Mozaik 47 : Berdegup
‘Menyentuh jantung dan pikiran.'
.
.
TARGET
60 vote
30 comment
.
.
[NEO] TWILIGHT
{Jum’at 07:15PM-Sabtu 01:58PM, 24-25/09/2021}
ⓝ
ⓔ
ⓞ
Susah payah Na Jaemin menggeret kakinya. Berjalan menyusuri lorong berdinding batu, dengan beberapa obor terpasang menyinari undakan yang semakin mempersulit langkah. Bukan kepala, jantung ataupun hatinya yang terluka melainkan kaki yang terus-menerus dicambuk, sehingga memperlambat proses regenerasi. Setidaknya Jaemin sedikit mulai memahami perilaku keras sang ayah terhadapnya.
Di usia delapan belas tahun, hidup Jaemin dan Heejin akan dipertaruhkan. Makanya pihak kerajaan memutuskan untuk tidak merayakan ulang tahun sang pangeran, karena itu sama saja dengan memberitahu musuh waktu yang tepat untuk memburu Darah Keabadian sekaligus membunuh calon penerus tahkta yang sempat tertunda.
“Jadi benar, Van Dracula itu adalah pamanku,” gumam Jaemin, masih enggan menerima kenyataan.
Cepat atau lambat Jaemin akan segera berhadapan dengan Van Dracula. Ayahnya mengatakan bahwa alasan menceritakan bagaimana perjodohannya dengan Heejin ditetapkan karena sudah tidak tahan menyimpan kebohongan terlalu lama. Jaemin diingatkan untuk segera mengklaim Heejin sebagai pasangannya, sebelum musuh bertindak.
“Ciuman di UKS bukan termasuk klaim, yang benar saja!” kata Jaemin sambil tersenyum sepat.
Tepat saat itu, Jaemin melihat Heejin menunggu dengan cemas. Di sana juga ada Yoohyeon dan Jisung yang langsung bergegas menghampirinya. Bahkan mata si bungsu sudah tergenang air mata.
“Jaemin Hyung! Mianhae!” seru Jisung, air matanya tumpah ruah. “Ka, kakimu pincang.”
Jaemin mengangkat tangannya, sontak Jisung menunduk pasrah akan pukulan yang harus diterima. Tetapi nyatanya tangan Jaemin malah mengusak pucuk rambut Jisung sambil berkata,
“Sebentar lagi juga kakiku kembali seperti semula. Sudah jangan menangis, dasar cengeng.”
“Benar, kau tidak apa-apa?” tanya Yoohyeon, hatinya serasa ngilu melihat luka di kaki Jaemin.
Heejin yang satu-satunya manusia lebih tidak sanggup melihat luka cambuk, cukup dalam dan berdarah pula. Heejin sampai menghindari pandangan Jaemin, tampaknya agak merasa bersalah. Ada satu yang mencuri perhatian Jaemin, sosok wanita selemah dan selembut Heejin bisakah menghadapi Van Dracula bersamanya? Jaemin masih harus mencari tahu cerita lengkapnya, bagaimana bayi mungil yang lahir prematur bisa bertahan.
“Yoohyeon Nuna, tenang saja, ada Heejin yang bisa mengobati lukaku. Tugas Nuna hanya membawa Jisung ke kamarnya untuk istirahat.”
Suara penolakan Heejin tertahan di tenggorokan. Bagaimana bisa ia mengobati luka, sedangkan melihatnya saja tidak sanggup.
“Hyung, kau membuatku takut.” Biasanya Jisung mendapati sang kakak marah setiap dirinya membuat kesalahan. “Yakin kau tidak akan memukulku, sekali saja? Dibanding cambukan yang kau terima, satu sampai dua pukulan tidak masalah buatku.”
“Pergi, atau aku berubah pikiran,” ancam Jaemin.
Jisung langsung saja menarik Yoohyeon untuk ikut dengannya. “Nuna, bacakan dongeng sampai aku tertidur, ya.”
Jaemin tersenyum kecil mendengar Jisung yang ingin dibacakan dongeng di usianya yang sudah bukan anak-anak lagi. Kemudian menoleh kepada Heejin dengan perasaan menyesal. Secara tidak langsung, dirinya adalah penyebab kematian ibu Heejin.
“Heejin, Jeon Heejin,” panggil Jaemin, tapi yang empunya nama masih tetap bergeming. “Jangan menangis!”
Heejin menengadah, menatap langit-langit mewah kastel. Berusaha agar air matanya tidak menyerobot keluar sementara kedua tangan memeluk buku biografi ayahnya.
“Cepat sini tuntun aku,” kata Jaemin.
“Iya,” patuh Heejin.
***
Ini sudah lebih dari setengah jam, dan Heejin masih bergulat dengan perban, melilitkannya di kaki kiri Jaemin yang sedang menelungkup di atas kasur. Tidak sabar menunggu lagi, si pangeran pun menopang dagu di satu tangan, kepalanya ia tolehkan ke Heejin. Sesaat memperhatikan ekspresi Heejin yang penuh kehati-hatian.
Katanya seiring bertambah usia, kekuatan vampir akan semakin meningkat, terutama mereka yang telah melakukan penyatuan dengan pasangan. Kemampuan vampir terus berkembang selama bisa mengelolanya sebaik mungkin. Hebatnya lagi bila pasangan tersebut memiliki Darah Keabadian.
“Sebelum kau selesai membalutnya dengan perban, lukaku bisa sembuh duluan,” celetuk Jaemin.
“Pasti sangat sakit.” Heejin mengikat perban perlahan, mencoba membuat simpul pita cantik. “Berapa kali Yang Mulia Raja mencambukmu?”
Jaemin masih menatap, atau bisa dibilang sedang mengunci pandangannya pada Heejin. “499 kali cambukan.”
“MWO (APA)?!” seru Heejin, ikatan perbannya menjadi terlalu kuat karena terkejut.
“Pelan sedikit,” rengek Jaemin memprotes.
“Maaf, maaf, sakit, ya.” Jaemin mengangguk sementara kedua sudut bibirnya melengkung jail.
Semalaman Heejin dan Jaemin membaca buku biografi Jeon Sungmin. Di luar kastel bulan tampak mengintip di balik awan hitam. Satu per satu rahasia terbongkar.
Mengenai Jeon Sungmin yang mulai terlibat dalam banyak penelitian di laboratorium Neohealtez, bersama Lee Donghae dan dokter terkemuka lainnya. Pernah mengajar selama satu semester di Neoskhole. Sampai bergabung dengan pusat penelitian di Transylvania.
“Ayah melakukan banyak hal demi melindungiku dari serangan para vampir.”
Jaemin mengangguk setuju. “Jangan-jangan ayahmu sekarang berada di Transylvania,” tebaknya, menurunkan tangan, tak lagi menopang dagu justru menempelkan sebelah wajah di bantal.
“Apa itu artinya sangat jauh,” kata Heejin sambil membuka lembar halaman.
***
Keesokkan harinya. Jaemin bangun lebih dulu, dan hal pertama yang ia lihat adalah Heejin tengah tertidur di tepi ranjangnya dengan posisi duduk tidak nyaman di kursi. Tiba-tiba kalimat raja terngiang, bahwa ia cepat atau lambat akan melawan Van Dracula.
Jaemin diberitahu akan menjadi lebih kuat bila bersama Heejin. Keduanya akan saling berbagi kemampuan. Walaupun raja tidak tahu persis kekuatan sehebat apa yang dihasilkan dari penyatuan dengan pemilik Darah Keabadian. Penelitian masih terus berlanjut dan sebagian membuktikan kehebatan pengaruh Darah Keabadian bagi vampir.
Segera klaim dia sebagai mate-mu! Pemikiran di otak Jaemin seakan bertalu keras. Tubuh Jaemin bahkan sudah bergerak lebih dekat. Jari-jemarinya menyibakkan helaian rambut Heejin, sehingga terlihatlah leher Heejin yang menggoda.
Setiap aliran darah di urat leher tampak jelas. Aroma darah manis menyerbu penciuman. Jari lentik Jaemin mulai menyentuh leher, sementara kepalanya tertunduk semakin rendah.
“Na Jaemin?” kata Heejin dengan suara serak khas bangun tidurnya.
Jaemin tidak langsung menarik tubuh, justru mendengarkan degupan jantung Heejin yang entah sejak kapan berdegup kencang.
“Kau sudah bangun.” Jaemin duduk begitu saja, seakan tidak terjadi apa-apa.
“Iya,” balas Heejin, lantas berdiri dari duduknya dan melakukan peregangan di bagian leher yang terasa pegal. ”Kakimu sudah lebih baik, kan.” Jaemin mengangguk kecil. “Kalau begitu aku akan bersiap-siap pergi ke sekolah.”
***
Hidup di Neogara sama sekali berbeda dengan hidup di Seoul. Keluarga kerajaan menghendaki segalanya rapih dan teratur; istana megah dan mewah dengan sederet peraturan yang belum semua Heejin ketahui. Sedang di rumah yang ditinggali bersama ayahnya penuh dengan kehangatan, tidak ada aturan tertentu, terlebih bebas dari hukuman.
Heejin kaget sekali ketika mengetahui hukuman cambuk sebanyak 499 kali. Ayahnya bahkan tidak pernah memukulnya. Bagaimana bisa raja mendisiplinkan anaknya semengerikan itu. Tidak salah kalau hari ini Jaemin jalan dengan tak nyaman.
“Perlu aku tuntun?” tawar Heejin.
“Aku tidak selemah yang kau pikir, jauh, jauh sana!” usir Jaemin.
“Kenapa? Takut menginginkan darahku lagi?” ledek Heejin, yakin kalau tadi Jaemin pasti tidak bisa menahan diri akan darahnya. “Tenang saja, hari ini aku memakai Parfum Aroma lebih banyak dari biasanya.”
“Sebegitu takutnya digigit olehku,” kata Jaemin.
Jeno datang diam-diam mengikuti langkah Heejin dan Jaemin dari belakang. “Selamat pagi!” sapanya telah berada di tengah-tengah merangkul pundak kedua temannya dengan riang.
“Lee Jeno, suasana hatimu sedang baik, ya.” Heejin menoleh kepada Jeno, senyumnya ikut merekah begitu melihat betapa manisnya tingkah Jeno yang baru ia ketahui.
“Ehm, semalam ayahku pulang dari Transylvania. Dia banyak membawa barang unik dan tak terduga,” ujar Jeno, mengedikkan kepala ke tas ranselnya. “Aku bawa beberapa untuk kalian.”
“Transylvania?” ulang Jaemin.
Heejin segera saja bertanya, “Apa mungkin ayahmu pulang bersama ayahku?” Tanpa menunggu jawaban, ia melanjutkan, “Dibuku biografi yang aku baca mereka sempat melakukan penelitian bersama di laboratorium Neohealtez, dan ayahku juga pernah mengajar di Neoskhole.”
“Itu berarti, mereka saling mengenal,” simpul Jeno.
***
Sambil menggerutu sebal Shin Ryujin mencapit kaleng kosong, memasukkannya ke plastik sampah. Hukuman sebulan penuh membersihkan seluruh halaman sekolah membuat jam istirahatnya terpangkas. Dia tidak suka, terlihat seperti pemulung yang menjadi bahan pembicaraan murid-murid.
Padahal tidak ada satu pun murid yang berani membicarakannya, dan hanya lewat saja ketika Ryujin memelototinya. “Lihat apa kalian!” bentak Ryujin.
Park Sieun dan Park Seeun, saudara kembar yang sama-sama berada di kelas dhampire buru-buru mempercepat langkahnya. Mereka juga sontak mengambil bahu jalan untuk menghindari anak-anak vampaneze yang menggertak dengan plastik hitam besar penuh sampah. Benar-benar setia kawan, pikir Sieun, menarik adiknya menaiki tangga menuju pintu utama gedung sekolah.
“Oh, Jeon Heejin sebaiknya kau jangan ke sana.” Sieun mundur beberapa langkah untuk memperingati Heejin.
“Ada anak-anak vampaneze,” sambung Seeun.
“Tapi aku perlu ke sana untuk pergi ke kelas berikutnya, di rumah kaca.” Heejin tidak tahu kalau akan ada Ryujin dan teman-temannya, dia pasti akan meminta Nakyung menunggunya selagi di toilet.
Pelajaran Herbologi kali ini mengharuskan murid mengamati beberapa tumbuhan, dan Guru Kim Ryeowook tidak suka kalau ada murid yang terlambat.
“Pergi saja, asalkan jangan lihat mereka,” pesan Sieun, tidak lupa memberi semangat.
“Kami mengawasimu dari sini.” Seeun menambahkan sambil berjalan menuju ambang pintu.
Namun, nyatanya Heejin tidak dibiarkan lewat begitu saja. Sekantung sampah dilempar, mengenai punggung Heejin dan isinya berhamburan mengotori seragam dan sepatu Heejin. Yeji yang melempar tertawa puas bersama Ryujin di sebelahnya.
Tak lama sekantung sampah yang dipegang Minju terlempar, tepat di atas kepala Ryujin dan Yeji sehingga isinya jatuh mengenai keduanya. Minju kaget bukan main. Begitu pula SuA dan Siyeon menekap mulut merasa ada yang ganjil.
“KIM MINJU!” teriak Ryujin dan Yeji kompak berbalik.
“Bukan aku,” elak Minju.
Dari arah berlawanan, sekelompok murid salvatyorie dipimpin oleh Jaemin yang di kanan kirinya Jeno dan Renjun berjalan serempak bersamanya. Jangan lupakan Nakyung, berlari tergesa-gesa.
Jaemin menarik lengan Heejin, mendekat padanya. “Hanya aku yang boleh menindasnya.”
***
THANKS FOR READING
Don’t forget for vote, comment and share 💞
SUPPORT CAST IN THIS MOZAIK
Park Seeun & Park Sieun (Dhampire Class)
Cuma bisa sampai segini, ketemu lagi di mozaik selanjutnya!
SEE YOU
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro