Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Mozaik 23 : Sangkal


'Menyangkal semua perasaan terhadapmu.'

[NEO] TWILIGHT
Kamis, 27/05/2021


Untuk ketiga kalinya Jaemin melihat ke arah pintu kantin. Entah disadari atau tidak, ia tampak was-was dan gelisah. Obrolan kedua sahabatnya pun dianggap angin lalu.

Satu tangan Jaemin melesak masuk ke saku jaket, sedang satunya lagi mengaduk nasi serta lauk menjadi tercampur. Pikirannya sibuk beradu argumentasi antara memberikan benda berupa botol berisi cairan harum dan atau membiarkannya tetap tersembunyi di saku jaket. Belasan kali menolak rasa ingin membantu.

"Jaemin, kau mendengarkanku?!" Renjun agak menyentak karena si pangeran tidak merespon.

Jeno sampai mengetuk meja demi bantu mengalihkan perhatian Jaemin. "Kau seperti sedang menunggu seseorang."

"AKU! Menunggu siapa... tidak, kok," sanggah Jaemin atas tebakan asal yang Jeno lontarkan dengan santai.

"Kenapa jawabannya berlebihan sekali, seolah benar sedang menungguᅳ"

"Hwang Renjun!" panggil Shuhua memotong kalimat Jeno yang terselip kecurigaan. "Makannya sudah selesai belum?" tanya Shuhua setelah berada cukup dekat dengan ketiga temannya dari Kelas Salvatyorie.

"Astaga, aku hampir lupa kalau seharusnya kita bertemu di ruang klub merajut... kau sampai ke sini demi menjemputku," kata Renjun buru-buru mengangkat peralatan makan, memuji betapa baik pacarnya itu, tidak lupa membanggakan sosok Shuhua di hadapan Jaemin dan Jeno.

Padahal Renjun masih belum menghabiskan makanannya, tapi bergegas pergi setelah dijemput sang pacar. Jeno jadi ingin tau bagaimana dirinya nanti, jika punya pacar. Membayangkannya saja sudah menggelitik hati dan rasanya ia tidak akan mampu jatuh cinta. Buktinya sampai sekarang ia tidak pernah luluh akan pernyataan suka Nakyung.

"Apa aku akan seheboh Renjun, atau sekalem Jaemin," gumam Jeno.

"Tidak keduanya," tebak Jaemin tanpa tau yang dipertanyakan Jeno. "Aku penasaran wanita mana yang tahan berpacaran denganmu."

"Wanita sepertiku!" sahut Nakyung, meletakkan food tray dan duduk di sebelah Jeno.

Nancy, Gahyeon dan Wonyoung juga mengambil tempat duduk sekaligus merasa sedikit terhormat bisa menghabiskan makan bersama calon penerus kerajaan. Bukan sebuah rahasia lagi kalau Nakyung menyukai Jeno. Berkat sikap terang-terangan Nakyung yang mengajak Jeno berkencan di festival sekolah tahun lalu.

"Iya, kalau itu kamu, aku jamin hubungan kalian akan bertahan lama," kata Jaemin sambil bola mata bergulir mencari sosok wanita yang kerap kali merepotkannya.

Hari ini saja, Jaemin balik lagi ke kastel untuk mengambil parfum aroma. Tak lama ia pun menyesalkan perbuatannya karena sekarang tengah dilema.

"Kau dengar itu Lee Jeno." Nakyung mengedipkan sebelah matanya. Jeno hampir saja tersedak.

Jaemin berdehem sebelum bertanya, "Heejin tidak makan bersama kalian?"

"Katanya dia akan menyusul, dia terlihat sedang mencari sesuatu," jawab Nakyung seraya memberikan potongan sosis di makanan Jeno.

Jaemin tidak bisa mengabaikannya, ia harus segera menemui Heejin. Tergesa-gesa meninggalkan kantin. Sebelum menyusul Jaemin, Jeno memakan sosis pemberian Nakyung dan tidak lupa berpamitan.

"Sepertinya Pangeran Jaemin tidak ingin makan bersama kita," kata Wonyoung.

"Sebagai gantinya kau 'kan bisa makan dengan Pangeran Jisung, bukankah kalian sepasang kekasih." Gahyeon segera menunduk, melahap makanannya banyak-banyak setelah mendapat respon menakutkan dari Wonyoung.

Sontak Nakyung dan Nancy juga berhenti mengangguk-angguk, mereka tau Wonyoung tidak suka disebut-sebut sebagai kekasih Jisung hanya karena dirinya mate Jisung.

***

Lemari dengan lebar 70 sentimeter, nyaris kosong kalau saja Jaemin dan Heejin tidak bersembunyi di dalamnya. Maka hanya akan ada sapu, kemoceng dan kain lap yang diinjak sepatu kets warna putih milik Heejin. Suara napas terdengar jelas di ruang sempit, terlebih setelah Jaemin menurunkan tangannya dari membekap mulut Heejin.

Tidak hanya itu, detak jantung keduanya berpacu lebih cepat, menimbulkan perasaan asing yang Jaemin ketahui sebagai rasa suka. "Apa yang kamu lakukan padaku?! Kenapa aku selalu mengkhawatirkanmu." Jaemin mendorong Heejin pelan, sehingga lemari berguncang.

Harusnya ia tidak datang menyelamatkan Heejin, dengan begitu perjodohan akan berakhir.

"Neo, na joahae (Kamu, menyukai)?"

"Micheoso (Dasar gila)!"

"Kalau bukan, pasti karena rasa tanggungjawab." Heejin pun tidak cukup yakin akan ucapannya, ia mempertahankan matanya bersitatap cukup lama dengan Jaemin yang terus mencoba menyangkal.

"Jika kau terluka, ayah akan sangat marah dan akulah yang akan disalahkan. Betapa sialnya aku!" desis Jaemin yang lalu meletakkan botol parfum di telapak tangan Heejin dan melanjutkan, "Sekali lagi saja kau kehilangan parfum ini, maka aku tidak akan membantumu."

Jaemin keluar dari lemari, membiarkan Heejin bernapas lebih lega.

"Jantungku terus berdebar, apa jangan-jangan aku yang menyukai Jaemin? Tidak, ini pasti karena aku terlalu takut tadi!" sangkal Heejin, mengelus dada dan melangkah meninggalkan tempat sesak.

Heejin berpikir tidak akan mau lagi terjebak di dalam lemari sempit bersama vampir semenyebalkan Na Jaemin.

***

Keluarga kerajaan memiliki segalanya yang mereka inginkan, tetapi mereka juga punya rahasia, dan ketakutan terbesar mereka adalah, kalau ada orang yang mengatahui rahasia ini. Yesung sudah lama mempersiapkan diri, jikalau suatu saat rahasia terbongkar, mengakibatkan perang yang membahayakan istri dan anak-anaknya, terutama Jaemin.

Kali ini ia mendengarkan laporan Sehun dengan ditemani sang ratu. Rangkaian kejadian yang menimpa pangeran dan calon tunangannya di Neoskhole membuat Yuri antusias, apalagi mengetahui Jaemin kembali ke kastel demi mengambil parfum aroma. Putranya telah berubah, setidaknya sedikit memiliki kepedulian terhadap orang lain.

"Jaemin yang tidak bergeming ketika kakaknya diserang serigala, malah menolong tunangan yang dibencinya," kata Yuri.

"Apa mungkin pengaruh dari Darah Keabadian?" Yesung tidak sepenuhnya mengetahui hal apa saja yang bisa dilakukan si pemilik Darah Keabadian. Begitu pula Yuri yang hanya mendengar berbagai rumor.

"Aku penasaran dari mana Jaemin tahu kalau Heejin punya Darah Keabadian." Yuri melihat ke pengawal kepercayaannya. "Pengawal Oh ...."

"Tidak Yang Mulia Ratu, aku sama sekali tidak memberitahu pangeran. Menurut pengamatanku, pangeran mampu menebaknya dari aroma darah Heejin. Kebetulan pangeran juga sudah mempelajari jenis-jenis darah," terang Sehun sekaligus membela diri atas kecurigaan sang ratu.

"Memang putraku terlalu cerdas," ujar Yuri dengan bangga, langsung disetujui Yesung.

"Kebangkitan Pangeran Kematian semakin dekat, dia mungkin pulih lebih cepat dari perkiraan, jangan sampai kau kehilangan Jaemin dan Heejin dalam pengawasanmu," pesan Yesung mendapat tanggapan tegas si pengawal. "Beritahu juga rekanmu yang mengawasi di Neoskhole."

"Baik Yang Mulia," balas Sehun.

Keamanan di Neoskhole cukup ketat, tidak ada yang boleh masuk ke area sekolah, kecuali staf sekolah dan para murid. Begitulah akhirnya Sehun mempekerjakan satu orang yang dapat mengawasi Jaemin dan Heejin di sekolah.

***

"Enak sekali jadi mereka, setelah salah sangka padaku, kini bersikap baik seperti biasa, hanya dengan satu kata maaf, dan menyuruhku seenaknya!" gerutu Jaemin, terpaksa mengetuk pintu kamar tamu yang telah ditempati Heejin, entah untuk berapa lama.

Tak juga ada sahutan di dalam, Jaemin membuka pintu dengan agak jengkel. "Apa dia sudah berpikir dirinya putri, yang setiap jam makan malam mesti dipanggil ...," tidak terlihat Heejin di mana pun, Jaemin menuju balkon yang pintunya terbuka lebar dan meneruskan kalimat terjedanya, "Nona Muda, makan malam sudah siap!"

Heejin tersentak, kedua tangannya terdiam di udara. Rupanya dia sedang berlatih dansa. Alunan musik pun terdengar dari ponsel genggam yang baru didapatnya sepulang sekolah tadi. Heejin tebak sang raja membelikan ponsel baru untuknya.

"Sudah aku bilang, ketuk pintu sebelum masuk! Bikin kaget saja!"

"Sudah kuketuk, kau saja yang tidak dengar." Jaemin menahan tawanya melihat usaha Heejin dalam berlatih, sampai-sampai memakai higheels.

"Bisakah aku melewatkan jam makan malam? Aku tidak lapar, dan seperti yang kau lihat aku sedang berlatih keras agar tidak membuat malu siapa pun," kata Heejin sambil bergerak meneruskan tariannya, terserah mau ditertawakan juga tidak apa-apa, pikirnya toh hanya ada Jaemin.

"Butuh pasangan berlatih?" tawar Jaemin.

Heejin cepat-cepat menjawab, "Tidak!"

"Turun sekarang dan makan malamlah." Jaemin hendak pergi, cukup menyesal telah menawarkan bantuan.

"Tunggu!" Jaemin mengangkat satu sudut bibirnya, dan Heejin menambahkan dengan terbata-bata, "Ja, jadilah rekan berlatihku dan... dan katakan pada keluargamu kalau aku tidak akan ikut makan malam."

Aku dan Heejin tidak makan malam karena akan berlatih dansa.

Empat anggota kerajaan di meja makan langsung saling pandang, setelah menerima link berupa satu kalimat yang cukup menghibur dari Jaemin. Mengumbar senyum penuh makna, dan memulai makan malam mereka.

Sementara itu di balkon kamar. Jaemin mengulurkan tangan, berperan sebagai pemimpin dansa. Heejin yang dipimpin meraih tangan Jaemin, merasakan tangannya digenggam dan kemudian tubuhnya ditarik agar mendekat.

Mereka pun berhadapan di posisi dasar. Heejin memalingkan muka, melihat ke arah bahu. Jika tidak begitu, ketegangan yang ditimbulkan dari saling bertatap mata secara dekat dapat membuat tidak nyaman dan bahkan sedikit menakutkan bagi Heejin.

Lain halnya dengan Jaemin, menganggap kedekatan ini sebagai tameng, dengan begitu raja dan ratu tidak akan terlalu ikut campur dalam hubungan mereka. Jaemin tahu perihal Pengawal Oh yang diberi tugas mengawasinya, dan satu lagi mata-mata di sekolah yang belum diketahui siapa tepatnya.

Jaemin melakukan langkah pertama dengan memajukan kaki kiri sambil mengarahkan pasangan. Menjejakkan tumit ke lantai, ketika melangkah ke samping, dan dengan canggung Heejin mengikuti.

"Ikuti iramanya, masa kau tidak bisa mengikutinya... tekuk lututmu setiap kali bergerak!" omel Jaemin.

Heejin kesulitan dan kembali tertinggal. Bahkan setelah Jaemin mencoba mengimbangi gerakkannya.

"Lepaskan sepatumu, lalu injak kakiku," kata Jaemin disertai helaan napas.

"Jangan berpikir untuk mengerjaiku," ujar Heejin selagi melepaskan sepatu hak tingginya, mengikuti arahan untuk menginjak kaki Jaemin.

"Bukan diinjak beneran, tapi letakkan kedua kakimu di punggung kakiku, pelajari irama lewat pasangan dansamu. Paham tidak, sih?!"

"Oh, begitu, ya." Heejin melakukan sesuai intruksi. "Aku bisa merasakan iramanya sekarang," katanya sumringah selagi tubuhnya bergerak ke mana kaki Jaemin membawanya.

Dansa adalah cara baru untuk menggerakkan seluruh tubuh dalam suatu aliran yang terkoordinasi, dekat dengan orang lain yang menggerakkan seluruh tubuhnya seperti yang dilakukan Jaemin dan Heejin. Masih diiringi lagu berirama tiga ketukan dalam satu bar yang temponya tidak terlalu cepat atau lambat. Heejin merasa sesuatu dalam dadanya mulai berdegup menyenangkan.

"Besok berdansalah denganku, maka aku akan memberitahumu satu hal mengenai dirimu," kata Jaemin.

Degupan jantung terasa semakin kencang. Heejin pun menoleh menjadi bertatap muka dengan Jaemin yang mengulum senyum seakan menantangnya.

***

Don't forget for vote, comment and share 💞

.
.

Akankah Heejin menerima tawaran Jaemin?

A. Tidak.
Heejin akan tetap berdansa dengan Jeno.

B. Iya.
Heejin ingin tau hal apa yang Jaemin ketahui mengenai dirinya.

.
.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro