CHAPTER 4 - LET'S DANMAKU!
ARC I – THE SCARLET MOONLIGHT
Aura yang dipancarkan dari orang yang sedang berjalan ke arah mereka terasa mengintimidasi. Senyumnya yang menyeringai dengan tatapan yang cukup membuat tubuh bergetar. Reimu dan yang lain tanpa sadar perlahan mundur. Seketika raut wajah orang tersebut berubah, dan tiba-tiba ia tersenyum.
"Reimu! Lama sekali nggak ketemu. Aku kangen!" Semua yang ada selain orang itu hanya bisa terdiam dan bertanya-tanya dalam hati siapa orang ini.
"Ah, ada Marisa dan Alice juga. Halo kalian berdua! Sekarang kalian jadi akrab ya." Katanya sambil melambaikan tangannya.
"Sebentar, aku tadi tanya anda siapa? " Orang tersebut membawa guci sake di pinggangnya, kedua pergelangan tangannya diikat sebuah rantai. Rambutnya berwarna jingga yang diikat diujung, dan kepalanya ditutupi sebuah topi.
"Ah Reimu bercanda nih, masa kamu lupa padaku? Ini aku Suika, yang biasa main ke kuilmu."
"Maaf, tapi aku tidak ingat apa-apa tentang anda nona Suika. Ini pertama kalinya kita bertemu, kalian juga baru bertemu kan?" Tanya Reimu kepada Marisa dan Alice dan keduanya menjawab dengan anggukan.
"Eh, kok kamu gitu Reimu. Aku sudah semangat datang kemari untuk bertemu lagi denganmu, dengan kalian juga. Habisnya dulu kamu hilang begitu saja. Aku jadi kesepian."
"Kamu berarti reinkarnasi dari Ibuki Suika, si oni kecil itu."
"Oh? Rupanya ada Hieda juga, wah ternyata kamu sudah dewasa ya sekarang."
"Mungkin anda keliru dengan leluhurku Akyuu, namaku Ajuu."
"Yah, ternyata semuanya sama saja. Reinkarnasi, reinkarnasi, reinkarnasi. Tapi kenapa hanya kamu dan aku saja yang ingat, Hieda? Dan juga si Yakumo dan Saigyouji, mereka juga."
"Reimu, kenapa kamu lupa padaku? Bukankah aku sering menemanimu dulu? Kita minum-minum bersama, menyelesaikan insiden bersama, eh mungkin yang itu tidak, dan aku bahkan menjadi miko juga denganmu."
"Sekali lagi, nona Suika.." "Panggil aku Suika saja Reimu. Kenapa kamu jadi berbeda begini?"
"Kalau begitu, Suika. Maaf, mungkin kau keliru dengan inkarnasiku yang dulu. Aku tidak begitu yakin ini benar apa tidak, tapi reaksi anda mengatakan bahwa yang diceritakan nona Ajuu tidaklah bohong." "Kau tidak percaya padaku?!" "Ma..maaf."
"Ah, benar juga. Kalau kamu tidak ingat, mungkin melakukan salah satu rutinitas kita dulu akan memperbaiki ingatanmu." Suika lalu meneguk sake dari dalam guci dan memasang kuda-kuda.
"Nona Suika, mohon tahan dirimu! Jangan berbuat kekerasan di sini!"
"Tutup mulutmu, pendongeng sejarah! Ini urusanku dengan Reimu. Pertama, salam pembuka dulu dariku." Suika melompat ke arah Reimu dan yang lainnya sambil bersiap menghantamkan tinjunya. Dengan refleks, mereka berempat menghindar. *BRAK* Dinding musium tempat mereka berdiri tadi retak seketika membentuk kawah yang jika dihantam sekali lagi dapat menyebabkan runtuh. "Hoho, masih lincah juga kalian. Kalian memang benar mereka bertiga, hahaha."
"Kau gila apa??! Kau mencoba membunuh kami ya?!" Marisa berteriak kaget kepada Suika.
"Kenapa jawabanmu begitu Marisa? Biasanya kau hanya cengar-cengir dan bersiap menembakkan danmaku ke arahku."
"Hentikan! Maumu apa sebenarnya?"
"Aku hanya ingin kamu menjawab pertanyaanku Reimu, ke mana kau pergi? Aku mencarimu setiap hari. Aku berkeliling Gensokyo bersama para tengu dan kappa. Kami semua berusaha mencari kalian semua. Dan aku akhirnya bisa bertemu lagi denganmu Reimu. Kita akan bersama lagi sekarang, dan jika kau tidak mau menurut akan aku buat diam dulu ya." Jawab Suika dengan mata merah penuh nafsu membunuh.
"Suika ini semua karena ulah 'Dia'. Dan kurasa dia juga di balik gempa besar itu. Reimu, Marisa dan Alice yang ada di depanmu tidak punya ingatan apa-apa soal itu, karena kumohon tenang dulu."
"'Dia' ya? Kalau memang penyebab Reimu hilang karena 'Dia', alasanku untuk menghabisinya semakin kuat. Oh, dan sepertinya aku tidak bisa lama-lama. Karena serangan berikutnya ini akan menjadi penutup." Suika mengeluarkan selembar kartu dan kartu itu bersinar
"Spell card! Missing Power!" Seketika Suika menjadi sebesar raksasa dan bersiap melompat.
"Hyaah!" "Awas!" "Kyaa" Dan saat itu juga sebuah peluru cahaya berwarna merah meluncur ke arah Suika dan itu cukup membuatnya terpental. "Grr, siapa itu??!"
"Wah wah, peliharaannya Yakumo ternyata ada yang kuat juga. Tidak sia-sia melawan Saigyouji tadi." Remilia Scarlet muncul dengan kondisi sudah berubah wujud, dan di tangannya ada sebuah tombak berwarna merah pekat. "Aku tidak tahu masalahmu, tapi aku ada urusan dengan bosmu. Jadi kalau bisa kau berhenti sekarang dan beri tahu di mana dia."
"Kau, si vampir. Mau apa kau kesini? Dan kau bilang aku peliharaan Yakumo? Kau sadar kau bicara dengan siapa hah?!" Suika mulai mengeluarkan kabut-kabut tipis dan debu-debu yang beterbangan di sekitarnya memadat menjadi sebuah batu besar. "Jangan mengganggu, bocah!" "STOP! Tunggu dulu!" Ajuu tiba-tiba meninggikan suaranya dan menghentikan pertarungan sesaat.
"Kalian mau bertarung? Silahkan. Tapi jangan libatkan orang yang tidak bersalah. Aku bertindak sebagai pengawas pertarungan spell card di sini. Kalau kalian benar-benar ingin bertarung, akan kubuat pertarungan kalian menjadi pertarungan resmi." "EH?" Semua orang bingung dengan pernyataan Ajuu.
"Atas kewenangan yang diberikan padaku, pertarungan spell card antara Suika Ibuki dengan.." "Remilia Scarlet." "dengan Remilia Scarlet akan dimulai. Pertarungan selesai jika salah satu menyerah atau tidak sadarkan diri. Serangan terkuat kalian sudah diturunkan dari serangan membunuh ke serangan yang hanya membuat tidak sadarkan diri dan serangan berat ke serangan luka ringan. Kuberikan waktu selama 1 menit. Waktu habis, dianggap seri. Jika kalian menolak, aku akan menyegel kartu kalian. Bagaimana, kalian siap?"
"Aku kita selesaikan, ini menarik sekali." "Cih, si nenek tua itu, buat aturan yang merepotkan segala, tapi ini aturan yang berlaku juga dari Reimu jadi..terserah."
"Siap...Let's DANMAKU!"
"Terima ini oni!" "Hyah! Serangan segini sih gampang." Remilia mengeluarkan beberapa danmaku padat dan melemparkannya ke arah Suika sambil menyiapkan kartu trufnya. Suika hanya mengubah dirinya menjadi kabut dan muncul di samping serangan tadi.
"Ini..apa yang sebenarnya terjadi?" Alice terlihat ketakutan dan bingung dengan pemandangan yang ada di depannya.
"Alice.." "Nona Ajuu, inikah pertarungan danmaku?"
"Ya, dulu inkarnasimu mengalahkan mereka berdua dengan cara ini. Dengan aturan inilah, mereka yang senang akan pertarungan tidak perlu takut serangan mereka akan membunuh. Dan di bawah pengawasan inkarnasimu kebanyakan hanya menggunakannya untuk bersenang-senang." Sekitar 10 pola serangan berbeda sudah dilakukan di antara mereka berdua, dan waktu yang sudah hampir habis membuat keduanya langsung menyiapkan kartu trufnya dan mengeluarkannya secara bersamaan.
"Spear the Gungnir!" "Throwing Atlas!" Tombak merah besar dan batu raksasa bertubrukan dengan efek yang sangat dahsyat. Tapi berkat pertarungan diatur di bawah pengawasan Ajuu, sekitar pertarungan terlindungi sebuah dinding pelindung dan beberapa lubang hitam menyerap semua serangan tadi. Remilia terlihat kelelahan dan Suika tersenyum lebar melihat lawannya mulai lelah. Dalam sekejap ia menerjang ke arah Remilia sambil mengepalkan tinjunya, dan tinjunya menghantam Remilia tepat di wajahnya dan seketika langsung membuatnya pingsan.
"Pemenangnya, SUIKA IBUKI!" "Yeah, rasakan kau vampir. Aku menang! Dan sekarang, giliran kalian.." Belum Suika bergerak, muncul seseorang lagi dengan jubah berwarna biru gelap dan memakai topeng rubah. "Suika, nona Yakumo memanggilmu. Tujuan kita sudah tercapai."
"Apa maksudmu? Aku belum selesai berurusan dengan Reimu!" "Tujuan kita adalah memancing Scarlet untuk pergi ke tempat di mana ada Fantasy Maiden yang lain, lalu mengalahkannya. Jangan bilang kau lupa rencana itu. Putri Saigyouji sudah menyelesaikan tugasnya dan menunggu kita, ayo kita pergi."
"Cih, padahal aku belum puas. Grr, ayo pergi." Suika mengecil dan tubuhnya bertambah tinggi sedikit dan pakaiannya berganti menjadi sweater berwarna putih merah. Kedua rantai yang ada di pergelangan tangannya lenyap dan guci sakenya berubah menjadi sebuah botol minuman. Dengan kesal, Suika berjalan pergi, tapi kemudian menoleh ke arah Reimu dan yang lain sambil tersenyum. Lalu ia berkata, "Reimu! Kapan-kapan kita bicara lagi oke? Mungkin kamu nggak boleh minum sake sekarang, jadi akan aku bawakan cola gimana? Maaf aku agak emosi tadi, tapi meninju si vampir cukup menyenangkan juga hahaha. Dadah!" Suika melambaikan tangannya dan berjalan pergi. Orang bertopeng yang muncul barusan hanya membungkukkan badannya sedikit kemudian mengikuti Suika.
"Jadi ini, pertarungan danmaku?"
"Ya, dan cepat atau lambat baik pihak Yakumo maupun pihak gadis bernama Remilia ini akan muncul di hadapan kalian bertiga. Kusarankan kalian menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk."
"Terburuk?"
"Kalian akan bertarung melawan mereka atau menjadi teman mereka. Kalau dalam aturan Reimu dulu, kalahkan mereka dulu baru jadi teman mereka, bukan begitu Reimu?" Reimu hanya bingung karena Ajuu berkata seolah-olah Reimu yang mengatakan itu.
"Aku akan bereskan ini. Seharusnya Remilia tidak pergi sendiri. Kalian bertiga pulanglah dan jika kalian mau bertanya padaku, aku akan ajak temanku Keine juga. Kami juga ingin tidak ada korban lagi seperti dulu."
"Baiklah nona Ajuu, terima kasih. Kami pulang dulu. Hati-hatilah." "Ya, kalian juga" Reimu terlihat lebih tenang menghadi situasi ini, Marisa dan Alice masih tidak percaya dan tampak jelas kebingungan dan hanya bisa berjalan pulang dengan Reimu menggandeng mereka.
"Hah..hah. Kakak? Kakak dimana?"
"Nona? Nona? Jawab saya Nona?"
"Sepertinya adikmu dan pelayanmu sudah datang. Remilia, jangan gegabah dalam menghadapi Yakumo. Dan kau mungkin tidak bisa mendengarku, tapi lebih baik kau bekerja sama dengan gadis-gadis tadi. Akan lebih aman seandainya tujuan kalian sama." Ajuu tersenyum dan pergi meninggalkan ruangan itu. Tidak lama kemudian Flandre dan Sakuya tiba dan mereka segera memapah Remilia keluar dari musium. Di luar musium, pria dengan kacamata dan topi tengah meminum kopi kalengnya sambil memakan roti melon yang baru saja ia beli.
"Lumayan, aku tidak sempat beli makan siang jadi ya terpaksa cuma makan ini." Ia menghabiskan keduanya dan beranjak pergi. Kemudian ia melihat Sakuya dan Flandre yang memapah Remilia keluar sambil masuk ke dalam mobil yang dikemudikan Meiling yang diminta menjemput. "Wah wah, sudah dimulai ya pestanya? Aku tidak sempat lihat. Hhh.." Pria itu terlihat kecewa, tapi kemudian tersenyum lagi.
"Nah sekarang, miko, penyihir hitam putih, dan pembuat boneka. Kapan kalian mulai mengisi peran kalian di panggungku? Aku lebih suka kalau si pembuat boneka tidak bersama mereka, tapi skenarionya jadi beda ya, hmm, tapi sudah terlanjur ya teruskan saja." Kemudian dia menaiki bis luar kota yang bersiap berangkat di halte depan musium.
"Let's Danmaku? Haha, bolehjuga Ajuu." Bis itu mulai berjalan dan meninggalkan keramaian kota pusat.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro