Mozaik 26 : Terlalu Manis
‘Aroma darah yang tak tertahankan.'
Putar mulmed atau bisa tonton video di bawah ini, untuk mendengarkan ost ke-2 dari aku buat kalian baper dengan scene tari tango dan pertemuan ... OK, langsung tonton aja!
[NEO] TWILIGHT
Rabu, 09/06/2021
ⓝ
ⓔ
ⓞ
_SUPPORT CAST_
Pusat kota di Neogara cukup ramai, selain karena ada Neorizon Alley yang setiap harinya dikunjungi para vampir untuk membeli segala kebutuhan. Neohealtez juga berdiri kokoh dengan bangunan berlantai lima, bernuansa putih seperti kebanyakan rumah sakit biasanya. Lalu lalang di lobi memberitahu kalau tim medis yang bertugas tengah sibuk.
Pasalnya telah terjadi penyerangan di tengah kota. Vampir pria yang tidak diketahui identitasnya mengamuk, menodongkan pisau ke pejalan kaki. Akibatnya lima korban terluka parah dan satu vampir kritis.
“Vampir gila macam apa yang melukai sesamanya, aku harus lebih berhati-hati sekarang. Jeno, sepulang dari menjenguk, antar aku pulang, ya!” pinta Nakyung berpaling dari layar televisi yang masih menampilkan berita. “Kau dengar pelakunya belum tertangkap!”
“Iya, nanti aku antar pulang,” balas Jeno.
“ASSA (ASYIK)!” seru Nakyung dengan senyum yang bertambah lebar. Usahanya tidak sia-sia, dia bisa bersama Jeno lebih lama lagi.
Setelah sebelumnya berhasil memberi kode kepada Heejin, bahwa ia ingin menjenguk calon mertuanya berdua dengan Jeno saja. Sebagai imbalan atas kerja sama Heejin itu, Nakyung memberitahu satu hal mengenai Jaemin. Entah apa yang Heejin pikirkan sehingga menerima tawaran tersebut.
Tawaran yang terdengar sama, seperti yang pernah Jaemin katakan, tapi bedanya satu hal itu tentang dirinya.
“Kau mau ke mana?” kata Jeno, ketika wanita di sebelahnya terus berjalan lurus sambil mengoceh mengenai arti bunga. “Nakyung-ah, kamar rawatnya di sini.”
Jeno sudah sangat hapal tiap sudut tempat kerja ayahnya. Mengetahui banyak luka pasien trauma, tangis pilu kehilangan dan sebuah harapan. Namun, ia tidak pernah menyangka akan melihat ibunya dirawat.
Begitu mendengar kalimat Jeno, Nakyung menoleh seraya melihat pintu bertuliskan VVIP. Kembali mundur selagi Jeno menggeser pintu, ia segera mempersiapkan senyum terbaiknya.
“Eomma, aku datang!” Jeno memeluk ringan tubuh sang ibu, yang lalu membantunya duduk bersandar.
Lima hari lalu Im Yoona dibawa ke Neohealtez dalam keadaan tak sadarkan diri, dan kehabisan banyak darah. Tubuhnya penuh luka cakaran, memar dan yang terparah sebuah anak panah telah mengenai jantungnya. Beruntung vampir mampu beregenerasi, sehingga luka mereka bisa cepat pulih.
“Oh, kau datang bersama Nakyung,” kata Yoona.
“Untukmu, bunga yang secantik dirimu.” Nakyung memberikan buket bunga berwarna-warni, salah satunya terdapat bunga aster yang memiliki arti keindahan serta kecantikan.
Yoona mencium harum bunga dengan perasaan terharu. “Terimakasih, Nakyung-ah… kau juga cantik.”
“Bagaimana keadaanmu, ibu mertua?”
Jeno menyikut lengan Nakyung, selalu saja temannya itu memanggil Yoona dengan sebutan ‘ibu mertua’, padahal sudah berulang kali diperingati.
“Kemampuan memulihkan diriku semakin hebat setelah banyak menghadapi para penjahat,” tutur Yoona dengan nada bangga.
“Eomma, percuma saja aku mengkhawatirkanmu, jantungmu hampir berhenti berdetak dan apa… kemampuan memulihkan diri?!” Jeno mendesah sebal dan meneruskan, “Kemampuan itu tidak berguna lagi setelah jantung diambil penjahat yang kau hadapi.”
Giliran Nakyung yang menyikut Jeno. “Yaaa, ucapanmu keterlaluan….”
“Aku ingin Eomma berhenti dari pekerjaan berbahaya itu,” tuntut Jeno, tidak peduli meski dianggap kasar.
“Meski disuruh ratusan kali, eomma-mu tidak akan berhenti,” sahut pria berpakaian khas dokter dengan jubah putihnya.
“Ayah mertua!” Nakyung berlari kecil sembari mengamit lengan Lee Donghaeᅳayah Jeno yang terkenal jenius dalam menyelamatkan pasiennya.
“Oh, gadis manis, kau di sini juga,” kata Donghae, mengusak rambut Nakyung dengan gemas.
Lagi-lagi kekhawatiran Jeno dihempas, apa perasaannya tidak begitu penting, sehingga ayahnya pun berbicara seperti itu. “Appa, seharusnya ikut membujuk.”
“Appa bisa menyembuhkannya.”
“Bagaimana kalau penjahat memenggal kepalaᅳ”
“LEE JENO!” seru Donghae, Yoona dan Nakyung dengan serempak.
Sial, umpat Jeno dalam hati. Dia selalu kalah dan akhirnya menyerah dalam perdebatan. Donghae yang lebih dulu menyerah membujuk Yoona untuk berhenti menjadi polisi, cukup mengerti perasaan Jeno. Namun, ia tidak bisa memaksakan kehendak istrinya.
***
Sore itu senja tampak indah dilihat dari atas bukit. Jurang terjal dengan pepohonan rimbun di bawah sana menambah pemandangan alam nan elok dan menyegarkan. Hembusan angin menerpa tubuh, membawa segala kemelut dalam hati yang berbalut sepi.
Selama tinggal di Neogara, Heejin merasa sendiri. Tapi entah mengapa tempatnya berdiri sekarang, memberikan penghiburan yang berarti. Sejatinya semesta masih setia menemani.
“Kau pasti sangat menyukainya,” pungkas Jaemin sambil berkacak pinggang.
“Hm, pemandangannya indah sekali… dari mana kau menemukan tempat seindah ini?” tanya Heejin, tidak mungkin ‘kan kalau Jaemin mencarinya di internet.
“Asal kau tahu, ini tempat persembunyianku. Artinya tidak ada yang tahu tempat ini selain aku,” beber Jaemin, menyiratkan sebuah peringatan yang tidak diketahui Heejin. “Nikmatilah selagi kau bisa,” lanjutnya sambil melihat wajah terkesan Heejin akan keindahan alam yang jarang ditemui di perkotaan.
Angin berhembus sedang, menerbangkan daun-daun yang berguguran. Aroma darah tercium semakin jelas. Jaemin yakin Darah Keabadian yang mungkin hanya keluar sekali dalam seabad telah membuat pertahanannya goyah.
Akhir-akhir ini perasaan Jaemin tak menentu, bahkan seolah tidak ingin jauh dari Heejin. Batasan jarak tiga meter yang sengaja dibuatnya pun terlupakan. Tempat yang hanya diketahuinya, kini diketahui juga oleh wanita yang ingin ia usir dari kehidupannya.
“Ayah! Aku di sini! Putrimu Jeon Heejin ada di sini! Kau mendengarku!” seru Heejin keras-keras.
Jaemin menoleh selagi dilihatnya helaian rambut Heejin bergerak indah karena ulah angin. Sampai sekarang ia tidak tahu alasan apa yang membuatnya berani mengajak Heejin ke tempat favoritnya.
“Di mana pun kau berada, aku harap kau tetap sehat, karena aku juga baik-baik saja di sini! Ayah, cepat jemput aku!” teriak Heejin, menghela napas dan menambahkan dengan suara lirih, “Aku merindukanmu.”
Semakin diperhatikan semakin Jaemin terjatuh dalam pesona si pemilik Darah Keabadian. “Aku tidak bisa menahannya lagi,” katanya sambil berjalan mendekati Heejin.
Mungkin alasan Jaemin membawa Heejin adalah karena ingin mengakhiri rasa tak tertahankan, ketika vampir merasa sangat haus akan darah. Seolah hati bergejolak hebat, menginginkan lebih dari sekedar darah.
“Aku menginginkannya.”
Perlahan Darah Keabadian memikat Jaemin. Seorang Na Jaemin yang memiliki harga diri tinggi, mana bisa mengakui telah tertarik pada manusia biasa. Membuktikan bahwa benar, pemilik darah keabadian mampu memikat banyak vampir, sehingga siapa pun bisa mengklaim Heejin sebagai mate-nya dan mulai berlomba-lomba mendapatkannya. Itulah perkataan Raja Yesung yang sangat dikhawatirkan merusak tatanan bangsa vampir di Neogara.
Sementara Heejin tidak tau menahu perihal dirinya, dan malah mengkhawatirkan akan merusak hubungan sepasang kekasih. Satu hal mengenai Jaemin yang diketahuinya dari Nakyung, terus terngiang.
Satu jam lalu anggota Klub Idol berhamburan keluar ruangan, mengakhiri sesi latihan mereka. Heejin diberitahu kalau Jaemin akan mengantar Minju pulang, mengharuskannya memilih ikut bersama Jaemin atau Jeno dan Nakyung. Sampai tawaran Nakyung menarik perhatiannya. Bagaimana bisa ia lebih penasaran mengenai Jaemin selain dirinya.
“Aku rasa Jaemin menyukaimu, dia cemburu.”
“Jangan ngawur!”
“Sungguh, aku dapat melihat dari matanya.”
Nakyung mengucapkannya dengan mantap, dan akhirnya ia ikut mengantar Minju pulang. Lalu berada di atas bukit, di tempat yang katanya hanya diketahui Jaemin. Mau tak mau Heejin menyimpulkan dirinya orang pertama yang diajak Jaemin melihat senja. Benarkah Jaemin menyukaiku?
“Bagaimana ini… aku jadi tahu tempat persembunyianmu.” Heejin menarik kedua sudut bibir seraya menoleh, seketika itu juga ia beringsut mundur. “Na Jaemin, taringmu keluar!”
Nikmatilah selagi bisa. Mungkinkah maksud dari kalimat yang Jaemin lontarkan beberapa saat lalu adalah membunuhnya, di sini, di tempat yang tidak diketahui siapa pun.
“Jangan mendekat!” kata Heejin sambil melebarkan kedua tangan di depan dada.
“Terlalu manis sampai aku tidak bisa menahan diri.” Jaemin maju selangkah, sebaliknya Heejin mundur.
Heejin tidak pernah tahu mata vampir sangat menakutkan. Lalu apa yang Nakyung lihat dari mata Jaemin, cemburu? Mana mungkin. Jelas sekali mata Jaemin yang berubah warna menjadi merah pekat, merupakan tatapan membunuh. Langkah kaki Heejin memberat, punggungnya pun membentur dahan pohon.
“Aku mohon jangan gigit aku,” cicit Heejin, lehernya menegang begitu hembusan napas Jaemin menerpa.
Jaemin membuka mulutnya, merasa mabuk berat dan candu dengan hanya mencium aroma wanita di dekatnya. Seperkian detik kemudian mata Heejin dibuat terbelalak, tangannya mengepal kuat.
***
Don't forget for vote, comment and share 💕
Ok, sip sampai sini dulu!
Buat kalian yang pengen liat manip anak-anak Neoskhole boleh banget mampir ke IG: neoctory_
Editan hasil halu aku bakal di post leih dulu di sana.
SEE YOU SOON!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro