Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mozaik 5 : Tamu Istimewa

'Sesuatu yang dianggap spesial itu ternyata masalah bagiku.'

[NEO] Twilight
Rabu, 24/02/2021
.
.

Sepanjang perjalanan Jung Sungchan menceritakan semua yang diketahuinya mengenai Neogara. Bukan hanya sebuah kota, lebih seperti negaranya para vampir dengan raja sebagai pemimpin. Jika otak manusia adalah mesin, maka kini kepala Jeon Heejin tengah berasap karena terlalu banyak mendengarkan ocehan berbau fantasi yang hanya dilihatnya dari film.

Pohon-pohon menjulang tinggi di tiap sisi, cahaya bulan tampak dari sela-sela daun dan ranting yang bergemerisik. Jelas-jelas tempatnya sekarang sekedar hutan lebat. Atau mungkin bukan fantasi melainkan film horor. Bagaimana kalau tiba-tiba sesuatu muncul.

"Jung Sungchan kau mendengarnya, ada suara serigala." Heejin menghentikan langkahnya dari jalan setapak yang sedari memasuki gerbang tampak tidak ada habisnya.

"Tidak," geleng Sungchan segera meneruskan perkataannya mengenai kastel kerajaan. "Katanya Neomertanz itu megah, pilar-pilarnya besar, dinding batu kastelnya berwarna putih dengan bagian atap berbentuk kerucut warna hitam. Setahuku berbeda-beda warna tiap bagian timur, barat, selatan dan utaraᅳ"

Awuuu~ lolongan serigala menyapa indra pendengar Sungchan yang otomatis menjeda ucapannya. "Heejin jangan menakutiku."

"Apa aku bilang, itu suara serigala," ujar Heejin bersikap waspada.

"Jadi bukan kamu yang menirukan suara serigalanya," tuding Sungchan.

Lolongan semakin jelas dan keras seakan saling menyahut. Selanjutnya sepasang mata terang di depan sana mengagetkan Heejin. "Serigalanya di sana."

Lebih dari sepuluh pasang mata lainnya tampak bermunculan. Siluet binatang buas berkaki empat itu pun terlihat. Berjalan menghampiri Heejin dan Sungchan sembari melolong kesenangan.

"Lakukan sesuatu!" seru Heejin sambil menepuk-nepuk lengan Sungchan.

"Aku tidak bisa, tapi akan aku coba." Belum apa-apa Sungchan terjengkang akibat diserang lebih dulu.

Heejin berteriak, semakin histeris ketika dua serigala mencoba menerkam Sungchan. Mengerubungi Sungchan yang berusaha melawan sekuat tenaga, ia masih belum bisa mengendalikan kekuatan vampirnya karena lama tinggal di lingkungan manusia. Heejin benar-benar ketakutan ketika tiga serigala mendekatinya dengan wajah kelaparan.

"Jeon Heejin, cepat lari!" seru Sungchan tatkala berhasil lolos dari kepungan.

Sungchan berteleportasi menjadi berdiri di depan Heejin, melempar satu serigala yang hendak melukai Heejin dengan gigi tajamnya. "CEPAT PERGI!" teriak Sungchan sebelum seekor serigala menerjangnya menggunakan kepala sampai membuatnya terlempar hingga membentur dahan pohon, seketika mulutnya memuncratkan darah.

"Jung Sungchan!" pekik Heejin, menarik mundur kaki bergetarnya.

Serigala yang baru melukai Sungchan itu mendekati Heejin. Pikirannya kalut. Enggan meninggalkan Sungchan yang sudah seperti teman lamanya, padahal baru bertemu kurang dari satu jam lalu. Heejin sama sekali tidak ingin bertaruh pada keberuntungannya lagi.

Kelak akan ada banyak genre dalam filmnya. Itu pun kalau ia bisa menyelamatkan diri dari kumpulan serigala. Seolah kenyataan telah menamparnya, Heejin malah menginjak lubang sampai terjatuh.

Ayah salah, Neogara bukan tempat aman bagiku. Heejin membatin dengan mata berkaca-kaca. "Ayah, mianhae (maafkan aku)," gumam Heejin amat sangat pelan, ia pikir akan pasrah saja tetapi kedua tangannya bergerak membawa tubuh untuk menjauh dari serigala, menyisakan jejak di tanah.

Ternyata jauh dalam hatinya, Heejin ingin tetap bertahan kendatipun berada di tempat asing. Tanpa dinyana sebuah anak panah melesat, lewat tepat di atas bahu Heejin, menyerempet pipinyaᅳseketika darah mengalir ke pelipisᅳdan anak panah pun berakhir menancap di tubuh serigala.

"Berani sekali kalian melukai tamunya Yang Mulia Raja!" hardik sebuah suara rendah.

Heejin menoleh ke belakang dan hanya mampu mendapati kaki kuda karena posisinya yang terduduk, untuk itu ia mendongak demi melihat si pengendara. Laki-laki itu tampak gagah mengenakan pakaian bak pangeran dalam dongeng. Ditambah panahan yang dipegangnya dengan postur tubuh tegap sempurna, kembali mengenai serigala dalam jarak satu meter dari Heejin.

Sementara dua laki-laki lain menghajar serigala lainnya dengan tangan kosong. Berhasil menyelamatkan Sungchan yang tak sadarkan diri. Ribut-ribut pertengkaran melawan serigala menjadi latar pertemuan kembali Heejin dengan ketiga pemuda yang pernah menyelamatkannya.

"Kerja bagus kawan! Bagaimana bela diri wushu-ku semakin mantap, kan?"

"Bukan apa-apa."

Laki-laki yang mengaku ahli wushu mendesis. Tiba-tiba keduanya mengendus, ada aroma darah yang menusuk hidung. Sementara laki-laki yang masih jadi pusat perhatian Heejin, baru saja turun dari kudanya, segera menghampiri Heejin yang tertegun.

"Tunggu apa, cepat berdiri." Jaemin dengan suara titahnya menatap ketus, masih kesal karena tugas yang diberikan sang raja. "Kenapa harus aku yang menjemputnya."

Suara itu tidak asing. Heejin mengenali laki-laki yang mengulurkan tangan, memberi isyarat untuknya segera bangun. Ia tidak harus mati hari ini. Hanya perlu meraih tangan terulur itu, menyambut kembali keberuntungannya dan bangkit dari keterpurukan yang sesaat lalu menguasainya.

Heejin sudah berdiri meski kakinya masih lemas. "Terima kasih. Na Jaemin."

"Siapa juga yang ingin membantumu," tukas Jaemin, menepis tangan Heejin. "Apa barusan kau menyebut namaku?"

Bahkan mereka tidak pernah saling berkenalan. Heejin hanya mendengar seseorang meneriakkan nama itu. Dan orang tersebut sudah berada di sebelah kanannya, hampir bersamaan dengan laki-laki yang pernah bantu mengumpulkan peralatan sekolahnya.

"Benarkan, kataku... dia korban bully yang kita selamatkan pekan lalu." Renjun menutup lubang hidungnya rapat-rapat. "Aku tidak boleh melukai tamunya Yang Mulia Raja."

Jeno refleks menjauhkan kepalanya dari perpotongan leher Heejin. "Menutup hidung pun aroma darahnya masih tercium," kata Jeno, meski begitu masih tetap berusaha menahan diri.

Heejin salah, ia masih belum terbiasa dengan serbuan para vampir yang baru diketahui keberadaannya. Dua laki-laki di tiap sisinya memang terlihat baik, tapi ketika tidak bisa mengendalikan diri dari godaan bau darah, maka Heejin bisa dalam masalah. Seperti sekarang, baik Jeno dan Renjun tidak sadar telah menjulurkan kepala ke leher menegang Heejin.

"Merepotkan sekali!" pungkas Jaemin seraya menarik Heejin mendekat padanya yang berarti membiarkan kedua sahabatnya beradu kening.

"Apa yang kita lakukan!" kejut Renjun buru-buru menutup mulut serta hidungnya.

Jeno berdehem, menepuk-nepuk kepala agar tersadar. Pantas saja raja menyuruh mereka agar meminum Kapsul Anti Haus Darah sebelum menjemput sang tamu istimewa. Tetapi mereka malah sepakat untuk tidak meminumnya.

***

Setengah jam lalu sebelum menjemput Heejin

"Lupakan tentang Van Dracula, Nuna tidak ingin membahasnya. Na Jaemin sebaiknya kau segera pergi, karena ayahanda memanggilmu."

Yoohyeon memang tidak diperbolehkan memberitahu siapa itu Van Dracula, terlebih ia baru saja mendapat peringatan agar jangan menjawab pertanyaan Jisung terkait kenal atau tidaknya ia pada Van Draculaᅳmelalui telepati dengan sang ayah.

"Memangnya ada apa?" tanya Jaemin sedikitnya merasa aneh, tidak biasanya raja memanggil malam-malam begini.

"Katanya disuruh menjemput tamu istimewa," jawab Yoohyeon sembari mengedikkan bahu, tanda tidak tahu lebih mengenai siapa tamu ayahnya itu.

"Jisung kau saja yang menjemputnya." Jaemin berencana ke kamarnya dan tidur karena agak malas harus keluar larut malam.

Kini giliran Jisung yang melakukan telepati bersama raja. "Kata ayahanda, harus Hyung yang jemput."ᅳJisung manggut-manggut mendengarkan penuturan ayahnya yang hanya bisa didengar olehnya dan Yoohyeonᅳ"Hyung kalau malas, bisa ajak Jeno Hyung dan Renjun Hyung."

"Dengan senang hati, aku akan menerima titah Yang Mulia Raja," timpal Renjun.

"Kenapa ayahanda tidak pernah mengajakku dalam obrolan telepati kalian!" gerutu Jaemin dengan sebal.

Telepati, cara dua atau lebih vampir untuk berkomunikasi melalui pikiran. Orang yang melakukan telepati saling mengirim dan membaca pikiran. Mereka menyebutnya menghubungkan link. Namun, entah untuk alasan apa Jaemin tidak pernah menerima sinyal dari ayah, kakak dan adiknya.

"Ayahanda bilang jangan lupa minum Kapsul Anti Haus Darah dulu sebelum pergi menjemput." Jisung menambahkan ledekan sebelum pergi ke kasur nyamannya, "Jaemin Hyung, si pemalas yang berwajah kesal. Selamat menjalankan tugas!"

Wush~ Jisung berlari kencang dan menghilang di balik pintu.

"Dasar bocah tengil! Awas kau, ya!"

***

Kembali ke perbincangan ketiga anak vampir di depan tamu istimewa yang seorang manusia.

"Huang Renjun, bukankah kau membawa Kapsul Anti Haus Darah-nya." Jaemin mengingatkan ketika si pemilik darah beraroma lezat itu berada 50 sentimeter di hadapannya.

"Iya, aku 'kan membawanya. Kenapa bisa lupa!"

Heejin merasa pening. Jadi itulah alasannya mengapa para penumpang bus tidak membaui aroma darahnya, termasuk Sungchan yang malah mengira dirinya adalah vampir. "Kapsul Anti... apa," kata Heejin lebih seperti gumaman kecil.

Permainan kertas-gunting-batu yang diusulkan Renjun untuk menentukan siapa yang akan membawa Sungchan terdengar samar oleh Heejin.

"Jeno, kau kalah!" ujar Renjun dengan heboh selagi dalam hitungan detik wajah Heejin memucat.

Selama itu pula Jaemin mengamati Heejin yang kemudian jatuh pingsan, mungkin karena terlalu shock, mengingat rangkaian kejadian yang telah dialaminya sedari siang tadi. Mau tak mau Jaemin menyangga tubuh Heejin.

Renjun cepat-cepat berseru, "Kertas, gunting, batu!" ia melipat tiga jari, menyisakan jari telunjuk dan jari tengah, menggerakkannya seperti gunting. "YES!"

Jaemin mendesis akan kekalahannya. Mengepalkan tangan yang seharusnya mengeluarkan batu bukan kertas. "Kau ingin aku membawanya menaiki kuda bersamaku, yang benar saja!"

***

Don't forget for vote, comment and share


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro