan, pengawal, atau pun pengurus rumah tangga Saga tak akan berani mengeluarkan sepatah kata pun tanpa ijin dari tuannya.

Saga mendorong mangkuknya menjauh, mengelap bibirnya dua kali sebelum menelengkan kepalanya pada Cassie. Menikmati kecemburuan yang begitu kentara di setiap guratan wajah dan sudut bibirnya ketika bertanya.

"Apa kelebihan wanita itu hingga kau membawanya ke rumah ini?"

Saga menyeringai tipis sebelum menjawab pertanyaan Cassie. "Kau ada di rumah ini hanya untuk mengurusi masalah pekerjaaan, Cassie. Bukan ikut campur masalah ranjangku."

"Aku akan menunggu dan bersabar sebelum kau membuangnya untuk melampiaskan kemarahanku. Kali ini, aku tak akan menahan diriku, Saga. Aku akan memastikannya mendapatkan neraka terburuk yang belum pernah ada dalam mimpi buruknya sekali pun."

Saga melihat kekejaman dan kekejian di iris gelap Cassie. Kecantikan wanita itu membungkus semua kebusukannya dengan begitu apik. Menggenggam lawannya tak kenal menyerah dan dengan mengerahkan segenap kekuatannya, tak butuh waktu lama sebelum wanita itu menghancurkan musuhnya. Itulah yang membuat Cassie bisa bertahan lama berada di sisinya. Kelicikan dan kebusukannya seperti apa yang ia harapkan. Tak pernah mengecewakan hingga ia tak pernah mengeluhkan keberadaan wanita itu dengan pancaran memuja yang terkadang membuatnya risih.

"Mungkin, kali ini butuh sedikit lebih lama memupuk kesabaranmu untuk menyentuhnya. Dia berusaha sangat keras membuatku tak mudah bosan, dan aku tak sampai hati untuk mengecewakan usaha kerasnya." Seringai Saga semakin melebar. Melirik pantulan tubuh Sesil di kaca jendela yang berada tepat di belakang punggung Cassie. Seharusnya ancaman Cassie memberi satu alasan lagi bagi Sesil untuk tunduk dan lebih patuh di bawah kendalinya, bukan? Atau, kecuali Sesil lebih tidak waras dibanding Cassie. Saga terbahak dalam hati penuh kepuasan dengan ketakutan yang menggelapkan wajah Sesil sebelum wanita itu lari terbirit menjauhi ruang makan.

***

Kebayang ga gimana takutnya Sesil denger pembicaraan Saga ama Cassie ghibahin dirinya?

Komentar dan votenya jangan lupa ya.



Friday, 8 February 2020





Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro