Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mozaik 41 : Mendekat


‘Kedekatan yang tidak dapat dihindari.'

[NEO] TWILIGHT
Sabtu, 28/08/2021 {07:37AM-07:41PM}


“Ayahmu pulang?” Renjun mengucapkannya sembari mengembangkan senyum seolah ikut merasa senang.

Sementara Heejin sudah berlari meninggalkan ketiga pemuda yang kemudian mengekor di belakangnya. Mereka tahu bahwa sudah lama Heejin hilang kontak dengan ayahnya. Sehingga melibatkan anggota klub pecinta buku dalam mencari keberadaan Jeon Sungmin.

Belum ada sedetik menginjakkan kaki di ruang tamu, Heejin buru-buru beringsut mundur, dan seketika ketakutan menghampirinya. Jaemin langsung saja melayangkan protes karena nyaris ditubruk. Berikutnya pandangan Jaemin melebar, mendapati serbuan satu sampai lima laki-laki dewasa yang mendekat begitu cepat.

Saat itu juga Jaemin menarik Heejin untuk bersembunyi di belakangnya. Jeno dan Renjun pun sudah berdiri di tiap sisi Jaemin. Tentu mengetahui kalau di hadapan mereka adalah vampir, sama seperti mereka.

“Apa yang kalian inginkan, tidak akan kuberikan semudah itu!” kata Jaemin dengan lantang.

“Jaemin, kau tidak lihat dari jumlahnya saja kita sudah kalah.” Renjun berucap pelan sambil memasang kuda-kuda. Meski sebenarnya tidak terlalu yakin dapat menang melawan vampir dewasa.

Bukan untuk pertama kalinya Jaemin, Jeno dan Renjun berkelahi dengan sekelompok vampir ataupun manusia. Entah itu ketika berada di Neogara, menghadapi penjaga hutan terlarang saking inginnya menantang diri. Maupun ketika terlibat pertikaian kecil di Seoul akibat bertabrakkan dengan pimpinan geng di depan bar. Mungkin yang terakhir sewaktu membantu Heejin dari para perisak.

“Hei, bocah, kami tidak menginginkan apa pun dari kalian. Jadi sebaiknya kalian segera pergi dari sini.” Laki-laki bertubuh paling tinggi, berambut ikal mencoba mencairkan suasana atas ucapan Jaemin yang memang seperti peringatan.

Masih mempertahankan kuda-kudanya, Renjun bersikap lebih waspada, tidak boleh lengah, pikirnya. “Ahjeossi, kami lebih dulu berada di sini dan asal kalian tahu, ini rumah temanku.”

“Sudahlah cepat seret mereka keluar, anak-anak vampir yang tinggal di dunia manusia memang tidak punya sopan santun. Sesukanya datang ke TKP dan hanya bisa menghalangi pekerjaan pegawai Negara.”

“Jadi, kalian polisi?” tanya Jeno.

“Iya, sudah sana pergi. Kami perlu melakukan olah TKP lanjutan!”

Pertahanan Renjun goyah, ia ditarik paksa oleh salah satu laki-laki yang mengaku bekerja sebagai polisi. “Ahjeossi! Aku tidak berbohong, dia putri pemilik rumah ini!”

Heejin bergeming. Sungguh ia tidak ingin pergi sebelum mencari jejak keberadaan ayahnya.

“Bundaku juga seorang polisi!” Jeno membuka suara, bermaksud meminta pengertian dengan melanjutkan, “atau setidaknya biarkan teman kami mengambil beberapa barang.”

Heejin mengangguk, menunjukkan tatapan memelasnya di balik punggung Jaemin.

“Sepertinya kalian tidak tahu kalau aku adalah pangeran,” kata Jaemin.

Pegangan polisi di tangan Renjun melonggar. “Keterlaluan! Sekarang malah berani berbohong!” geramnya kembali menyeret Renjun menuju pintu.

Ahjeossi, kita tidak berbohong!” keluh Renjun merasa frustrasi sendiri.

“APA YANG KALIAN LAKUKAN!” hardik sebuah suara, melihat anak buahnya tampak bersiteru dengan remaja seusia anaknya. “Lee Jeno?!”

“Bunda,” kata Jeno.

***

Yoona tidak pernah menyangka akan bertemu dengan putranya di Seoul. Selain berbahaya bagi keselamatan manusia, penyusup pun akan dikenai sanksi dan lebih parah lagi dikeluarkan dari sekolah Neoskhole. Dia terpaksa meminta kelima bawahannya merahasiakan kejadian tersebut.

“Jeno, kau tahu ‘kan kalau ini melanggar aturan.” Jeno mengangguk pelan, dan Yoona meneruskan dengan suara lembutnya, “Apa benar kata Heejin kalau semua ini adalah idenya?”

“Tidak, sebenarnya…”

“Sebenarnya apa?” Yoona melipat lengan di dada.

“Selama ini kami telah beberapa kali menyelinap keluar Neogara.”

Yoona tidak terkejut, ia malah sudah menduganya. “Sejak kapan kalian mulai melakukannya?” tanyanya siap menginterogasi.

***

Sementara di ruang serbaguna, Heejin berdiri di sudut sambil berpura seolah sedang memainkan piano. Bergumam kecil soal betapa cantiknya ibu Jeno, tidak salah kalau Jeno memiliki paras rupawan. Heejin juga mendengar kalau ayah Jeno populer di kalangan wanita pada masanya, dan merupakan dokter ternama sekaligus pemilik Rumah Sakit Neohealtez.

Jaemin memerhatikan tingkah Heejin yang tampak menghayati permainan piano tak kasat matanya. “Mengataiku gila, sendirinya lebih gila.”

“Na Jaemin bisa tidak, sih, sehari saja kau tidak menggangguku.” Heejin sudah hapal betul suara Jaemin, dari suara dingin, sok, penuh penekanan sampai yang berlagak menggurui.

“Tidak bisa,” kata Jaemin. “Lagian sedari tadi jari-jemarimu bergerak-gerak di udara, mengganggu pandanganku saja. Bagaimana jadinya, kalau ternyata tunangan Pangeran Neogara tidak waras!”

“Bukankah itu bagus, rakyatmu akan melengserkanku sebelum diangkat menjadi putri.”

Heejin malah dengan sengaja mendalami perannya sebagai pianis profesional. Tidak lupa menceritakan kisah sedih saat kehilangan piano yang telah lama menemani hari-harinya.

“Dulu piano peninggalan ibuku diletakkan di sini. Aku biasa memainkannya di saat merasa lelah, atau dalam keadaan suasana hati yang buruk. Makanya aku sangat marah ketika bibi dan paman menjualnya tanpa memberitahuku terlebih dulu.”

Jaemin, yang tidak pernah mendengarkan keluh kesah orang lain tampak terdiam dengan wajah serius. Sejenak memikirkan hal apa yang selalu ia lakukan ketika dalam keadaan yang sama? Tapi tidak terlintas satu pun benda istimewa baginya.

Kedua tangan Heejin menjuntai lurus ke bawah bersamaan dengan menghembuskan napas berat. “Pasti Yeji lebih marah lagi, dia kehilangan dan lupa ingatan tentang orang tuanya. Karena aku juga, dia berubah menjadi vampir,” katanya menerawang jauh ke masa yang akan datang, yang bahkan tidak bisa ia ketahui.

Jaemin menaruh telapak tangan di kening Heejin. “Terlalu banyak pikiran, nanti otak kecilmu tidak dapat menampungnya.”

Mata Heejin mengerjap, sesuatu yang hangat memasuki hatinya. Namun, ia tidak terima dikatai memiliki otak kecil. “Na Jaemin, kau tidak tahu caranya menghiburᅳ”

“Siapa juga yang mencoba menghiburmu!” sanggah Jaemin, mengacak pucuk rambut Heejin dengan salah tingkah.

“Hentikan, rambutku bisa berantakkan! Na Jaemin!” Heejin balas menyentuh rambut Jaemin, sambil tersenyum menyenangkan ia berkata, “Kepala besar, coba aku lihat berapa banyak pikiran yang bisa kau tampung.”

“Kepalaku tidak besar!” sungut Jaemin, semakin mengusak rambut Heejin.

“Sungguh kalian tidak ingin makan kueᅳnya,” kata Renjun melambat di akhir kalimat, mendengar pembahasan Heejin dan Jaemin, ia pun berkomentar, “Kepala Chenle terbukti paling besar di antara murid Neoskhole.”

Heejin dan Jaemin serentak menoleh ke arah kedatangan Renjun. Tangan Jaemin merosot dari pucuk kepala Heejin. Sedangkan Heejin berakhir dengan menangkup wajah Jaemin.

“Sekarang terlihat kecil,” kata Heejin, berdehem sambil mengalihkan pandangan ke sembarang arah. “Aku akan pergi ke ruang kerja ayah,” tambahnya terburu-buru pergi dari hadapan Jaemin.

“Apa yang kau sentuh barusan!” Jaemin mengusap asal pipinya.

Renjun tersenyum-senyum menggoda sang pangeran. “Dia menyentuh pipimu, lihatlah sekarang pipimu memerah.”

“Kau buta warna, ya.” Jaemin pun bergegas mengikuti Heejin.

“Kalau begitu, aku akan menghabiskan kueᅳ”

“Kau juga ikut ke ruang kerja!”

“Baik, pangeran.” Renjun menyahut disertai tawa cekikikkannya. “Kenapa aku mencium bau musim semi di sini.”

***

Yoona menahan kemarahannya dengan mengepalkan kedua tangan gemas. Bisa-bisanya sang anak tunggal mencuri Kapsul Anti Haus Darah di gudang obat Neohealtez. Pantas saja setiap bulan Donghae mengomeli pagawainya akan laporan yang selalu tidak sesuai.

“Ayahmu bahkan menyuruh bunda untuk menyelidikinya, dan menuntut segera menangkap si pencuri, yang ternyata anaknya sendiri.”

“Maafkan aku,” sesal Jeno.

“Sekali ini saja, bunda membiarkannya tapi ingat jangan pernah lagi berpikir untuk mencuri obat, karena apabila terjadi bunda tidak segan-segan mengurungmu atas dakwaan pencurian dan kau bisa bayangkan reaksi ayahmu nanti,” cerocos Yoona, mengambil napas dan menambahkan, “Ingat, jangan coba-coba pergi ke Seoul sebelum mendapat surat izin keluar. Kau mengerti?!”

“Iya,” jawab Jeno, mulai mengangkat wajahnya demi melihat ekspresi Yoona. “Tapi, apa yang bunda lakukan di sini? Bukankah seharusnya masih dirawat, apa ayah tahu kalau bunda sudah kembali bekerja?”

Yoona terbatuk. “Ayo, kita masuk. Bunda belum mengucapkan selamat ulang tahun kepada Jaemin dan Heejin.”

Jeno menyunggingkan senyum samar. Bundanya itu memang agak sulit diatur, tidak cukup patuh kepada ayah yang selalu khawatir. “Bunda, perlu aku bantu mengolah TKP?”

“Memangnya kau bisa, kami saja berbulan-bulan tidak dapat menemukannya.” Yoona tertawa mendengar tawaran bantuan dari Jeno.

Sementara itu Heejin hampir menyerah mengobrak-abrik ruang kerja ayahnya. Jaemin mulai ragu akan mendapatkan petunjuk mengenai keberadaan Jeon Sungmin.

Di sisi lain, Jeno masih berusaha mengorek informasi. “Apa yang bunda cari?” tanyanya selagi Yoona menemukan Jaemin, Heejin dan Renjun di ruang kerja.

Saat itu Renjun bersandar di rak buku. “Kita pergi saja, tidak ada apa-apa di sini.” Dua buku tebal yang tertata rapih terdorong sekitar lima sentimeter ketika Renjun semakin menempelkan punggungnya, dan kemudian secara otomatis rak bergeser.

“Suara apa itu!” pekik Renjun, terlonjak kaget dan segera menjauhkan punggung dari rak yang bergerak.

Semua pandang mata terkejut melihat pintu dengan kegelapan yang tampak di dalamnya. Ada deretan tangga untuk menuju ke ruang bawah tanah. Menumbuhkan rasa penasaran bagi siapa saja yang melihat.

“Sampel Darah Keabadian yang telah Profesor Jeon fermentasikan selama bertahun-tahun, pasti ada di bawah sana.” Yoona melongok ke ruang bawah tanah, begitu pula ke empat remaja yang saling bertukar pandang.

***

THANKS FOR READING
Don’t forget for vote, comment and share 💞

Telat update banget, ya… maafkan karena sibuk healing ke luar kota.
Untuk itu aku menargetkan 60 vote, 30 comment untuk bisa update lagi besok.
SEE YOU TOMORROW!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro