Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

48. Yudhistira Terjatuh 5

Cemani, tak seperti biasanya Cemani yang sangat berhati-hati, memberikan saja kantung berisikan Benih Hidup miliknya, Yudhis, Harta, Tahta, Priya, dan Amok. Andai waktu memberinya lebih banyak kesempatan, mungkin saja Cemani berhasil mencari semua Raja dan Ratu Neraka berikut para Bathuraja dan Bathuratu yang mengikutinya. Namun Cemani tak punya banyak waktu. Jadilah hanya keenam orang itu yang berhasil ia ketemukan. Diberikannya pada Yudhis tanpa menaruh curiga barang satu karat.

"Nyarinya susah lho, Yudhistira." ucap Cemani mencurahkan kesah.

"Iya, aku tahu. Pasti sangat sulit mencari biji sebesar kuaci di padang bukit seluas bumi ini. Malah aku sebenarnya takjub kamu bisa menemukan semua benih ini, Cemani. Kamu pantas mendapatkan penghargaan." ucap Yudhis mengelu-elukan Cemani.

"Sudah, ah. Jadi malu akunya." jawab Cemani menahan sipu.

"Kalau begitu, sebagai hadiahnya biar aku yang memegang Benih Hidup ini. Kamu kan sudah lelah mencari kesana kemari. Setidaknya izinkan aku membantu meringangkan beban di tangan dengan membawa kantung kain ini."

"Sebenarnya itu tidak terlalu berat, sih."

"Tidak apa-apa. Aku sebenarnya suka ketika tanganku memegang sesuatu."

Cemani diam sebentar. Menyimak gerak-gerik Yudhis dari ujung kaki yang telanjang sampai ujung rambut panjang dicepol yang sedikit ikal. Dicermati dengan teliti untuk menelisik kemungkinan Yudhis menyembunyikan sesuatu. Entah karena Cemani yang kecapekan setelah wara-wiri mencari Benih Hidup atau karena Yudhis yang terlihat biasa saja tanpa aura licik terpancar, Cemani tak menemukan sesuatu yang membuat Yudhis terlihat mencurigakan. Gerak-geriknya sama seperti orang biasa. Mungkin karena hati yang ditawan Hartalah yang membuatnya tak mengeluarkan aura yang muncul dari pergolakan pada perasaan.

"Boleh, deh."

Pada akhirnya Cemani mempersilakan Yudhis membawa Benih Hidup yang ia mati-matian cari selama setengah jam. Dengan bantuan pasukan setan seperti dalam epos Bandung Bandowoso membangun 1000 candi untuk kekasihnya, Cemani mencari setiap Benih Hidup yang disimpan pada bunga lili belum mekar. Dibuka satu per satu dengan hati-hati agar Benih Hidup tak rusak ataupun retak. Bedanya dengan Bandung Bandowoso adalah pada bagian Cemani berhasil meraih tujuannya mendapatkan Benih Hidup milik Yudhis. Dia bahkan menemukan lima Benih Hidup lainnya.

"Habis ini bagaimana?" tanya Yudhis memulai percakapan.

"Hmm, apa ya?"

"Oi oi oi, Cemani. Kita sudah sejauh ini jangan bilang kalau kamu tidak punya rencana. Semua rencana yang kita lakukan berpedoman pada semua yang kau utarakan. Kalau kau kehilangan akal, Misi Kalpataru ini akan gagal total. Hanya kamu yang bisa. Aku dan Harta mana paham."

"Iya, aku tahu. Kalian para pria cuma bisa menyerahkan semuanya pada wanita."

"Ugh, iya juga sih."

Cemani mengendus pelan. Dia lalu memanjat tubuh Yudhis untuk berdiri di atas kepalanya seperti biasa. Dengan suara yang sedikit menampakkan lemas karena mengerahkan seluruh pasukan setan, diapun mulai berbicara. "Harta mana?"

"Oh, Harta ada di Neraka Honje untuk membantuku keluar dari sana."

"Kamu di Neraka Honje? Bagaimana bisa?"

"Ceritanya panjang."

Yudhis memulai ceritanya tentang invasi dadakan Tahta dan Priya ke dalam Keraton Neraka Edelweis. Beruntung karena Takatsuya masih memiliki remukan Lumpur Belacan sehingga Sateri berhasil menyamar sebagai Harta. Lalu tentang kecantikan Priya yang membuatnya terbuai dalam keterpanaan dan juga pertemuannya dengan Harta di Neraka Honje.

"Harta mendapat kabar dari Sateri kalau aku diculik oleh Priya. Itu sebabnya dia bergegas menyelamatkanku ke Neraka Honje tanpa sempat bilang apapun padamu, Cemani." ujar Yudhis berdusta. "Dia menitipkan maafnya padaku."

Cemani berdehem kecil saat mendengar cerita Yudhis. Mereka berdua lalu berjalan keluar dari Mimbar Batas Neraka. Cemani masih bertengger di atas kepala Yudhis. Namun Yudhis tak begitu mempedulikannya, sebenarnya. Itu lantaran berat badan Yudhis terlampau ringan hingga nyaris tak terasa setiap kali Cemani menginjaknya.

Yudhis lalu memungkas ceritanya dengan pertarungan yang ia lakukan melawan Priya dan Tahta di lorong depan Neraka Padma. Entah apa yang Harta lakukan meski sudah memplokamirkan diri akan menahan Priya tetap di Neraka Honje, nyatanya Priya berhasil mengejarnya hanya sesaat setelah Yudhis berhasil kabur dari Neraka Honje tempat dosa nafsu mendapatkan hukuman.

"Jadi, sekarang kita ke mana?" ulang Yudhis.

"Ayo ke Mimbar Batas Surga."

"Mimbar Batas Surga?"

"Iya, Mimbar Batas Surga. Seperti Benih Hidup para pendosa yang disimpan di Mimbar Batas Neraka, Benih Hidup penghuni Surga disimpan di Mimbar Batas Surga. Biasanya setelah pendosa mendapatkan tujuh mandala pertanda semua hukumannya tuntas terbayar, mereka akan disidang oleh Jalaran Manepis untuk mendapatkan hadiah berupa visa lama tinggal di Surga. Setelah mendapatkan visa tinggal di Surga, Jalaran akan meminta seseorang untuk memindahkan Benih Hidup yang bersangkutan dari Mimbar Batas Neraka menuju Mimbar Batas Surga. Dengan begitu, maka yang bersangkutan sudah resmi mentas dari Neraka."

"Aku agak kebingungan, Cemani."

"Kamu tidak boleh bingung, Yudhistira. Kalau sampai ketahuan, bisa runyam."

"OK. Jadi, intinya apa yang kita lakukan adalah pekerjaan dari seseorang yang Jalaran biasa perintahkan untuk memindahkan Benih Hidup dari Mimbar Batas Neraka ke Mimbar Batas Surga?"

"Singkatnya seperti itu."

"OK. Aku paham. Tapi kalau begitu, kenapa kita membawa enam Benih Hidup? Punyaku, punyamu, Harta, Tahta, Priya, juga Amok. Bukannya hanya aku saja ya yang diangkat ke Surga?"

"Ah, maaf baru bilang. Sebenarnya selain kamu yang ke Surga, aku juga ikutan."

"Eh?" ucap Yudhis tak percaya. Dia mulai yakin jika Cemani hendak memporak-porandakan Surga sebegitu sampainya di sana. "Kamu juga?"

"Iya. Habis, kamu kan belum paham tentang konsep Surga."

"Kau benar juga."

Yudhis terdengar lesu saat menyadari kenyataan bahwa ia tak akan bisa lepas dari bayang-bayang Cemani. Sedari awal Cemani selalu mengikuti rekam jejak Yudhis selama di Neraka. Pernikahannya dengan Seruni, penculikan oleh Meriyati, percakapan mengenai konsep korban dan pelaku selama di Neraka Menik, Misi Kalpataru, hingga Benih Hidup di Mimbar Batas Neraka. Semuanya selalu bersangkut-paut dengan Cemani. Yudhis jadi sedikit merinding.

"Ngomong-omong, bagaimana caramu bisa menentukan biji yang mana yang merupakan Benih Hidup seseorang? Maksudku, bukit Telettabies itu luas sekali, kan? Apakah ada semacam label nama yang dilekatkan pada biji tersebut? Entahlah."

"Tidak, Yudhistira. Untuk tahu Benih Hidup yang kamu pegang itu milik siapa, kamu hanya perlu menyentuhnya. Dengan begitu, akan mengalir memori tentang semua yang manusia lakukan pada kehidupan."

"Itu... bukannya sangat menyita waktu, ya?"

"Tentu saja. Satu per satu menilik Benih Hidup hingga otak pusing oleh aliran memori yang merasuk. Kalau kita bertukar peran, sudah pasti kamu jadi gila Yudhistira!"

"Ah, maaf. Jadi itu sebabnya kamu kelihatan tolol beberapa saat lalu."

"Tapi masih cantik, kan?"

Yudhis tak menjawab. Konsep kecantikannya pudar. Selama itu ada pada milik Jesvari, maka itulah konsep kecantikan versi Yudhis. Dia jadi mulai mendefiniskan dada rata seperti Jesvari sebagai cantik. Guna mengalihkan pembicaraan, Yudhis lalu bertanya. "Ngomong-ngomong gimana caranya dalam setengah jam kamu bisa menemukan enam Benih Hidup?"

"Memang itu yang jadi persoalan, ya? Mau aku bilang kalau membelah diri jadi sejuta pun kau tak akan percaya, bukan? Karena itu bukan yang jadi persoalan saat ini." jawab Cemani lihai.

"Kau benar." jawab Yudhis pura-pura percaya. Dia yakin jika Cemani menggunakan tahtanya sebagai Ratu Bangsa Setan untuk mengerahkan sejuta pasukan setan meneliti setiap bunga lili. Itu sebabnya saat Yudhis bertemu Cemani pertama kali, dia terlihat linglung karena kelelahan.

"Berhubung sudah tak ada pertanyaan, ayo kita let's go!" cuap Cemani sambil mengepalkan sebelah tangan ke udara, persis seperti bocah kecil main kuda-kudaan bersama ayahnya.

"Tunggu, Cemani. Aku masih belum tahu mana yang Benih Hidup milikku, dan mana yang milik orang lain. Bukannya kita mesti memisahkan dulu mana yang punyaku dan punyamu untuk dibawa ke Mimbar Batas Surga dan sisanya tetap tinggal di sini."

"Ah, kamu benar. Kalau semua dibawa ke Mimbar Batas Surga, maka semuanya akan naik ke Surga." ucap Cemani baru tersadar akan kebodohannya. "Pencarian Benih Hidup ini membuatku bego."

Yudhis lalu mengambil kain yang membungkus keenam Benih Hidup dari lipatan jarit yang membelit pinggangnya. Entah sudah apa saja yang Yudhis taruh di antara lipatan selangkangan itu. Dibukanya bungkusan itu perlahan seperti saat Cemani mengambil Lumpur Belacan. Sangat hati-hati karena jika Benih Hidup rusak, hancurlah jiwa seseorang.

"Saranku, jangan kamu pegang langsung Benih Hidup dengan tangan telanjang. Karena begitu dipegang, akan mengalir luapan memori dari pemiliknya. Berhubung pemilik Benih Hidup kebanyakan Raja atau Ratu Neraka yang notabene sudah hidup puluhan tahun untuk menyiksa para pendosa, memori mereka sangat kelam. Aku tak yakin kamu kuat menahan mental."

"Oi oi oi, Cemani. Itu bukan lagi saran, tapi sebuah larangan."

Yudhis membuka gombal tersebut dengan hati-hati agar tak terantuk bahkan seujung kuku jari. Dibuka perlahan dengan napas yang ditahan agar tak bikin tangan bergoyang. Begitu kain terbuka, terpampang enam biji beragam rupa berbentuk variasi bola dan elips seperti kapsul.

"Kamu lihat yang agak elips berwarna hitam dengan corak hijau toska?"

"He eh?"

"Itu Benih Hidup milikmu."

Yudhis memperhatikan Benih Hidup miliknya. Tak begitu berbeda dengan saat Jalaran Manepis menariknya dari lubang pusar saat Sidang Benih Kebajikan setengah tahun lalu.

"Kalau yang bulat hitam ada bintik-bintik putih di salah satu sisinya, itu punyaku; elips dengan warna emas mengkilat itu milik Harta; elips dengan guratan seperti retakan berwarna kuning pucat milik Tahta; bulat warna merah jambu persis mutiara milik Priya; lalu yang berbentuk elips berwarna lava tertutup magma, itu milik Amok."

"Tunggu sebentar, kamu terlalu cepat menjelaskannya Cemani!"

"Kita sudah tak ada waktu lagi. Kamu tidak ingat selama Benih Hidup masih utuh, Priya Megana yang kau ledakkan dengan Biji Simalakama dan Tahta Ashuta yang tertahan nafsu lapar para pendosa Neraka Padma bisa balik kapan saja. Kita harus bergerak cepat."

"Maaf. Tapi sebentar saja, aku janji." ucap Yudhis memelas. "Hanya mengkonfirmasi, elips hijau toska milikku, bulat hitam milikmu, dan elips merah lava milik Amok, begitu?"

"Iya. Benar. Kenapa kamu juga menghafal milik Amok?"

"Tidak apa-apa." jawab Yudhis menahan seringai.

*

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro