Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PROLOGUE

"Apakah ini nyata? Apakah semua yang kulihat ini, ingatanku? Tunggu, itu tidak mungkin aku. Aku...tidak berasal dari sana...Semua yang kulihat ini pasti ilusi.....Ya, hanya ilusi."

2015, insiden yang disebabkan oleh Junko dan Hecatia Lapislazuli yang melibatkan para Lunarian berhasil diselesaikan oleh Reimu dan kawan-kawan. Hari-hari yang mereka lalui kembali ke keadaan normal, hari yang tenang dan damai, walaupun ada 1 atau 2 pertarungan danmaku, tidak ada yang berakibat serius. Seperti biasa setiap pagi, Reimu menyapu halaman kuil Hakurei. Dan datanglah sahabatnya Marisa Kirisame, "Sang Penyihir Biasa" atau begitulah yang ia katakan.

"Yo, Reimu. Bersih-bersih seperti biasa? Aku main ya" Marisa turun dari sapu terbangnya dan menghampiri Reimu.

"Oh hai Marisa, begitulah. Sudah tugasku sebagai Miko Kuil Hakurei, setidaknya tempat ini harus terlihat rapi ketika ada orang yang mau berdoa di sini." Jawab Reimu sambil terus menyapu lalu menghela nafas.

"Yakin sekali kamu bakal ada orang yang datang, padahal biasanya tempat ini sepi-sepi saja.."

"*Ugh* Y-ya setidaknya aku harus tetap yakin, jika tidak Kasen akan datang lagi untuk menasehatiku, Gadis itu, tak pernah menahan diri kalau sudah mulai ceramah."

"Hahaha, iya juga ya. Oh ya, aku lapar nih, punya makanan atau sesuatu?"

"Enak sekali ya datang kemari hanya untuk makan dan minum...baiklah, ayo kita ke dalam, aku baru saja dapat makanan enak dari si anak kacamata itu."

"Anak kacamata? Oh, si 'Esper' atau apalah itu? Kapan dia datang kemari?"

"Kemarin, dia bilang kalau dia sudah lama tidak berkunjung, jadi sebaiknya memberikan oleh-oleh."

"Hehe, lumayan nih dapat makanan. Ayo tunggu apa lagi!"

Setelah keduanya masuk ke dalam dan duduk di tempat mereka biasanya menghabiskan waktu, di ruang tengah kuil, dari sana mereka bias melihat matahari yang bersinar terik dan angin sepoi-sepoi yang berhembus. Marisa duduk dan menunggu Reimu mengambil makanan dan teh.

"Ini Marisa, silahkan."

"Yeah, selamat makan. Hmm, enak sekali. Memang sih cuma kue biasa, tapi tidak yang jual kue seperti ini di Gensokyo, si Pelayan itu juga belum tentu bisa buat yang seperti ini."

"Yah, tapi kalau menyangkut dia, asalkan mencicipi kue ini sekali pasti dia dapat membuatnya."

"Hm."

"Marisa, boleh aku tanya sesuatu?"

"Ya, ada apa?"

"Menurutmu, apakah Gensokyo itu?"

"Hm? Gensokyo? Gensokyo itu tempat kita tinggal sekarang ini 'kan? Di mana petualangan kita terjadi begitu juga kehidupan sehari-hari kita. Ya menurutku itulah Gensokyo."

"Begitu ya, tapi maksud dari pertanyaanku adalah apakah tempat kita tinggal ini benar-benar nyata apakah hanya sebuah ilusi?"

"Kamu kenapa sih, tiba-tiba bertanya begitu? Apa terjadi sesuatu?"

"Bukan, entah kenapa aku merasa bahwa tempat kita tinggal sekarang ini seperti tempat yang terperangkap oleh 'sesuatu'. Dan ketika 'sesuatu' itu lenyap, tempat ini juga akan lenyap."

"Kalau kau bilang terperangkap, tempat ini bisa dibilang begitu sih. 'Dinding Besar Hakurei' yang terus-menerus dijaga dan diperkuat oleh para Yakumo yang memisahkan kita dengan dunia luar. Yah walaupun beberapa penduduk dari dunia luar pun ada yang datang kesini, seperti si Tanuki, si kacamata, walaupun mereka dapat kemari melalui perantara."

"Ya, dan terutama saat insiden dengan gadis kacamata itu hal itu secara tidak langsung menyebabkan insiden yang baru saja kita selesaikan juga menunjukkan kalau 'dinding' itu dapat ditembus."

"Lalu, pendapatmu sendiri gimana?"

"Aku merasa bahwa Gensokyo itu nyata, tapi di saat yang sama tidak. Seolah-olah apa yang terjadi di sini merupakan kehendak dari seseorang, dan ketika seseorang itu ingin membuatnya berbeda, maka dia akan melakukannya"

"Hahaha, mana mungkin ada? Maksudmu kita seperti tokoh dalam sebuah cerita dongeng yang diceritakan seperti layaknya sebuah permainan atau film?"

"Hmm, bagaimana kalau ternyata semua ini hanya mimpi dan khayalan dari orang itu? Apakah kau bisa membuktikannya padaku, Marisa?"

"Pembicaraanmu mulai ngelantur Reimu, sepertinya kau demam hehe. Jangan stres soal masalah seperti ini. Kalau kau masih bingung, kenapa tidak tanya saja ke Yukari? Mungkin dia punya pendapat berbeda"

"Eh? Kau bilang apa? Aku tidak mendengarmu?"

"Aku bilang...."

---

Tiba-tiba pandangan Reimu menjadi gelap, seolah-olah ada yang mematikan matahari sehingga seluruh dunia menjadi hitam pekat. Perlahan ada sesuatu yang menariknya, seolah berusah mengembalikan kesadarannya. Dan terdengar sebuah suara, suara yang tidak pernah ia dengar sebelumnya. "Bangunlah, Miko Hakurei. Kembalikan padaku, milikku yang berharga, Gensokyo, tunjukkan padaku bahwa kau dan mereka tidak dilupakan. Kalian bukanlah ilusi...". Dan tiba-tiba muncul sebuah cahaya yang terang, dan Reimu mulai tersadar.

"....Uhh."

"Rei....Rei....Mu" Sebuah suara memanggil.

"Uh...Apa?"

"Reimu Hakurei! Sekarang ini jam berapa? Cepat bangun!!"

"Uwah...Iya!"

Reimu kaget mendengar teriakan kencang dan segera terbangun. Ia meraih jam wekernya dan terkejut melihat jam berapa sekarang?

"JAM 8??? Wah, aku kesiangan!!! Ibu kenapa aku tidak dibangunkan?" Reimu buru-buru mengambil handuk dan bersiap-siap untuk mandi sambal berlari panic.

"Ibu sudah bangunkan dari jam setengah 8, kamu tidak menjawab terus. Pokoknya lekas mandi dan sarapan sana." Jawab Ibu Reimu sambil menggelengkan kepalanya dan kembali ke dapur.

"Dan ini, ya selesai." 10 menit kemudian, Reimu sudah selesai mandi dan berganti pakaian ke seragam sekolahnya. Reimu saat ini duduk di bangku SMA kelas 2 di Akademi Touhou yang berlokasi di sebuah wilayah yang luas dengan berbagai macam daerah yang khas, dari pedesaan, kota besar, distrik industry, pegunungan, dan hutan lebat. Tempat ini bernama Gensokyo, sebuah daerah yang berlokasi di Jepang namun serasa independen dari Jepang saking luasnya. Pakaian seragamnya adalah seragam sekolah SMA Jepang biasa, serafuku dan blazer karena saat ini musim dingin. Tidak lupa ia mengenakan pita merah dan putih khasnya.

"Reimu, cepat makan kalau sudah selesai. Nanti telat lho" Ibunya mengingatkan kembali.

"Ah! Iya bu!" Reimu bergegas ke ruang makan.

Setelah makan, Reimu mengucapkan salam pada Ibunya dan keluar rumah. Rumah Reimu bisa dibilang bukan rumah biasa, melainkan sebuah kuil, yaitu Kuil Hakurei.

"Ibu aku berangkat dulu ya, kalau perlu sesuatu untuk bahan makan malam, beritahu saja." Reimu mencium tangan ibunya kemudian membuka pintu.

"Ya hati-hati, belajar yang rajin ya."

"Ya."

Setelah berjalan menuju sekolahnya yang sebenarnya cukup jauh dari rumah, Reimu memiliki sebuah jalan pintas kalau melewati jalan pintas khusus yang hanya diketahuinya dan sahabatnya.

"Oke, kalau begini masih ada 5 menit sebelum bel masuk, aku bisa lebih santai" Tiba-tiba ada yang menepuknya dari belakang, tetapi untuk sebuah tepukan rasanya terlalu keras.

"REIMU!! Selamat pagi, aku tunggu di depan taman kamu tidak datang-datang. Kan kita biasanya berangkat bareng..huh" Keluh orang yang baru saja menepuknya.

"Aduh! Pelan-pelan kalau mau menyapa, sakit nih."

"Yah, habisnya kamu malah lewat jalan pintas, mana bisa bareng."

"Maaf, maaf aku telat bangun. Aku kira bakal telat kalau tidak lewat situ."

"Ya, setidaknya kamu bisa kasih tau aku dulu kan? Kalau aku yang telat gimana?"

"Ya, ya maaf ya Marisa. Nanti aku traktir makan siang ya?"

"Nah gitu dong Reimu, kamu memang teman baikku deh. Aku maafin kok hehehe" Reimu hanya bisa menghela nafas dan temannya hanya tersenyum. Teman Reimu ini adalah Marisa Kirisame, putri dari pemilik toko barang antik Kirisame, tapi sekarang dia tinggal di tempat kenalannya yang juga pemilik toko barang antik. Tiba-tiba Reimu, merasa ada yang memperhatikan mereka, dan spontan menoleh ke sekitarnya, tetapi tidak ada apa-apa.

"Ada apa Reimu?" Tanya Marisa yang bingung kenapa temannya memiliki raut wajah seperti mencari sesuatu dengan serius.

---

Dari balik pohon tidak jauh dari tempat Reimu dan Marisa berlari, ada seseorang yang mengenakan topi hitam dan kacamata serta sebuah syal yang menutupi mulutnya. Orang itu mengambil kaleng minuman jus yang ada di kantung pelastik belanja yang ia bawa. Setelah melihat mereka menjauh, orang itu tersenyum dan berkata.

"Sudah lama sekali kutunggu, gadis-gadis. Ayo tunjukkan lagi padaku, legenda yang menurut semuanya sudah mati bersamanya. Di sini, di kota ini, tunjukkanlah padaku tarian danmaku kalian yang indah." Orang itu mengangkat kedua tangannya ke arah langit.

Ilusi yang terlahir dari kenyataan, dari mereka yang tidak dapat melepas hasratnya untuk melihat mimpi-mimpi masa lampau Di suatu masa dan tempat yang berbeda, petualangan yang melahirkan cerita-cerita dari gadis-gadis tokoh utama dari suatu kisah.

Kisah mereka....akan dimulai....sebagai lanjutan dari kisah-kisah yang lampau.

Dan....

Lembaran baru....yangakan membuka jejak-jejak yang ditinggalkan oleh penduduk negeri ilusi yangterlupakan oleh ruang dan waktu.    

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro