Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mozaik 34 : Tunangan


'Benang merah harus putus sebelum ikatan pernikahan dilakukan.'

[NEO] TWILIGHT
Rabu, 07/07/2021


Ju Seohyun, ketua pelayan yang ditugaskan membantu persiapan pertunangan sudah sibuk pagi-pagi sekali. Kini dia selesai mendandani Heejin, setelah memasangkan sentuhan terakhir berupa perhiasan, kalung berbandul mahkota kecil emas-onyx sederhana serta sepasang anting-anting yang sesuai. Ia sesaat mengamati yang lalu tersenyum puas atas hasil karyanya.

"Yeoppo (Cantik)," kata Seohyun. Ia pun memosisikan Heejin agar menghadap cermin setinggi tubuh di sudut ruangan.

Heejin hampir tidak mengenali diri sendiri: tampak lebih dewasa dari usianya, dan bila dilihat lagi penampilannya anggun, cantik. Ia mengenakan gaun panjang dengan lengan baju berenda. Bagian korsetnya cukup pas di tubuh ramping Heejin. Kainnya meregang halus di torsonya, melonggar sedikit di bagian pinggul, dan mengembang sepanjang kaki jenjangnya.

"Seperti putri," gumam Heejin, teringat putri-putri dalam dongeng yang pernah ia tonton semasa kecil.

"Kau memang akan menjadi putri," kata Seohyun sambil membenarkan helaian rambut Heejin.

"Geulsae (Entahlah)," ucap Heejin tidak yakin. Lagipula ia dan pangeran tengah berusaha mencari cara agar perjodohan dibatalkan.

Untuk sesaat Heejin mangagumi tatanan rambutnya, yang dibiarkan terurai dengan sebagian dikepang di kedua sisi, dan diikat ke belakang menggunakan satu pita berwarna keemasan. Ia letakkan pita sepanjang rambut itu ke bahu, menambah kesan cantik elegan yang belum pernah dicobanya. Padahal dulu ia sangat ingin mengepang rambut, tapi sang ayah tidak bisa melakukannya.

"Terima kasih, Seohyun Eonni." Heejin merasa harus mengatakannya, dan wanita di hadapannya itu tersenyum hangat, seperti seorang ibu.

Terdengar ketukan di pintu, dan Heejin terhuyung saat memutar tubuh, limbung karena mengenakan sepatu bertumit tinggi. Yoohyeon masuk dengan sepasang mata yang berkilau, terpesona akan penampilan calon adik iparnya. Padahal ia sendiri tak kalah menawan.

"Neomo yeppeoso." Yoohyeon merangkul lengan Heejin, dan segera meneruskan dengan bersemangat, "Kau siap, Heejin-ah?"

Sekalipun ratusan tahun berlalu, Heejin masih tak akan siap, tapi ia mengangguk lemah. Ini hanya tunangan, pikirnya berusaha menghalau kegugupan.

***

Sesampainya di pusat keramaian, riuh rendah tamu undangan menyambut kehadiran Heejin. Ratusan atau bahkan ribuan pasang mata tertuju padanya, sontak menimbulkan ketegangan. Ternyata ia tidak bisa untuk tidak gugup setelah matanya memindai kerumunan yang berkumpul di kedua sisi permadani merahᅳyang nanti akan dilewatinya bersama Yoohyeonᅳtapi sepertinya Heejin salah menduga, karena ia lihat Jaemin berjalan menghampirinya.

"Jaemin-ah, Heejin cantik, bukan?" Yoohyeon menyerahkan lengan Heejin dalam rangkulannya, yang segera saja diterima Jaemin.

Karena sangat malu atas pertanyaan Yoohyeon, Heejin menyunggingkan senyum yang terkesan dipaksakan kepada Jaemin yang tengah mengamatinya dengan mata tak manusiawi, ekpresinya kosong, barangkali tak berpikir sama dengan sang kakak.

"Cantik... gaunnya," jawab Jaemin.

Senyum Heejin langsung lenyap, tergantikan dengan mencebikkan bibir tatkala penglihatannya menemukan sosok Minju di antara tamu undangan. Bagaimana bisa Minju menghadiri acara pertunangan kekasihnya. Ayolah, ini membuat Heejin semakin merasa bersalah.

Sambil menggandeng Jaemin, Heejin berjalan menyusuri permadani merah, menuju panggung utama di mana Raja dan Ratu sudah berdiri menunggu, dikelilingi oleh sekelompok abdi berpakaian abu dan sabuk kain hitam-merah. Suara keletukan tumit sepatunya sudah tak terdengar jelas seperti saat berjalan sepanjang koridor istana bersama Yoohyeon.

"Bagaimana perasaanmu berada di tempat yang penuh sesak oleh vampir, takut?"

Heejin sudah cukup tegang dengan banyaknya tamu undangan, ditambah Jaemin memperjelas keadaan, tentang siapa mereka.

"Ada kau, Na Jaemin," kata Heejin, mulai terbiasa dengan sepatu hak tingginya. "Bukannya kau pernah bilang, bahwa hanya kau yang boleh membunuhku."

"Kapan aku bilang begitu." Jaemin hampir saja berseru, tentu ia harus menjaga sikap di hadapan banyak vampir dari berbagai klan yang hadir.

"Pokoknya kau pernah mengatakan tentang mengigitᅳlupakan."

Jaemin tersenyum samar. "Benarkah kau berpikir seperti itu, sekarang bisa saja aku menggores lenganmu dengan kuku panjangku dan mereka semua akan berdatangan menerkammu."

Heejin menginjak keliman gaunnya dan tersandung, sontak mencengkram lengan Jaemin agar tidak jatuh. Ia kembali mengedarkan mata ke barisan tamu undangan. Tua dan muda, beberapa dengan riasan mata tebal yang membuat tatapannya semakin tajam, sampai mereka yang mengenalnya tampak tersenyum sambil melambaikan tangan.

"Berjalanlah yang benar," gerutu Jaemin.

"Heejin!" panggil Nakyung dengan suara dibuat pelan. Di sebelahnya Jeno perlahan mengangkat kedua sudut bibir.

Mata berbinar Jeno melengkung, ketika wanita yang menjadi pusat perhatian seluruh tamu balas melambaikan tangan sambil mengumbar senyum menawan.

Renjun, Shuhua dan Yuqi tak kalah hebohnya. "Kalian tampak serasi!" seru Yuqi, segera saja diberi sikutan kecil dari Wonyoung yang memberitahu kalau Minju bisa saja mendengarnya. "Memangnya kenapa kalau dia dengar," balas Yuqi dengan enteng.

Jaemin langsung saja mendelik, mencibir tak jelas. Ketika matanya tak sengaja bersibobrok dengan Renjun, ia malah mendapat decihan sekaligus pemutusan kontak mata dari Renjun yang mungkin masih marah padanya. Sulit bagi Jaemin mengakui kesalahannya, karena merasa tidak berbuat salah. Jadi ia hanya membiarkan Renjun bersikap marah entah untuk berapa lama.

***

Perhatian seluruh vampir beralih ke panggung utama, di mana Jaemin dan Heejin sudah saling berhadapan. Pelayan berjalan mendekati keduanya sambil membawa nampan, berisi kotak cincin yang telah dibukakan, tampak sepasang cincin indah berkilau dengan berlian warna merah.

"Tangan... ulurkan tanganmu," kata Jaemin.

Heejin tersadar dari memperhatikan berlian yang seperti menyimpan sesuatu di dalamnya, mengingatkan akan warna darah, atau hanya pikirannya sedang tidak fokus. Baru acara tunangan saja, sudah semewah ini, sungguh ia amat sangat panik sekarang. Sampai cincin tersemat di jari manis, ia masih terpaku.

"Giliranmu," kata Jaemin dengan tidak sabar, melebarkan jari-jemari yang agak digerakkan demi mengalihkan atensi Heejin.

"Ah, iya." Heejin mengambil cincin, dan pertukaran cincin pun selesai.

Seketika sorakan serta tepuk tangan meriah menggema, mengiringi peresmian tunangan sang pangeran dan calon putrinya. Ekspresi harap yang amat sangat ditunjukkan para tetua, sekelompok abdi dan jajaran keturunan keluarga kerajaan. Seperti mereka benar-benar menaruh banyak harapan pada proses pertalian penerus kerajaan.

Yoohyeon bahkan menangkupkan kedua telapak tangan. "Semoga dengan ini, Neogara tetap dalam kedamaian."

Jisung agak melirik sang kakak, sempat mengerutkan kening tapi tak mau menanyakan maksud perkataan Yoohyeon, dan malah mengucapkan harapannya sendiri. "Semoga semester ini aku dan Wonyoung lulus ujian."

***

Dalam setiap pesta perayaan, terutama acara sepenting ini di Neogara, berdansa adalah waktu yang ditunggu-tunggu sebagai ajang pencarian mate. Meski banyak juga mereka yang telah menemukan mate masing-masing, seperti Renjun dan Shuhua, atau si pangeran bungsuᅳJisung dan Wonyoungᅳasyik berdansa sembari mengumbar senyum, sesekali tertawa-tawa. Di jajaran meja penuh makanan, Nakyung memandang iri karena tidak memiliki pasangan berdansa.

"Kalau sudah kenyang, jangan dimakan lagi."

"Jeno-ya, ayo kita berdansa juga," pinta Nakyung dengan wajah memelas.

Di sisi lain, Heejin bersyukur karena ia sudah cukup ahli dalam menari dansa ballroom. Tidak sia-sia ia mengikuti Klub Idol. Pasangan dansanya tentu saja laki-laki dengan ekspresi dingin yang resmi menjadi tunangannya.

"Na Jaemin, kalau tidak mau berdansa kita bisa duduk saja." Heejin mengusulkan dengan sangat hati-hati.

"Banyak pasang mata yang mengawasi, jadi hari ini saja kita harus terlihat seperti pasangan bahagia," balas Jaemin.

"Dengan wajah masammu itu... mana bisa mereka berpikir kalau kita bahagia," kata Heejin, mendapati pasangan lain tengah bersiteru karena si lelaki menginjak gaun rekan dansanya.

"Lucas! Kau sengaja, kan!"

"Tidak, kok, kau saja yang tidak bisa mengikuti gerak kakiku."

"Pokoknya kau harus menerimaku masuk tim Boqquickent, Taeil Sunbae bilang aku memiliki potensi. Ehmm, terima aku."

Tangan Jaemin yang sedari tadi melingkar di pinggang Heejin, langsung tergerak membawa tubuh tunangannya semakin dekat bersamaan dengan senyum yang tersungging. Mengejutkan Heejin yang sedang memperhatikan usaha Yuqi dalam membujuk kapten yang teguh pendirian.

"Seperti ini?" kata Jaemin, senyumnya bertambah lebar.

"Tidak terlalu buruk," jawab Heejin, sedikit mentertawai senyum setengah hati Jaemin yang terlihat cukup menggemaskan.

Jaemin dan Heejin masih saling mempertahankan keseimbangan dengan langkah kecil, berdansa di antara pasangan lain yang tampak melakukan berbagai gerakan dansa. Tak mau kalah, pada langkah keempat, Jaemin menurunkan tangan kanan dan melepaskan Heejin lalu mengangkat tangan kiri untuk memutar tubuh pasangannya ke kiri searah jarum jam. Gaun yang Heejin kenakan seketika mengembang seiringnya putaran. Mereka berhasil menjadi pasangan yang terlihat bahagia.

Sorak sorai dan tepuk tangan kembali memenuhi ruangan. Sorot mata dan lontaran kekaguman turut menyertai penampilan memukau dari dua bintang utama dalam pesta. Minju menatap nanar sang mantan yang terlihat begitu menikmati acara. Sungguh ia tidak suka melihatnya, ditambah reaksi penonton seolah tengah memprovokasi.

"AKU VAMPIR!" sentak Jaehyun di tengah riuh rendah sambil mendorong Chaeyeon.

Pasangan dansanya itu berakhir dengan menubruk Heejin, sehingga jatuh ke pelukan Jaemin.

"Tidak pernah terpikir olehku menjadi selemah manusia," tambah Jaehyun, yang detik itu juga tersadar telah mengalihkan pandangan di sekitar ke arahnya. "Gadis ini terus menanyaiku, apa mungkin aku bukan vampir. Sungguh tidak masuk akal, kan... kalau begitu, silahkan lanjutkan dansa kalian." Jaehyun menjelaskan alasan mengapa ia berlaku kasar, dan setelah itu tergesa-gesa keluar dari lantai dansa.

Sementara Chaeyeon segera membungkuk, meminta maaf atas kelancangannya telah mengganggu waktu berdansa Jaemin dan Heejin. "Aku benar-benar minta maaf."

Jaemin menatap penuh selidik selagi tangannya menghentikan gerak kepala Heejin, agar tetap terbenam di dadanya. "Kenapa kau mengira kalau Jaehyun bukan vampir?"

Chaeyeon balas menatap lawan bicaranya. "Pangeran, aku merasa ada manusia yang menyelinap di Neoskhole," kata Chaeyeon, nyaris berbisik.

***

THANKS FOR READING
Don't forget for vote, comment and share 💞

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro