Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mozaik 45 : Dorongan


‘Terjebak dalam posisi mendebarkan.'

.
.
TARGET
60 vote
30 comment
.
.

[NEO] TWILIGHT
Kamis, 09/09/2021 {04:01PM-07:16PM}


Empat lelaki anggota tim boqquickent vampaneze menyerobot keramaian di koridor. Dengan tatapan tajamnya, Taeyong melepaskan cengkraman Jaemin dari kerah baju Ryujin yang seketika itu juga merasa bebas bernapas. Saling tatap sengit tak bisa terhindarkan.

“Jangan hanya karena kau pangeran, lalu bisa berbuat sesukamu!” kata Taeyong.

“Kau tidak bisa memperlakukan wanita sekasar itu.” Ten menambahkan selagi dengan senyum kemenangannya Ryujin melipat lengan di dada.

“Dia memang pantas mendapatkannya,” kata Jaemin penuh penekanan. “Ayo, cepat ikut aku!” Jaemin mencengkram pergelangan tangan Ryujin.

Jaehyun dan Yuta menghadang. Mereka tidak akan membiarkan anggota timnya diperlakukan seenaknya.

“Wanita ini telah sengaja menjatuhkan pot, untuk itu Jeno terluka. Aku akan membawanya menghadap ke kepala sekolah, meminta hukuman pendisiplinan, kalau perlu adakan sidang komite sekolah.”

“Aku tidak sengaja,” elak Ryujin, tanpa menunjukkan sedikit pun rasa bersalah.

“Masih tidak mau mengaku!” sungut Jaemin.

Taeyong kembali membebaskan Ryujin dari cengkraman tangan Jaemin. “Dia bilang, dia tidak sengaja.”

“Jika tidak tahu apa-apa, jangan ikut campur!” Jaemin mendorong Taeyong sampai terjengkang ke belakang.

Jaehyun, Ten dan Yuta segera membantu sang ketua agar berdiri. Semua menatap geram kepada si pangeran yang tersenyum miring. Awalnya, Jaemin hanya akan membiarkan anak-anak vampaneze begitu saja sebelum Taeyong menghentikannya dari membawa Ryujin secara paksa.

“Dengarkan aku baik-baik,” kata Taeyong menjulurkan kepala, berbisik di telinga Jaemin, “Perlakuan Ryujin hanya sebatas kenakalan remaja, justru raja lebih berbahaya, cepat atau lambat tunanganmu akan ditumbalkan untuk kebangkitan Pangeran Kematian. Iya, Van Dracula. Mungkin kau tidak tahu kalau dia adalah adik sepupu ayahmu.”

Telinga Jaemin serasa berdengung hebat. Apa yang baru didengarnya, pasti sebuah karangan. Ayahnya tidak akan berbuat sepicik itu. Dan lagi, mana mungkin penjahat nomor satu di Neogara adalah pamannya.

Geojitmal (Pembohong)!” tampik Jaemin, bersamaan dengan meninju pipi Taeyong. “Jaga ucapanmu!” Kini sebuah pukulan mendarat di perut Taeyong, hingga lelaki itu tersungkur.

Perkelahian pun tidak bisa dihindari. Murid-murid berdatangan, bukan untuk melerai melainkan menonton. Jaemin meluapkan segala kemarahan dan ketidakpuasannya terhadap perlakuan sang ayah selama ini. Mulai meragukan tujuan dari perjodohannya dengan seorang manusia pemilik Darah Keabadian.

Bila diingat lagi, ulangtahunnya selalu begitu tenang. Berbeda dengan ulangtahun Jisung yang begitu ramai. Kenapa begitu?

Lamat-lamat Jaemin ingat pelajaran Sejarah Vampir yang membahas pemberontakan kaum vampaneze dipimpin oleh Van Dracula. Namun, tidak pernah mengungkit kekerabatannya dengan keluarga kerajaan.

“Apa-apaan ini!” lontar Choi Siwon, wakil kepala sekolah yang menghampiri keributan tak jauh dari kantor kepala sekolah. Shindong juga terlihat tergopoh-gopoh di belakangnya.

***

Sepanjang koridor Jaemin terus memikirkan alasan yang tepat, mengapa ayahnya menyembunyikan identitas Van Dracula. Sebenarnya siapa dia? Sehingga sangat ditakuti seluruh rakyat di Neogara. Kalau boleh jujur, Jaemin takut akan kenyataan yang harus dihadapinya.

Jaemin sampai di depan UKS, melangkah gontai dan langsung saja menarik perhatian teman-temannya. Tersenyum sangat tipis, nyaris tidak terlihat ketika mengetahui Jeno sudah tidak apa-apa. Namun, pandangannya terus tertuju pada sosok wanita yang berlari mendekatinya.

Saat wanita itu bertanya apa yang terjadi. Jaemin lebih ingin menatap manik mata Heejin yang memancarkan kekhawatiran. Sepertinya Heejin sedang bersiap menyalahkan diri atas luka yang didapat Jaemin.

“Sekarang apa yang harus aku lakukan padamu.”

“Mwo?” Heejin kebingungan. Seperkian detik berikutnya, ia malah mendapat pelukan tak terduga dari Jaemin yang membalas, “Aniya amutu (Tidak ada apa-apa).”

“Nampaknya musim semi berlanjut,” gumam Renjun sambil tersenyum.

Nakyung menyimpulkan hal yang sama, bahwa Jaemin benar-benar telah jatuh cinta. Tetapi ketika melihat Jeno tertunduk, hatinya terasa sakit. Ternyata bukan hanya Jaemin yang jatuh cinta.

***

“Kim Minju!” panggil Heejin, di tangannya sebuah bingkisan berayun seiring langkah cepatnya.

Heejin tidak sendiri, melainkan bersama Jaemin yang tertinggal di belakang. Laki-laki itu berjalan cukup santai sambil masih merutuki perbuatannya di akhir jam istirahat. Berterima kasih kepada suara lonceng yang menyadarkan, sehingga saat itu juga berhenti memeluk Heejin.

“Bisa-bisanya aku memeluknya,” rutuk Jaemin selagi dua meter di depannya, Heejin memberikan bingkisan berisi baju olahraga.

“Terima kasih,” kata Heejin, bertepatan dengan Jaemin yang melewatinya dan ia mendapati mata Minju bergulir mengikuti pergerakkan Jaemin.

Minju langsung kembali melihat lawan bicaranya. “Tidak masalah, kalau kau kesulitan bilang saja padaku. Terutama saat anak-anak vampaneze mengganggumu. Aku sungguh menyesal dengan apa yang menimpamu tadi siang.”

“Kudengar Ryujin disuruh menulis surat permintaan maaf sebanyak seratus lembar.” Heejin masih tidak percaya akan jumlah ‘seratus lembar’ yang diucapkannya. Jika, itu dirinya, maka ia tidak akan sanggup menyelesaikan hukuman walau diberi waktu seharian.

“Iya, mereka yang terlibat perkelahian dengan Jaemin juga mendapat hukuman.”

“Omong-omong kenapa mereka bisa bertengkar?” tanya Heejin, karena setelah kejadian di UKS, ia merasa Jaemin berubah menjadi pendiam meski aslinya memang tidak cerewet.

“Entahlah, kurasa Taeyong mengatakan sesuatu padanya.” Minju pun ingin tahu penyebab, mengapa Jaemin sangat marah.

“Jeon Heejin cepat ke mari!” kata Jaemin setengah berseru.

Tak lama Jeno dengan diikuti anggota Pecinta Buku datang, berdiri mengelilingi Jaemin dengan tampak berbisik-bisik.

“Pergilah, Jaemin sudah menunggumu.” Minju memaksakan senyumnya. Bagaimana bisa, pangeran yang dulu selalu memerhatikannya, kini sama sekali tidak menyapa.

Heejin mengangguk kecil. “Aku pergi, kau hati-hati di jalan,” pesannya.

“Memangnya kalian tidak langsung pulang?” tanya Minju.

“Kami akan mampir dulu ke ruang klub Pecinta Buku,” balas Heejin, agak gugup.

Dari awal hubungan Minju dan Jaemin memang sebuah kesengajaan. Tugasnya akan segera berakhir setelah membawa Heejin ke markas persembunyian para pengikut Van Dracula. Dia tidak lagi harus mengawasi Jaemin, karena target sesungguhnya adalah Jeon Heejin.

***

Shotaro menceritakan perjuangannya mengambil kunci ruang rak buku rahasia. Di mana keributan yang dibuat Jaemin, telah membantunya melancarkan aksi. Soojin berjaga di depan ruang wakil kepala sekolah yang letaknya bersebelahan dengan ruang kepala sekolah.

Sementara diam-diam di antara murid yang sedang menonton perkelahian tak seimbang itu, Hyewon menunjukkan antusiasnya. Bergumam ingin berlatih bela diri, karena suatu saat nanti bisa saja ia terlibat perkelahian dengan vampaneze. Tak butuh waktu lama, Shindong dan Siwon menggiring para murid pembuat onar ke ruang BK.

“Jadi saat itulah, kau mengambilnya!” seru Jaemin sedikit takjub. Dia dan Shotaro pun melakukan high five.

Kunci sudah beralih ke tangan Jaemin. “Renjun di mana?” katanya setelah ingat kalau sahabatnya yang berkebangsaan cina itu tidak ada.

Jeno menghembuskan napas. “Pulang lebih dulu, bersama Yeh Shuhua. Bukankah ada aku… aku bisa berjaga di depan pintu.”

“Sudah dapat kuncinya!” kata Heejin yang baru bergabung dengan suara ceria.

Sebentar saja Minju menoleh melewati bahunya. Dan dengan cepat Winwin berbicara, “Pelankan suaramu.” Heejin segera menutup rapat mulutnya.

“Kami akan menunggu kalian di ruang klub,” kata Soojin.

“Semoga berhasil!” imbuh Shotaro.

***

“Tidak kusangka rak bukunya akan sebanyak ini, bagaimana kita bisa menemukannya.”

Belum ada lima menit mencari, Jaemin sudah mengeluh. Deretan buku di depannya cukup tebal untuk menceritakan sejarah vampir berabad-abad tahun lamanya. Sesaat ia tertarik membaca halaman pertama, siapa tahu menemukan sesuatu mengenai Van Dracula.

“Tidak, tidak mungkin vampir jahat itu pamanku!” tolak Jaemin, urung melanjutkan bacaannya. “Jeon Heejin, kau di mana!” teriaknya kemudian mengintip ke balik rak melalui sela-sela buku.

Jaemin bergegas mencari ke setiap rak, menerka kalau saja Heejin sedang berleha-leha. “Sudah ketemu belum buku apa pun yang memberitahu keberadaan ayahmu, Jeon Heejin… kau mendengarku?! Jawab kalau dengar!”

“Aku dengar,” sahut Heejin, melongok dari rak berisi ribuan buku biografi. “Kau cepatlah ke sini,” lanjutnya sembari memberi isyarat tangan yang lalu kembali mengagumi banyak buku bergaya klasik.

“Dia sudah berani memerintahku,” kata Jaemin berjalan menyusul Heejin. ”Awas saja kalau kau menemukan buku tidak penᅳting,” cepat-cepat Jaemin menambahkan, ketika ekspresi takjub Heejin mengalihkan atensinya.

Mata wanita itu tampak berkilat-kilat, ditambah senyum merekah membuat wajahnya berseri. Sampai Jaemin tidak sadar akan jarak yang semakin terkikis. Jaemin hanya bisa melihat Heejin sibuk membaca nama-nama yang dijadikan judul buku. Entahlah, mungkin mereka adalah tokoh penting dalam pembangunan Neogara.

Saat itu Heejin berjinjit, berusaha mengambil satu buku dengan judul ‘Na Yunho’ yang berada di belakang dan tepat berada dua jengkal di atas kepala Jaemin. “Kau bisa minggir sedikit, tidak?”

“Memerintahku lagi,” kata Jaemin bergeming, berpikir akan mengerjai Heejin saja.

Heejin mendengus sebal selagi satu tangannya menggapai buku. “Kekanakan,” cibirnya.

Sungguh tak dinyana, Jaemin malah terperangkap dalam ketegangan yang diciptakannya sendiri. Haruskah jantung Jaemin berdegup kencang hanya karena Heejin berdiri begitu dekat di hadapannya. Sebelum pikiran untuk mendorong Heejin menjauh datang, Jeno menjadi sosok penolong bagi keduanya.

“Ingin mengambil buku ini?” tanya Jeno sambil menunjuk buku dengan sampul berwarna coklat keemasan. Heejin mengiyakan, dan Jeno langsung mengambilkannya.

Heejin memamerkan buku yang bisa didapatnya kepada Jaemin sambil berdecih. Kemudian dalam waktu singkat itu, ia berbalik mengucapkan, “Terima kasih, Jeno-ya.” Heejin yang penasaran dengan isi buku langsung membuka halaman pertama, di mana sebuah foto hitam putih memperlihatkan laki-laki tampan tampak gagah dengan balutan jas, rambut dibelah tengah dan kedua tangan memegangi apel.

“Dari tadi aku memanggil kalian, kudengar ada suara langkah yang sedang menuju ke sini, sepertinya penjaga sekolah.”

Jaemin tidak mendengarkan, justru sibuk berkompromi dengan jantungnya yang tak mau berhenti berdegup kencang. Punggung Heejin hanya berada dua puluh sentimeter dari dadanya. Sontak ia mendorong Heejin, berpikir dengan begitu suara detak jantungnya tidak akan terdengar.

Buku di tangan Heejin terjatuh, berdebam menghantam lantai. Tubuh Heejin yang terdorong maju setengah langkah ke arah Jeno, sehingga dua tangan terkepalnya nyaris menyentuh dada bidang Jeno. Walaupun agak terkejut, Jeno buru-buru meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya. Heejin pun menelan pekikkan, ketika suara pintu ruang rak rahasia berderit.

***

THANKS FOR READING
Don’t forget for vote, comment and share 💞



SUPPORT CAST IN THIS MOZAIK
_CHOI SIWON (Wakil Kepala Sekolah)_

Syalalala~~ senangnya dalam hati…
dahlah, ngga peduli siapa yang datang, yang penting ada momen Jaemin-Heejin-Jeno.
Nyesel ngga Jaem dorong Heejin? Hehe,
SEE YOU!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro