
CHAPTER 9 - FIRST FOOTSTEPS
ARC I – THE SCARLET MOONLIGHT
"Hiyaah!" Youki melompat ke depan youkai-youkai yang lain sambil mengayunkan pedangnya dan berhasil menebas dua youkai, tetapi youkai rubah besar di belakangnya bermaksud menerkamnya. Youki segera merundukkan tubuhnya dan memanfaatkan tubuhnya yang seperti hantu untuk menghindar sebelum memasang kuda-kuda lagi. Situasi saat itu, masih ada sekitar sepuluh youkai yang masih hidup. Youki tersenyum, dan kemudian mengambil sikap santai.
"Wah, wah, mainnya keroyokan aja bisanya. Apa youkai-youkai sekitar sini cuma isinya kelas rendah otak udang? Kalo nggak bisa ngebunuh pake kemampuan kalian sendiri, nggak usah sok-sokan ngincar Youki Konpaku ini!" Youki memancing emosi para youkai dengan mengejek mereka, dan tampaknya berhasil karena terlihat mata para youkai menjadi merah karena marah dan meraung. Youki tersenyum karena tujuan tercapai, sambil memasang kuda-kuda lagi.
"Maaf ya, aku nggak mau main-main sama mangsa yang cepet emosi, bersiaplah, keroco! Konpaku Sword Technique! Ghostly Eagle Slash!" Youki memutar tubuhnya sambil melompat ke atas sebelum meluncurkan tubuhnya dengan ke arah youkai-youkai secara melingkar dan berhenti tepat di atas tanah. Seketika cipratan darah segar memancar dari luka tebasannya dan tidak ada youkai yang berdiri.
"Huh, cuma segini aja? Tapi kayaknya aku juga yang kelewatan karena pake jurus langsung hehe. Mudah-mudahan tuan muda tidak terlalu lama ketemu gadis-gadis itu, nanti Yuyuko bisa cemburu hehe". Kemudian dia duduk di dekat gerbang sambil meregangkan tubuhnya.
---
Ran dan Chen membawa Reimu dkk ke sebuah tanah lapang di tengah lembah. Dari sana dapat terlihat sawah luas membentang, juga sebuah danau dan taman bunga. Di belakang tempat mereka berdiri ada sebuah gunung salju yang tinggi. Reimu dkk takjub dibuatnya.
"Ayo, ayo kalian bisa lihat pemandangan-pemandangan ini nanti. Yang penting sekarang kita latihan dulu, kita tidak punya waktu banyak." Ran mengingatkan mereka dan mengembalikan fokus. Ketiganya terlihat kecewa tetapi kembali memasang wajah serius.
"Untuk lanjutan dari yang kemarin, kalian sudah bisa berubah wujud. Itu permulaan yang bagus, tetapi dengan begitu akan tiba saatnya kalian akan bertarung dengan orang-orang yang mengincar kalian. Tujuan dari latihan ini adalah untuk menyiapkan kalian dalam menghadapi situasi yang terburuk."
"Bu Ran serius sekali..Apa ibu pernah bertarung dengan orang-orang seperti "kita"?" Tanya Marisa sambil sedikit segan karena Ran masuk ke mode "guru".
"Ah, tentu saja. Nona Yakumo yang mengajariku. Beliau keras sekali dalam mengajariku dulu." Seketika semuanya takut dan mulai berkeringat, sampai Ran tertawa.
"Hahaha, ibu tidak akan seperti itu. Kalau kalian mau ya tidak apa-apa. Tapi kalian danmaku saja belum bisa kan? Kalau begitu akan ibu beri contohnya. Perhatikan." Yang lain mengangguk.
"Untuk membuat danmaku yang kalian harus lakukan pertama adalah mengatur aliran tenaga dalam kalian. Kita memiliki kekuatan yang berbeda dari orang biasa. Seandainya kalian mampu menguasai tenaga dalam kalian dan mengeluarkannya, kalian akan terkejut pada hasilnya. Fokuskan energi kalian ke satu titik, seperti telapak tangan kalian. Dan pastikan pikiran kalian untuk tidak berkeliaran kemana-mana." Ketiganya lalu mengikuti cara yang ditunjukkan oleh Ran dan mulai berkonsentrasi.
"Konsentrasi..konsentrasi..saat energi terasa terkumpul di tangan kalian, lepaskan dan akan muncul ini." Di telapak tangan Ran muncul sebuah bola sinar berwarna biru menyala. Dan kemudian dilepaskannya ke arah sebuah batu besar. Batu besar itu hancur seketika.
"Tadi itu hanya sebuah danmaku padat biasa yang aku beri energi yang cukup besar makanya batu itu hancur. Target hari ini adalah agar kalian bisa membuat satu saja danmaku dan melepaskannya seperti tadi. Bukan hal yang sulit kan?"
"Eh? Ngomong sih mudah bu, kita kan baru belajar?"
"Makanya serius latihannya, nanti kalian bisa sendiri. Jika ini saja sudah bisa, kalian bisa belajar menggunakan kombinasi danmaku. Dan juga spell card. Itu penting sekali dalam pertarungan spell card. Danmaku saja tidak cukup untuk menang."
Tidak lama kemudian, ketiganya berhasil membuat sebuah danmaku, namun milik Marisa dan Reimu langsung meledak di tempat sedangkan milik Alice justru bertambah menjadi dua buah.
"Bagus sekali Margatroid, sekarang coba arahkan ke Chen."
"Apa ibu serius? Chen bisa terluka."
"Hihi, jangan remehkan Chen kak Alice. Aku sudah menguasai pengendalian danmaku dan spell card loh. Aku jauh lebih kuat dari kalian semua." Chen menjawab sambil memasang wajah sombong.
"Baiklah kalau begitu, terima ini!"Alice menembakkan danmakunya ke arah Chen. Dengan sigap, Chen menghindar dan membalasnya dengan danmakunya sendiri. Alice terkejut dan menutup wajahnya karena takut. Ran kemudian membuat 'celah' untuk mengirim danmaku itu ke suatu tempat. Danmaku Alice mengenai sebuah pohon, dan membuatnya berlubang.
"Hm, potensimu lumayan juga Margatroid, aku terkesan. Chen, jangan mudah terpancing. Kau tahu nona Yakumo tidak mau mereka terluka kan? Dan kau juga tidak ingin aku marah kan?"
"Hiii, mohon maaf nona Ran! Chen akan lebih berhati-hati."
"Minta maaf pada Alice, bukan kepadaku!" "Ma..maaf kak Chen. Chen jadi emosi sedikit tadi. Chen selalu begini jika ada yang menembakkan danmaku pada Chen. Nona Ran sudah melatih Chen terus menerus, tapi sepertinya Chen tidak bisa."
"Tidak apa-apa Chen. Jangan bilang kalau kau tidak bisa, kita semua sedang berlatih untuk bisa lebih kuat kan? Kalau begitu kau bisa berlatih dengan kami juga. Ayo kita sama-sama menjadi kuat agar bisa melindungi orang-orang dekat kita." Jawab Alice sambil mengelus kepala Chen.
"Ehehehe, ya. Terima kasih kak Alice. Chen, akan terus berusaha!"
"Hahaha, bagus. Itu namanya semangat. Hakurei dan Kirisame, jangan mau kalah!"
"YA!"
Setelah itu, Alice dan Chen berlatih berdua untuk mengatur refleks dan mengendalikan tenaga dari danmaku, sedangkan Reimu dan Marisa akhirnya berhasil membuat danmaku padat.
"Yes! Akhirnya Reimu. Berhasil juga!"
"Um! Lihat!" Keduanya mengangkat tangan mereka dan melakukan tos, tetapi dengan danmaku.
"Hei! Awas!" *Boom* Keduanya terlempar karena bentrokan danmaku mereka sendiri. Ran, Chen, dan Alice segera mengecek keduanya. Mereka berdua memiliki luka bakar kecil dan tidak ada cedera serius.
"Kalian ini! Jangan melakukan hal yang membuat orang jadi panik. Kalau kalian pulang ke rumah dengan keadaan cedera, ibu harus jelaskan apa coba?" Ran menasehati mereka dan keduanya hanya duduk diam sambil menahan sakit.
"Tapi, ya kalau kalian bisa terpental seperti tadi, danmaku kalian berarti cukup kuat tenaganya. Ibu beri kalian jempol deh."
"Yes..Au." Keduanya bersorak tetapi kembali duduk.
"Hahaha, sudah istirahat dulu. Chen dan Alice juga, akan ibu ambilkan makanan dulu. Nanti akan ada tamu, kita akan berbicara dengannya." Ran pergi meninggalkan keempat gadis itu.
"Jadi Chen, aku penasaran dengan asalmu. Kau adalah shikigami kan? Sebenarnya bagaimana kau menjadi shikigami bu Ran?"
"Chen dulunya adalah kucing peliharaan nona Yakumo. Chen mulai dipelihara saat nona Ran baru saja tinggal di rumah nona Yakumo."
"Wah, kalau begitu bagaimana kamu bisa memiliki wujud manusia?"
"Soal itu..Chen dulu sakit parah, dan hampir mati. Nona Ran memohon kepada nona Yakumo untuk menyelamatkan Chen. Chen diberikan wujud manusia menggunakan spell card ini." Chen mengeluarkan kartu Maiden Sign – Lost Village Cat. "Nona Yakumo juga mengubah tubuh Chen menjadi berubah setiap saat, sehingga Chen menjadi satu-satunya yang selalu berubah ke mode Genso Shoujo."
"Wow, aku tidak menyangka masa lalumu seperti itu. Dan seandainya, kamu berhenti berubah lalu apa yang terjadi." Tanya Reimu.
"Chen akan kembali ke wujud kucing, dan mati. Itu yang dikatakan nona Yakumo."
"HAH?!" Ketiganya berteriak.
"Sshh! Rahasiakan ini dari nona Ran. Jika nona Ran tahu, bisa-bisa dia akan bertengkar dengan nona Yakumo. Aku mohon, nona Ran sudah cukup bahagia sekarang. Ketika ia menjadi semakin kuat mendekati nona Yakumo dan menjadikan Chen shikigaminya, itulah saat dia terlihat bahagia dan bersemangat. Dan memiliki murid-murid seperti kalian yang dapat diandalkannya. Chen, ingin melindungi senyumnya. Karena itu tolong jangan ceritakan padanya ya!" Chen memohon sambil membungkukkan badannya. Reimu menepuk pundaknya dan berkata,
"Jangan khawatir, kami pun sama sepertimu. Kita sama-sama lindungi senyumnya. Kami juga ingin lebih kuat untuk menghadapi rintangan di depan nanti. Karena menurutku kau baik Chen, aku tidak keberatan menjadi temanmu."
"Te..teman?"
"Ya. Teman."
"Terima kasih kak Reimu. Chen senang sekali."
"Hehe, syukurlah kalau begitu." Reimu dan Chen tertawa bersama. Marisa dan Alice hanya saling berpandangan dan tersenyum. Kemudian Ran datang sambil membawa keranjang.
"Ini, makanlah dan minum dulu. Maaf ya kalau lama. Hmm..kalian sepertinya mulai akrab ya." Ran menyadari aura antara Chen dengan Reimu dkk sedikit lebih santai.
"Kan kami sedang mencoba mengenal Chen bu. Kalau latihan bersama tapi tidak kenal kan tidak enak juga bu."
"Haha, iya ya. Ayo silahkan dimakan."
"Ya. Selamat makan."
Kelima orang itu makan dan minum sambil menikmati semilir angin yang lalu. Di tengah tanah lapang yang sepi, di tengah alam yang tidak terjamah oleh siapapun.
"Oh ya bu, kita ada di mana sih? Masa dojo kok di alam liar begini."
"Nona Yakumo tidak mau menggunakan dojo biasa, makanya "dojo"-nya ya menggunakan alam liar yang beliau buat menggunakan kemampuannya."
"Luar biasa. Asumsiku nona Yakumo memiliki kemampuan yang berhubungan dengan dimensi?"
"Tepat sekali Reimu, hanya saja sekarang aku yang bertanggung jawab untuk hal semacam ini. Jadi selain dojo ini, masih ada banyak tempat yang mungkin kalian tidak kenal. Tentu saja, inkarnasi lama kalian pernah tinggal di asal dari tempat ini."
"Hmm, begitu ya."
"Hhh, Ran! Kau kok tidak memberitahuku kalau dojo yang dimaksud adalah di sini? Aku sudah menunggu berjam-jam di dojo sekolah." Tiba-tiba datang seorang pria dengan pedang panjang di pinggangnya serta sebuah pedang kecil. Dia terlihat marah dan di belakangnya muncul sebuah sosok dengan wujud yang sama dengannya, hanya saja lebih pucat.
"Hahahaha, kau harus lihat mukanya Ran! Dia kelihatan malu sekali, dia lupa membaca pesan tambahanmu, dan cepat-cepat ke rumahmu haha. Tapi nggak apa-apa, aku jadi sempat berburu mangsa dulu."
"Apa? Jadi ada youkai yang datang ke sekolah?"
"Ya, jumlahnya juga makin bertambah. Waktu yang tepat untuk merekrut Fantasy Maiden yang baru, ya kan Youki?"
"Begitulah. Aku masih bisa membantu sebisaku, tapi kalau pertarungan bertambah serius, aku masih butuh bantuanmu Ran."
"Ah, tentu saja aku akan membantu Youki. Tapi bagaimana kalau kau perkenalkan diri dulu pada mereka? Mereka murid-muridku di sekolah."
"Ah! Maaf, aku lupa. Namaku Youki Konpaku, anak sulung dari Yoshihiro Konpaku. Pelindung klan Saigyouji. Senang bertemu kalian adik-adik."
"Salam kenal juga. Aku Reimu Hakurei, yang ini Marisa Kirisame, dan yang itu Alice Margatroid. Tak kusangka, ternyata bu Ran kenal dengan pak Youki Konpaku, legenda klub kendo di sekolah."
"Hahaha, biasa saja kok. Dulu memang itu keahlianku, tapi sekarang aku cuma tukang kebun."
"Tukang kebun?" Alice bertanya.
"Tadi dia bilang klan Saigyouji kan? Berarti anda kenal dengan Yuyuko Saigyouji, 'Si Putri Kupu-Kupu'? " Marisa menambahkan.
"Hahaha, tunanganmu punya julukan yang manis juga ya Youki?" Canda Ran.
"Tu..Tunangan?" Reimu bertanya.
"Ya, kami dijodohkan oleh orang tua kami. Tuan besar Yusaku Saigyouji ingin mengikat persekutuan kedua klan kami yang sudah bersama selama berbagai generasi. Ayahku, Yoshihiro dulunya adalah teman masa kecil tuan besar Yusaku. Dan mereka dulu bersumpah untuk menjadi saudara seumur hidup. Pertunangan ini hanya bagian dari menepati janji itu." Youki menjelaskan.
"Tapi, sebenarnya kau suka pada Yuyuko juga kan akhirnya? Ga usah malu-malu lah. Gadis-gadis ini juga sedang dalam masa pertumbuhan. Mereka perlu tahu hal-hal begini, betul ga Ran?" Youki hantu mengisengi Youki
"Eh? Ya kurasa begitu." Jawab Ran sambil tersenyum sedih.
"Ran? Kuharap kau masih tidak memikirkan soal.." "Youki. Aku sudah tidak memiliki perasaan padamu lagi. Aku sekarang tidak ingin bersama dengan siapapun." Youki bertanya cemas tetapi Ran menjawabnya dengan dingin sambil memalingkan muka. Tetapi kemudian berbalik lagi sambil berkata dengan ceria.
"Kalau aku masih kepikiran, aku tidak akan memanggilmu kemari bukan?"
"Iya juga ya. Kau benar. Dan aku senang kita masih bisa berteman begini."
"Tentu saja, siapa coba yang mengajarimu soal pelajaran saat kepalamu isinya cuma klan dan latihan kendo? Dasar kau ini. Lalu adikmu bagaimana? Apa dia sehat?"
"Youmu? Ah, tentu saja. Dia masih tidak mau bertemu dengan Yuyuko, tapi ia tidak keberatan jika aku bercerita tentangnya."
"Syukurlah kalau begitu. Anak-anak, Youki akan mengajari kalian tentang ilmu pertahanan diri selain menggunakan danmaku dan spell card. Youki tidak bisa menggunakan danmaku maupun spell card, tapi ia cukup kuat dalam bertarung. Belajarlah darinya dan kalian akan mampu melindungi diri saat tidak ada waktu untuk berubah."
"Latihanku mungkin akan cukup keras. Tapi aku akan coba menyesuaikan. Mohon kerjasamanya semua."
"Mohon kerjasamanya!" Semua saling memberi hormat. Dan dengan begitu, jalan panjang untuk mempersiapkan Reimu dan teman-temannya untuk menjadi Fantasy Maiden yang sesungguhnya dimulai.
---
"Kalian berempat, misi kalian adalah mengembalikan mereka yang melarikan diri. Kegagalan bukan pilihan. Jangan pulang sebelum selesai." Di sebuah ruangan yang dipenuhi buku-buku tebal dan hewan peliharaan, seorang wanita duduk di sebuah kursi panjang sambil merebahkan tubuhnya. Di hadapannya terdapat empat orang, yang pertama berambut pirang dengan sweater warna hitam kuning dengan senyuman yang memikat hati, di sampingnya bertubuh tinggi dan memakai jaket tebal yang berwajah seram sambil membawa bat, di dekat dinding sambil bersandar seseorang memakai pakaian seorang pegawai kantoran dengan wajah malas. Dan terakhir orang yang duduk di dekat meja kecil di ujung ruangan. Anehnya orang itu memakai sebuah ember yang dilubangi di bagian hidung dan mata, namun pakaiannya biasa saja.
"Ufufufu, kesempatanku untuk mengumpulkan penggemar baru." Orang pertama berkata dengan ceria.
"Hehe, akhirnya bergerak juga kita." Orang kedua berkata sambil mengepalkan kedua tangannya dan melakukan gerakan tinju.
"Haah, kerja lagi? Yang penting bayaranku jangan lupa ya ditambah." Jawab orang ketiga dengan ketus.
"....Siap." Orang keempat menjawab dengan singkat.
"Munculnya penghuni baru di wilayahku juga di luar perkiraanku. Berikan makanan ini sebagai ucapan selamat datang pada mereka." Wanita itu maju dan memberikan sebuah bingkisan kepada orang pertama.
"Jika mereka baru datang ke Gensokyo, sampaikan bahwa Chireiden menyambut mereka dengan tangan terbuka. Sekarang pergilah!" "BAIK!" Keempatnya segera meninggalkan ruangan dan sekarang hanya wanita itu sendiri di ruangan.
"Yukari sudahmemintaku untuk mengurangi pergerakan para youkai. Jumlahnya mulai abnormal.Aku juga, harus menyiapkan mereka." Orang tersebut berbicara sendiri sambil melihat dua gadis yang tertidur lelap di sebuah ruang perawatan melalui komputernya.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro