✾San✾
Happy reading~
Hope you enjoy it
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
『Netsubou』
〘Gojou Satoru x male!reader〙
Pagi yang tenang dan damai, terasa agak sepi tak seperti biasanya. Burung-burung berterbangan, dan beberapa lainnya berkicauan. Suara lembut khas alam seakan memuja sang pencipta terdengar menyejukkan.
Surai putih itu bergoyang pelan ketika empunya melangkahkan kaki menaiki anak tangga. Satoru kembali ke kuil yang ia datangi kemarin bersama muridnya, tapi kini ia hanya sendirian.
Langkahnya terhenti ketika sesuatu menghalanginya masuk tepat di depan Miwa torii megah berwarna merah mencolok. "Penghalang ya~" gumamnya pelan menyentuh kekkai yang terbuat dari beberapa jimat yang ditempel di tempat tertentu.
Tangan kanannya membuat pose menembak, lalu diarahkan lurus ke depan. Bagaikan sebuah peluru meluncur cepat menembus lapisan kaca, kekkai tersebut hancur sampai tiga lapis ke belakang.
Suara kekkai yang hancur itu terdengar agak keras bagi beberapa orang tertentu, menyebabkan hewan-hewan —yang juga bisa mendengarnya— berlari menjauh dan burung-burung terbang karena terkejut.
(M/n) tersenyum tipis didalam sana, kemudian suara ketukan pintu terdengar. Satoru melangkah masuk, mendapati punggung tegap kecil tepat didepan matanya. Kain hitam yang sebelumnya terpasang kini terlepas sudah, menampakkan manik biru cerah.
"(M/n)..." Sosok itu berbalik. Cahaya remang-remang yang menelusup melalui jendela membuat Satoru dapat melihat lilitan perban putih dengan corak segel menutupi mata pemuda dihadapannya ini, begitu pula dengan mulut dan tangan yang kembali terikat seperti sebelumnya.
Tatapannya menurun di bagian leher dimana terdapat sebuah jahitan yang nampak masih baru berwarna merah samar. Tangan Satoru terulur, jari panjangnya dengan lembut mengusap pelan luka tersebut.
Satoru menundukkan kepalanya, bibir nya mengecup jahitan tersebut agak lama. "Apa mereka masih melakukan itu padamu?" Tanyanya dengan suara agak berat, (m/n) hanya bisa mengangguk, ia tau bahwa lelaki itu masih menahan amarahnya.
Kembali pada posisi tegapnya, dengan perlahan Satoru membuka segel dibagian mulut, dan terlihatlah luka lebam dan ujung bibir yang sobek. Ia menjilat ibu jarinya sendiri, lalu diarahkannya pada bibir mungil tersebut dan mengusapnya dengan hati-hati.
(M/n) sedikit terkejut merasakan sesuatu yang basah menyapu bibirnya, tak lama perban yang menutupi mata terbuka, tatapan hangat yang terpancar dari mata indah milik Satoru lah yang pertama dilihatnya.
Netra hijau mempesona dan netra sebiru langit saling bertubrukan, tenggelam dalam tatapan satu sama lain. Satoru tak pernah bisa menahan diri menatap setiap inci wajah (m/n) yang tergolong mungil dengan manik yang unik.
Sama halnya dengan (m/n) yang selalu terpaku menatap ke dalam manik Satoru. Manik biru cerah bagaikan berlian yang berkilauan, bulu mata agak lentik berwarna putih sewarna dengan surainya, ditambah lagi dengan hidungnya yang terbilang mancung, dan juga ranum tipis yang memikat hati bila membentuk kurva, semuanya bersamaan dalam bingkai wajah yang sempurna. Sungguh mempesona. —Meski terkesan agak manis, namun Satoru itu masuk dalam kategori tampan, kecuali untuk keadaan yang -ekhem- berbeda.—
( Ya kalian tau lah berbeda gimana🌚🗿)
Tapi kita jadikan minus untuk sifatnya yang kekanak-kanakan.
(M/n) tersadar dari lamunannya, ia lah yang pertama memutuskan kontak mata dengan mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Jadi, kenapa kau kembali lagi Satoru?"
Suara (m/n) yang menggema dalam kuil berhasil menarik Satoru kembali pada kenyataan. Pria Surai putih itu tersenyum lebar mencurigakan, lalu menjawab "menculikmu~"
"Ha?"
"Hup!" Dan dalam sekejap mata, (m/n) sudah berada dalam gendongan Satoru di atas punggung layaknya karung beras. "A- Satoru, turunkan aku!" Pekik (m/n) memukul-mukul punggung Satoru.
"Sabar dong, akan kuturunkan kau kalau sudah sampai di SMK jujutsu" balas Satoru lalu menepuk bokong (m/n) membuatnya terdiam, "Ah!"
Pria putih tersebut terkekeh pelan, sedangkan (m/n) mendesis, semakin lama sikap Satoru semakin kurang ajar padanya.
•°•°•°•°•°•°•°•°•
Ruangan kamar yang cukup luas menyatu dengan dapur yang didekatnya terdapat satu kamar mandi. (M/n) menghela nafas pelan, dirinya sekarang berada di kamar seorang Gojou Satoru, sedikit berantakan dengan berbagai barang yang berceceran dimana-mana.
Saat ini Satoru sedang pergi untuk menemui murid-muridnya. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan, (m/n) bergegas membersihkan diri di kamar mandi, setelahnya ia mencari pakaian yang pas dalam lemari milik pemuda jangkung.
Membuka pintu dengan perlahan tanpa menimbulkan suara, posisi lemari yang berhadapan langsung dengan pintu memudahkan Satoru melihat pemandangan di depannya. Handuk putih yang melingkar di pinggang, air yang masih menetes dari rambut, serta punggung putih dengan beberapa bekas luka menjadi pusat perhatian pria itu sekarang.
(M/n) yang terlalu fokus dengan tumpukan baju dalam lemari masih tak menyadari kehadiran Satoru di belakangnya. "Ugh...bajunya Satoru besar semua" gerutunya pelan.
Sepasang tangan melingkari pinggangnya tiba-tiba. (M/n) tersentak, punggungnya menabrak bahu lebar Satoru, "memangnya kenapa kalau bajunya kebesaran hm? Lagipula, kalau terus begini kau bisa sakit loh" ucapnya tepat di telinga (m/n) lalu menggigitnya pelan.
Wajah (m/n) sepenuhnya memerah, namun tertutupi dengan menunduk menatap lantai. Tanpa aba-aba, ia menyikut perut Satoru hingga lepas dari pelukannya lalu mengambil baju secara acak dan kembali ke kamar mandi.
Satu gigitan dari onigiri berisi tuna mayo tersimpan dalam mulutnya, enggan mengunyah lantaran masih merasa malu ditambah tak nyaman dengan posisi mereka saat ini.
(M/n) kini benar-benar tenggelam dalam balutan kaos lengan panjang milik Satoru. Sedangkan pemilik dari kaos itu sendiri tengah memeluknya erat, memaksa (m/n) untuk duduk di pangkuannya.
Satoru yang sedari tadi terus-terusan mengendus aroma rambut (m/n), sekarang berpindah ke bawah. Wajahnya ia tenggelamkan diantara ceruk leher pemuda dalam pelukannya, sesekali mengecup dan menghisapnya pelan.
(M/n) menggigit bibir bawahnya, onigiri yang tadi dipenggangnya kembali diletakkan di piring. Selepas menelan satu gigitan yang tadi, bibirnya terbuka kecil namun kembali tertutup kala mendengar dengkuran halus dari pria dibelakangnya.
'Dia tertidur? Cepat sekali' batin (m/n) melirik Satoru dari ujung matanya. Kedua tangan yang melingkar itu dilepas perlahan, lalu membaringkan empunya dengan hati-hati agar tidak terbangun.
Alih-alih bisa meninggalkan Satoru agar tidur nyenyak, pria putih tersebut justru kembali memeluk pinggang (m/n) yang masih terduduk, lalu menduselkan wajahnya dengan manja.
Mungkin akhir-akhir ini (m/n) sering menghela nafas akibat perilaku pria manja disisinya ini. Jujur saja, meladeni Satoru dalam mode manjanya itu benar-benar melelahkan dan meresahkan dibandingkan melawan kutukan tingkat spesial.
(M/n) menyamankan posisinya, memudahkan Satoru mendekap tubuh kecilnya sembari menenggelamkan wajah di dada sang pemuda, menghirup dalam-dalam aroma manis nan lembut dari tubuhnya . (M/n) tersenyum tipis, mengingat beban yang dipikul seorang Gojou Satoru sudah pasti sangat melelahkan, "pasti lelah ya, tidurlah dengan nyenyak Satoru" gumamnya pelan sambil mengelus Surai salju tersebut.
スキップ~
Hari sudah malam, bulan sabit kini telah mencapai puncaknya. Satoru terbangun lebih dulu, netra cerahnya mendapati (fullname) yang masih tertidur pulas. Tak kuasa melepaskan diri dari jeratan pesona pada wajah manis di depannya, entah mengapa wajah Satoru justru merona sendiri.
Dengan berani dan sedikit rasa gugup ia mengecup kening putih dengan poni yang tersibak ke belakang. Wajahnya semakin memerah, detak jantungnya semakin tak karuan ketika melihat bibir mungil dihadapannya.
Oh astaga, benarkah ini Gojou Satoru? Pria dengan sejuta pesona yang mampu memikat hati setiap kaum hawa kini merasa gugup dan malu sekedar memberikan sebuah ciuman di kening? Kemana semua rasa percaya dirinya yang melonjak tinggi itu?
Suara lenguhan dan netra hijau yang terbuka membuat Satoru tersadar dari fantasi liarnya. (M/n) mengedipkan matanya beberapa kali, menyesuaikan cahaya yang masuk dalam indera penglihatannya.
"Ah, apa aku membangunkan mu?"
"Hm? Tidak" balas (m/n), dirinya berjalan lunglai menuju dapur sesekali menguap berusaha menghilangkan kantuk. "Kau mau apa?" Tanya Satoru.
(M/n) memasang apron biru yang tersedia di tubuhnya, seraya menjawab "memasak, kita berdua belum makan malam kan?". Satoru menaikkan sebelah alisnya, masih nyaman tiduran diatas kasur sambil menatap pemuda yang menjadi pusatnya sekarang.
"Onigiri yang tadi mana?"
"Mungkin kutaruh di kulkas, aku lupa dimana"
"Yasudah, kita makan itu saja" gelengan kepala diajukan, tak setuju dengan usulan pria berusia 27 tahun itu. "Kau harus makan sesuatu yang lebih sehat Satoru, kau terlihat seperti orang kekurangan gizi" balas (m/n).
Satoru memilih menurut. Kini ia sibuk memperhatikan segala gerak-gerik pemuda bersurai biru yang tengah memasak. Bersyukur kulkas miliknya penuh dengan berbagai bahan masakan.
Makanan siap!
Sup miso, konyaku, dan agedashi tofu tersusun rapi diatas meja sebagai menu makan malam mereka, ditemani ocha hangat serta makanan penutup berupa yokan dan kompeito.
Tenang dan senyap, itulah penggambaran suasana saat ini. Mungkin bagi (m/n) ini sesuai tata krama saat makan, tapi tidak bagi Satoru yang notabenenya tak bisa diam.
"Hei (m/n)–"
Suara ledakan tiba-tiba terdengar nyaring tak jauh dari sekolah jujutsu. (M/n) sudah menduga hal ini, tapi ia tak menyangka peringatannya akan tiba secepat ini.
"Ah, sial"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
TBC~
Yo!
Ada yang nunggu? Ahak~
Pendek ya?
Maaf lama, Keiji terlena oleh komik God of high school, jadi ya gitu deh...
Gomen gomen
Yah, sayangnya masih belum bisa nentuin secara pasti kapan book ini bakal apdet. Jadi apdetnya Suki Suki watashi
Maaf kalo ceritanya gak sesuai harapan atau gak ngefeel, soalnya dah lama gak bikin cerita romance.
(Edisi males lengkapi nya)
Kira-kira begitulah gambaran kasar mata mas em en. Boleh diganti dengan imajinasi masing-masing kalau kurang suka.
Sekian, terima Gojou Satoru
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro