Mozaik 6 : Perjodohan
‘Mengikat dua orang dalam status pernikahan.’
.
.
[NEO] Twilight
Kamis, 25/02/2021
.
.
SUPPORT CAST
Raja Vampir
“Yang Mulia, maafkan hamba karena telah gagal mengawal Jeon Heejin dan tidak bisa menemukannya di mana pun.”
Na Yesung melihat sang pengawal yang ditunjuknya untuk mengawasi Jeon Heejin beberapa hari ini tengah menunduk dalam, menekuk satu kakinya dengan satu lengan hampir bertumpu di atas lutut, sedang kaki lain berlutut menyentuh lantai. Mungkin seharusnya memang begini, berakhir dengan ide mengirim putra sulung menjemput calon tunangannya.
Lantas pria nomor satu di Neogara itu tertawa, menjawab dengan ramah, “Pengawal Oh, berkatmu Pangeran Jaemin dapat bertemu dengan calon istrinya lebih awal.”
Oh Sehun mengangkat wajahnya. “Maksud Yang Mulia?”
“Jeon Heejin berada di Neogara, siapa yang menyangka gadis itu akan menaiki bus 23,” balas Raja Yesung dengan seulas senyum ke-bapak-an, tidak sabar menyambut kedatangan Heejin yang telah lama dinantikannya.
Pekan lalu Raja Yesung menerima surat dari Jeon Sungminᅳayahnya Heejinᅳmengatakan ada masalah di laboratorium pusat penelitian Transylvania. Sebagai salah satu anggota Organisasi Pemersatu, Sungmin yang juga profesor penting harus pergi entah untuk berapa lama. Dia mengkhawatirkan Heejin dan meminta bantuan dari Raja Yesung untuk melindungi putri semata wayangnya.
Di balik pintu ruang kerja Raja Yesung, Pangeran Jisung menajamkan pendengarannya. Tak lama Putri Yoohyeon datang, perlahan ikut menempelkan telinga ke daun pintu.
“Adikku, kau tidak boleh menguping pembicaraan orang dewasa.”
“Nuna!” kaget Jisung segera menekap mulutnya.
“Cepat pergi sebelum ayahanda mengetahui keberadaanmu,” usul Yoohyeon lebih seperti ajakkan.
“Sebentar Nuna, aku ingin menguping sedikit lagi.” Jisung tidak boleh ketinggalan informasi penting mengenai calon istri kakak laki-lakinya.
Yoohyeon terpaksa menarik Jisung untuk pergi. Bisa gawat kalau adiknya mendengar pembicaraan raja mengenai siapa itu Van Dracula. Benar saja, Sehun melaporkan bahwa penyerangan terhadap kerabat Heejin dilakukan oleh pengikut setianya Van Dracula.
“Aku berhasil menangkapnya dan telah mengirimnya ke Neozrane. Tapi Yang Mulia, ada yang aneh dari ucapannya … dia bilang Pangeran Kematian akan bangkit kembali,” kata Sehun menyangsikan.
Raut wajah Raja Yesung berubah serius, jari-jemarinya mengetuk meja. “Pengawal Oh, jangan pernah mengatakan hal ini kepada siapa pun. Kita tidak boleh membuat warga panik dan harus tetap waspada agar tidak tersebar rumor,” kata Raja Yesung menjeda kalimatnya, “mulai besok tugasmu mengawal Pangeran Jaemin, jangan biarkan dia lolos dari pandanganmu.”
***
“Aku ini pangeran, tidak seharusnya berbagi tunggangan dengan orang asing. Selama ini aku tidak pernah membiarkan siapa pun menaiki Maxxis selain, AKU!”
Renjun sudah menebak, pasti Jaemin akan menentang kekalahannya. “Justru karena kau pangeran, belajarlah sportif dan terima kekalahanmu. Saatnya kau berbakti pada ayahmu, biarkan tamu istimewa Yang Mulia Raja menaiki Maxxis atau tinggalkan saja dia di sini.”
Jaemin agak tersinggung ketika Renjun mengungkit sportifitas dalam permainan. Ia memang telah kalah. Karena itu harus membawa Heejin menaiki kuda kesayangannya yang belum pernah ditunggangi orang lain.
“Jaemin, ini sudah terlalu larut untuk berdebat,” imbuh Jeno sambil mengalungkan lengan Sungchan di sekitar leher bantu memapahᅳlebih tepatnya menyeret tubuh Sungchan mendekat pada kudanya.
“Siapa juga yang berdebat.” Jaemin mengangkat tubuh Heejin sambil ngedumel.
Renjun dan kudanya berderap lebih dulu, melesat menembus hutan pinus. Menyusul Jeno yang sebelumnya dibantu Renjun untuk mengikatkan Sungchan pada tubuhnya. Mereka bahkan tidak peduli bagaimana Jaemin bisa membawa Heejin yang juga tak sadarkan diri.
“Maxxis, maafkan aku,” sesal Jaemin tidak menduga seorang manusia menunggang kuda bersamanya, tepat di depannya. “Wanita ini sungguh merepotkan,” keluh Jaemin, tangan kirinya melingkar di tubuh Heejin sementara tangan kanannya menarik tali kekang kencang-kencang.
“Hah!” Jaemin berseru agar kudanya mulai berderap.
Sepanjang perjalanan menuju Kastel Neomertanz, Jaemin terus menebak akan kedatangan Heejin ke kerajaan sebagai tamu ayahnya. Pasti ada sesuatu yang disembunyikan. Aroma darah ini, ia pernah menciumnya, tapi di mana?
Tanpa disadari, kepala Jaemin melewati bahu Heejin, menghirup lebih dekat ke leher. Sedang si kuda jantan bernama Maxxis dibiarkan melambat dan mengatur napasnya di tengah perjalanan. Kakinya berdebam lembut pada tanah basah saat menyusuri jalan.
“Darah Keabadian?” tebak Jaemin mengingat salah satu sampel darah dari pelajaran Darah Manusia. “Jangan-jangan ayahanda membawa wanita ini sebagai tumbal.”
Angin sepoi-sepoi bertiup, mengibarkan rambut kecoklatan panjang milik Heejin ke belakang, mengenai wajah Jaemin. Kontan si pangeran duduk tegak sembari menggeleng kecil.
“Ayahanda tidak sekejam itu, sepertinya aku salah … mana mungkin wanita ini memiliki Darah Keabadian.”
Jaemin jadi merasa bersalah telah berpikir buruk tentang ayahnya. Ia sepak perut Maxxis agar kembali berderap cepat menyusuri jalan, menyusul Jeno dan Renjun yang sudah cukup jauh. Belum pernah Jaemin memacu kudanya seperti sekarang, sengaja melambat dan hampir tertinggal.
***
Jeon Heejin membuka matanya yang terasa berat, lalu ia mengingat kejadian kemarin dan berpikir bahwa semua itu hanya mimpi. Bola matanya bergulir, memindai ruangan sekitar yang dirasa sangat besar dengan ranjang berkelambu warna keemasan. Ah, aku masih bermimpi. Gumamnya kembali menutup mata.
“Pelayan Kim, hari ini tidak ada yang diizinkan masuk ke kamar tamu!”
“Tidak usah dibersihkan, itu bagus, aku bisa beristirahat sekarang.”
Kelopak mata Heejin bergerak was-was. Kamar tamu? Sontak membuka mata dan mendadak terduduk.
“Apa aku berada di rumah Jung Sungchan,” kata Heejin yang lalu menampar pipinya. “A, ini bukan mimpi.”
Heejin harus segera keluar untuk memastikan. Melangkah mendekati pintu setinggi hampir tiga meter kemudian dibukanya perlahan. Ia lihat wanita berpakaian pelayan yang tadi dilarang masuk ke kamar tamu berjalan belum terlalu jauh.
“Tunggu, apa ini kediaman Jung Sungchan?”
Pelayan itu berbalik, mengendus secara agresif dan agak menakutkan. Jantung Heejin terasa lompat dari dada ketika melihat si pelayan mengeluarkan sepasang taring. Dengan cepat menerjangnya dan mencoba menggigit lehernya. Heejin berteriak histeris berusaha melawan sekuat tenaga.
Seperkian detik kemudian tanpa ada yang menyentuh, tubuh si pelayan terlempar. Heejin bangkit dari jatuhnya dengan napas tak beraturan.
“Kakak ipar, kau tidak terluka, ‘kan?” tanya sebuah suara yang menimbulkan kerutan di dahi Heejin. Namun, Heejin mengangguk memberi jawaban. “Syukurlah, perkenalkan aku Na Jisung, dan wanita yang telah menolongmu ini adalah Nuna-ku, Na Yoohyeon.”
Agaknya Heejin mengenal seseorang bermarga ‘Na’. Mungkinkah ia berada di kediaman Na Jaemin? Semalam laki-laki itu datang dengan menunggang kuda, memanah para serigala dan … ia tidak ingat apa yang terjadi setelah tak sadarkan diri.
“Jadi, aku berada di rumah kalian?”
“Iya, tepatnya di Kastel Kerajaan, Neomertanz.”
Arsitek dalam kastel sangat indah, terdapat ukiran di atap dan tiap sudut ruangan. Lantai marmer mengkilap dan lampu-lampu gantung yang mewah. Persis seperti apa yang dikatakan Sungchan. Sungguh, Heejin tidak percaya kalau dirinya tengah berada di Neomertanz yang disebut-sebut sangat megah.
“Tapi tadi kenapa kau memanggilku kakak ipar?” tanya Heejin ingin tahu alasan Jisung memanggilnya seperti itu, jangan-jangan ….
“Kudengar tamu istimewa ayahanda adalah tunangannya Jaemin Hyung,” jawab Jisung.
Jadi benar dugaan Heejin. Laki-laki yang dimaksud dalam surat ayahnya, yang dijodohkan dengannya adalah Na Jaemin.
“Dia tunanganku!” Heejin tercekat memandang bergantian Jisung dan Yoohyeon di hadapannya yang kompak mengangguk.
Di belakang Jisung dan Yoohyeon, Jaemin yang baru datang tampak melipat kedua tangan di dada. “Kalian bilang, dia tunanganku, bagaimana bisa?”
Lagi, Jisung dan Yoohyeon kompak menoleh mendapati Jaemin dengan tatapan jengkelnya sekaligus kehadiran sang raja. “Ayahanda,” kata mereka serempak memberi salam.
Tahu ayahnya datang, Jaemin bersiap melontarkan protes. “Ayah, jelaskan padaku mengapa wanita ini bisa menjadi tunanganku?”
“Karena ayah telah setuju menjodohkanmu dengannya,” balas Raja Yesung dengan santai.
Heejin maju selangkah. “Ahjussi, kau pasti tau di mana ayahku. Lebih baik kita bicarakan perjodohannya secara langsung. Bukankah kalian membutuhkan persetujuanku juga sebagai orang yang akan dijodohkan.”
“Ahjussi? Lancang kau! Panggil dia Yang Mulia Raja!” timpal Jaemin.
Jika pria berwajah putih pucat itu raja, maka Jaemin, pangeran?! Heejin hampir lupa bahwa ia berada di tempat tinggal keluarga kerajaan vampir.
“Yang Mulia Raja, aku menentang perjodohan ini.”
Jaemin mendenguskan tawanya. “Ya! Beraninya kau menolak seorang pangeran, justru aku yang tidak mau dijodohkan denganmu.”
Yoohyeon menarik Jisung untuk mundur, menjauh dari perbincangan karena sekarang ini mereka hanya perlu menyimak.
“Kedua belah pihak sudah setuju. Heejin-ah, lagipula ayahmu tidak ada di Neogara, dia memintaku untuk menjagamu dan kalau perlu segera menikahkanmu dengan putraku.”
“Menikah?!” dengan keturunan vampir, Heejin tidak mau.
“Pokoknya aku menentangnya!” Jaemin mengangkat tangan sejajar bahu.
Heejin melakukan hal yang sama. “Aku juga.”
“Sayangnya keputusan tidak berada pada kalian.”
“Dia manusia, mana bisa aku menikahinya.” Jaemin bersikukuh dan Heejin juga setuju. “Bagaimana dengan mate-ku nanti?”
“Dia mate-mu,” balas Raja Yesung masih bernada ringan.
“Dari mana ayah tau kalau dia adalah mate-ku?!” Jaemin meninggikan suaranya.
***
Don’t forget for vote, comment and share
CAST
Pangeran dan Putri Kerajaan Neomertanz
Jika dilihat baru murid-murid dari kelas salvatyorie ya yang muncul,
Tunggu masa liburan sekolah selesai dulu, baru kenalan sama murid Neoskhole lainnya!
SEE YOU
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro