Mozaik 54 : Kontrak Pernikahan
‘Hubungan dengan kesepakatan.'
[NEO] TWILIGHT
Kamis, 04/11/2021
ⓝ
ⓔ
ⓞ
“Kontrak Pernikahan?! Kau benar-benar menyiapkannya,” kata Heejin sambil menatap tak percaya selembar kertas yang sesaat lalu dikeluarkannya dari amplop.
Hidupnya sungguh luar biasa, sudah seperti sebuah drama televisi dengan berbagai genre di dalamnya. Tetapi ini sama sekali tidak semenyenangkan drama yang pernah ia tonton. Ambil saja contohnya drama pernikahan kontrak populer tahun 2004, Full House, yang memutuskan membuat kesepakatan hidup bersama sebagai pasangan suami istri selama enam bulan.
“Ada lima poin, kenapa cuma tiga yang terisi?” tanya Heejin setelah melihat sekilas deretan tulisan di kertas. Perhatiannya langsung tertuju pada poin kelima. “Kontrak berakhir saat berhasil mengalahkan Van Dracula.” Jaemin mengangguk. “Sampai kapan itu?”
“Entahlah, bisa berakhir cepat, atau lambat. Bacalah dari poin pertama,” tukas Jaemin.
Heejin menggerutu tak jelas, sama halnya dengan ketidakpastian kontrak yang akan ditandatanganinya. “Satu, harus saling melinᅳdungi.”
"Jangan salah paham, aku membutuhkanmu untuk menjadi rekanku dalam melawan Van Dracula." Belum apa-apa, Jaemin sudah mengutarakan maksud dari ‘saling melindungi’ dalam kontrak.
Heejin segera paham dan memang tidak berharap banyak. Kelak dia dan Jaemin harus saling mengandalkan ketika tiba saat di mana mereka berhadapan dengan Van Dracula. Kehidupannya sungguh penuh kejutan tak terduga.
"Karena kita memutuskan untuk saling melindungi, berarti peraturan menjaga jarak dalam radius tiga meter sudah tidak berlaku, kan?"
"Anggap saja begitu, tapi kau pun jangan terlalu menempel padaku." Jaemin duduk menyilangkan kaki sembari bersandar di kursi. “Ingat, ya, aku tidak suka sesuatu yang merepotkan.”
“Tenang saja, selagi aku bisa mengatasinya, aku tidak akan meminta bantuanmu,” terang Heejin, rupanya setuju dengan isi kontrak poin pertama dan melanjutkan membaca, “Dua, tidak boleh ikut campur urusan pribadi.”
Kalau ini, sih, tidak perlu diperdebatkan lagi. "Setuju!"
“Sekarang kau isi poin tiga dan empat,” kata Jaemin, memberikan pena kepada Heejin yang mulai mengerti.
Heejin mengambil penanya. “Aku tidak tau kalau kau cukup adil dan tidak semena-mena,” katanya sambil mengetuk-ngetuk ujung pena ke dagu. “Tunggu, coba aku pikirkan isi poin ketiga.”
“Cepatlah!” desak Jaemin dengan tidak sabar.
Sementara Heejin masih sibuk memikirkan apa yang harus ditulisnya. Tiba-tiba saja, kejadian memalukan yang dipergoki Jisung berkelebat. “Tiga, tidak ada skinship.” Sejurus kemudian Heejin menuliskannya di kertas.
"Apa-apaan, kita pasangan suami istri mana bisa tidak melakukan kontak fisik," komentar Jaemin.
"Kita memang pasangan suami istri, tapi hanya pura-pura entah sampai berapa lama. Lagi pula masa heat-mu cuma sampai satu minggu!"
"Maksudku bukan itu, pasti nanti akan ada saat-saat tertentu yang mengharuskan kita menghadiri sebuah acara. Bukankah setidaknya kau harus merangkul lenganku, berpura-pura sebagai pasangan harmonis." Jaemin menekankan suara di akhir kalimat.
Heejin menyetujuinya. "Baik, poin ketiga, tidak ada skinship yang berlebihan."
Kali ini Jaemin mengeryit, disusul deheman, ia pun bertanya, "Tapi kalau selama sepekan ini aku tidak bisa menahannya?"
"Harus tahan. Kau yang suruh aku menandatanganinya sekarang, kan." Tidak akan Heejin biarkan Jaemin mencuri ciumannya lagi, atau sampai terjadi yang lebih berbahaya.
"Kita undur saja sampai ujian selesai, baru kau tanda tangani,” tawar Jaemin.
Heejin bergegas menorehkan tanda tangannya. "Sudah kutandatangani. Sekarang poin empat… bantu melatih kemampuan tanpa emosi.” Untungnya sudah ada yang terpikirkan untuk mengisi kesepakatan kontrak pernikahan yang keempat. "Jadi kau jangan marah-marah meski belajarku lambat."
"Kau bodoh, ya! Jika kemampuanmu tidak berkembang juga, apa gunanya menjadikanmu rekan melawan vampir terjahat. Bisa-bisa kita mati duluan di tangannya sebelum sempat melawan."
"Makanya aku minta kau melatihku dengan baik."
"Berikan padaku!" sungut Jaemin, seperti merampas sesuatu yang sangat berharga yang lalu menuliskan nama sebagai pihak pertama dalam kontrak perjanjian tersebut.
"Bagaimana kalau kita tidak berhasil mengalahkannya?" Heejin bertanya karena sedikitnya merasa khawatir.
"Maka kau dan aku akan mati. Kontrak pernikahan kita berakhir, begitu pula dengan hidup kita," tutur Jaemin dengan suara kejam.
Heejin menghela napas sebal. "Kontraknya sudah kita sepakati, jadi silahkan pergi dari kamarku." Sesekali Heejin juga bisa bersikap tegas, jangan biarkan Jaemin menguasai permainan.
Dengan tenang Jaemin berdiri dari duduknya, beranjak pergi dengan amplop kontrak pernikahan yang cukup membuatnya puas. Belum ada tiga langkah, ia kembali berbalik.
"Oh, iya, kau tidak perlu belajar terlalu keras. Ini bukan saatnya kau kembali ke tempat asalmu."
Seolah tertampar keras, Heejin tersadar akan kenyataan yang harus dihadapinya. Tentu setelah menjadi istri dari pangeran vampir, dia tidak bisa pulang ke rumahnya di Seoul. Praktek Kerja Lapangan bersama murid Neoskhole lain seperti tidak mungkin dilakukan Heejin dalam waktu dekat. Heejin harus belajar mengolah kemampuannya terlebih dahulu.
***
Berburu mangsa, masuk dalam penilaian ujian praktek yang diajarkan Lee Eunhyuk. Guru yang memiliki ketangkasan, kecepatan dan sangat atletik itu telah membagi murid-murid dari ketiga kelas dalam beberapa klauter. Sekaranglah bagian Jaemin dan teman-temannya unjuk kebolehan dalam berburu.
“Jeno-ya, aku akan ke sebelah sini.” Jaemin tengah menganggap sahabatnya sebagai saingan.
“Silahkan,” sahut Jeno, menggumamkan bahwa pasti dia yang akan lebih dulu mendapatkan kijang atau hewan besar lainnya.
Seperginya Jaemin, Jeno melihat pergerakkan di depannya. Sebuah panah melesat, tepat menancap di sebelah kaki, mengejutkan Jeno yang hampir terjatuh.
Taeyong muncul dari balik pohon pinus, tertawa dengan tatapan meremehkan. “Lee Jeno, maaf, aku membuat buruanmu kabur.”
Awalnya Jeno hendak mengabaikan saja Taeyong yang seperti sengaja menggagalkan perburuannya. Tetapi si ketua kelas vampaneze itu malah memprovokasinya dengan kalimat ancaman.
"Heejin dan Jaemin sudah resmi bertunangan, masa kau mau merebut Heejin dari sahabatmu sendiri. Aku penasaran bagaimana jadinya kalau Jaemin tau bahwa kamu menyukai tunangannya."
Jeno seketika menggenggam erat busur panahnya. Apa terlihat jelas bahwa ia memiliki ketertarikan terhadap Heejin?
“Mulutku ini bisa membantumu memberitahu Jaemin, siapa yang tau, jika pangeran dapat merelakan tunangannya untuk sahabat tercinta.”
"Jangan harap kau bisa mengacaukan pertemananku dan Jaemin. Asal kau tau, aku tidak menyukai Heejin,” sanggah Jeno.
"Bagus, sainganku berkurang, dan asal kau tau aku sangat… sangat menyukai Heejin.” Taeyong melangkah mendekati Jeno dan kembali berucap tapi kini dengan suara pelan, “Aku menyukai darahnya."
"Kau?" ucap Jeno tertahan.
"Seperti yang kaupikirkan, aku mengetahui siapa Heejin sebenarnya."
“Tidak akan kubiarkan kau melukai Heejin!” Jeno melayangkan kepalan tangan kuat-kuat, menyerang Taeyong yang langsung tersungkur.
Pertengkaran pun terjadi antara mereka. Kalimat ambigu yang dilontarkan Taeyong dengan cepat disimpulkan oleh Jeno, bahwa Taeyong telah mengetahui identitas Heejin yang seorang manusia.
***
"Aku tidak mendapatkan hewan buruan, bahkan seekor kelinci sekalipun. Pasti nilai praktekku kecil," keluh Heejin, menyamakan langkah dengan Nakyung yang tampak tersenyum lebar. "Nakyung-ah, bagaimana bisa kau memanah rusa, sudah pasti lulus dan semester depan kau akan mengikuti PKL."
"Belum tentu, aku merasa banyak menjawab salah di ujian tertulis. Lagi pula ini perburuan keduamu, jadi tidak apa-apa, Guru Lee pasti memberimu nilai lumayan." Nakyung memberi tepukan ringan di bahu Heejin.
"Tapi murid lain yang baru masuk sekolah semester ini rata-rata berhasil, meski tangkapannya tidak sebesar punyamu."
Entah dari mana Jaemin datang, memukul kepala belakang Heejin sambil lalu melewatinya dan berkomentar, "Masih harus banyak belajar di sekolah."
"Jangan pukul kepalaku, nanti kalau bodoh kau mau menikahiku?!" pekik Heejin, tambah dibuat kesal saja.
"Aku akan menikahimu," jawab Jaemin pendek, tapi terkesan sangat serius.
"Woah," pekik Renjun heboh, sambil mengacungkan ibu jarinya.
Sementara Nakyung menganggap candaan perkataan Jaemin. “Karena ujian telah selesai, jadi pangeran bisa bebas bercanda.”
"Nakyung, ujian telah selesai?" Heejin bertanya sembari mengingat rangkaian kesibukkannya sepekan ini.
Bukan hanya harus menangani soal-soal yang masih asing, Heejin juga mesti menghindari Jaemin yang belasan kali kedapatan akan menciumnya. Sampai-sampai pernah mendorong Jaemin hingga tercebur ke kolam ikan. Setelah itu, Jaemin akan mengumpat, masa heat, sialan!
"Iya, aku merasa sudah sangat lega sekarang." Nakyung yang mengucapkannya, tapi seperti telah mewakili Jaemin yang merasa lega karena masa heat-nya mungkin telah berlalu.
"Malam ini aku akan menikah,” ungkap Heejin.
"Apa, menikah?!" seru Nakyung.
"Iya, nanti malam kalian diundang untuk menghadiri acara pernikahan kami," sambung Jaemin dengan santai.
"Woah!" Renjun mengacungkan dua ibu jari tangannya. "Sudah, jangan bercanda lagi. Aku tidak bisa menunjukkan ibu jari kakiku, kan."
"Aku tidak bercanda, acaranya malam ini di Kastel Neomertanz, hanya teman-teman terdekat yang diundang,” jelas Jaemin, sekali lagi tanpa perlu meyakinkan kedua temannya telah saling bertukar pandang dengan mulut ternganga.
***
THANKS FOR READING
Don’t forget for vote, comment and share
Bagi yang belum follow akun ini, silahkan di follow dulu.
SEE YOU NEXT UPDATE
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro