CHAPTER 3B - A TALK IN THE PARK
ARC I – THE SCARLET MOONLIGHT
"Wuah, di sini pemandangan kotanya bagus sekali. Sakuya, tolong ambil fotoku dengan patung ini."
"Baik, nona Flandre. Siap ya, 1..2.." Remilia, Sakuya, dan Flandre berjalan-jalan mengelilingi kota untuk melakukan refreshing setelah Remilia mulai merasa jenuh dengan situasi yang dia hadapi saat ini. Remilia menemui jalan buntu untuk bisa menemukan Yakumo. Dan sebenarnya Remilia tidak terlalu ingin berlama-lama, tapi jika misi ini berhasil, mungkin saja salah satu keinginannya dapat terkabul. Mereka sekarang tiba di sebuah taman besar di tengah kota, yang memiliki berbagai tempat untuk rekreasi, bermain, olahraga, dan melihat-lihat pemandangan karena kebetulan posisi taman tersebut berada di tempat yang cukup tinggi.
"Yap, sekali lagi ya nona Flandre."
"Ah, tunggu. Kakak, maukah kakak berfoto bersamaku?"
"Flan, kamu tidak usah seformal itu jika bicara denganku. Kan sudah kubilang."
"I..iya..tapi rasanya aneh bagiku jika tidak berbicara seperti biasa. Sejak kecil, mama selalu mengajari Flan bicara seperti itu. Terlebih jika di depan papa."
"Hhh, menyusahkan saja. Tapi aku masih tidak biasa mendengar orang bicara formal jika aku sedang santai. Rasanya seperti aku harus dihormati sekali, bukannya aku nggak mau dihormati."
"Ayolah, kalian ini mau latihan drama apa mau foto sih? Aku kan juga mau difoto."
"Kamu mau menyuruhku memfotomu, Sakuya? menyuruhKU?"
"Ti..tidak kok nona, saya hanya bercanda hahaha"
"Kak, jangan jahil begitu. Maaf lama Sakuya, nanti saya foto sebagai terima kasih sudah memfoto dan menemani kami."
"Ah, nona Flandre baik sekali"
Setelah itu mereka mengitari danau, memberi makan angsa, dan mencari tempat rindang di bawah pohon besar untuk makan siang.
"Nona Remilia dan nona Flandre, makan siangnya saya siapkan dulu ya. Mohon tunggu sebentar."
"Ya" "Hum"
Flandre duduk bersandar di bawah pohon tersebut sambil menunggu. Remilia memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar. Sambil berjalan ia berpikir sejenak, berusaha mengingat tempat yang sebenarnya merupakan tempat kelahirannya tapi semenjak ibunya meninggal ia pindah ke Eropa bersama ayahnya. Remilia dulu sering diajak jalan-jalan oleh ibunya karena mereka memang hanya tinggal berdua di Gensokyo. Kadang ia berpikir, kenapa ayahnya tidak mau tinggal bersama mereka di sini padahal kalau mendengar cerita tentangnya dari ibunya, ayahnya selalu kesepian dan menyendiri. Saat menanyakan hal itu tidak lama setelah pindah ke Eropa, Remilia tahu bahwa alasan ayahnya pergi dari Gensokyo karena kelahirannya. Entah mengapa, kelahiran Remilia mengingatkannya akan kenangan menyakitkan baginya di Gensokyo dan memohon istrinya untuk menjaga Remilia sampai ia cukup umur. Sayangnya, istrinya meninggal sebelum Remilia beranjak dewasa. Remilia tidak membenci ayahnya, karena sikap ia tahu ada alasan yang dia sembunyikan. Dan ibunya selalu mengingatkannya soal itu. Kali ini Remilia tersenyum sendiri mengingat masa lalu dan kemudian menoleh ke arah Flandre dan Sakuya, betapa cerianya mereka dan Remilia merasa kalau hidup seperti ini tidaklah buruk. Setelah berjalan agak jauh, ia berhenti di dekat kursi taman dimana ada seorang wanita duduk sendirian.
"Oh, halo. Apa anda jalan-jalan sendirian?" Wanita itu menyapa Remilia sambil tersenyum. Rambutnya kemerahan mencapainya pundaknya. Dia membawa kipas lipat dengan motif bunga sakura dan berpakaian dengan motif kupu-kupu. Remilia sebenarnya tidak mau berbicara dengan orang asing, tapi sepertinya tidak ada niat jahat dari wanita itu.
"Tidak, saya sedang piknik dengan adik dan pelayan saya. Mereka ada di bawah pohon itu" Jawab Remilia sambil menunjuk ke arah pohon tempat mereka beristirahat.
"Wah, senang sekali ya. Bisa menghabiskan waktu bersama, apalagi di tengah cuaca yang cerah ini. Apakah anda baru tinggal di sini?"
"Bisa dibilang begitu, kami hanya turis yang sedang singgah saja."
"Oh ya? Kupikir kalian adalah warga kota ini. Tapi tetap saja, turis selalu diterima di sini. Dan aku selaku putri dari klan Saigyouji merasa senang apabila kalian betah selama kalian tinggal di sini?"
"Mohon maaf jika saya tidak sopan, Saigyouji itu.."
"Oh maaf. Klan Saigyouji adalah klan yang menguasai sektor barat Gensokyo."
"Menguasai? Jadi tempat ini memiliki penguasa di tiap daerah tertentu?"
"Begitulah, Saigyouji bermarkas di Hakugyoukurou. Selain kami, ada 4 lagi. Houraisan di timur, Moriya di utara, Chireiden di selatan, dan Yakumo di tengah. Lebih tepatnya kota pusat ini. Tapi jangan khawatir. Ini hanya merupakan kesepakatan bersama untuk menjalin kerja sama pembangunan seluruh Gensokyo."
"Begitu ya? Jadi Yakumo adalah penguasa di sini?" Remilia berbicara dengan nada sedikit berbisik.
"Apa ada sesuatu?" "Oh tidak. Silahkan dilanjutkan." "Kalau begitu duduklah di sampingku. Oh ya, aku belum memperkenalkan diri. Namaku Yuyuko Saigyouji, putri pertama klan Saigyouji. Senang bisa bertemu anda nona."
"Saya adalah Remilia Scarlet, senang bertemu anda nona Saigyouji."
"Oh, panggil saja Yuyuko. Kelihatannya saya lebih muda daripada anda nona Scarlet"
"(Tajam juga lidahnya, memangnya aku tua ya?) Ah ya, baiklah Yuyuko."
"Kalau boleh tahu adakah tujuan tertentu anda pergi ke sini, nona Scarlet?"
"Tidak ada keperluan khusus sebenarnya, hanya mengunjungi tempat ibu saya dan saya sendiri dilahirkan."
"Eh, tapi wajah anda tidak terlihat seperti orang sini. Berarti ayah anda orang asing?"
"Ya, dan dia yang merawat saya semenjak saya pindah. Dia menyarankan sebaiknya saya menikmati liburan ke kampung halaman dan melihat-lihat apa saja yang berbeda sekarang, tapi saya tidak ingat hal yang sudah lama sekali."
"Wah, kalau begitu aku mungkin bisa menemani kalian untuk melihat-lihat. Tentu saja, tidak ada maksud mengganggu jika anda tidak mau."
"Terima kasih atas tawarannya, Yuyuko. Tapi, kami sudah punya rencana sendiri. Mungkin lain kali."
"Oh sayang sekali. Kalau begitu, apakah mungkin ada yang ingin anda tanyakan kepada saya? Seperti tempat makan malam yang enak? Teater pertunjukan yang bagus? Atau mungkin...Yakumo?" Sekejap Remilia langsung berdiri sambil menatap tajam Yuyuko.
"Oh kenapa? Bukankah anda memang ingin mencari Yakumo kan? Aku bisa membantu anda kok hihi."
"Hei, sebenarnya kau ini siapa? Mata-mata Yakumo? Atau bawahannya untuk menghabisiku?"
"Au, jangan bilang begitu nona Scarlet. Aku bukan mata-mata ataupun bawahannya kok. Masak putri sepertiku mau jadi bawahan orang tua seperti dia? Lagipula pangkat kami sama, tentu saja aku tidak bohong."
"Kalau begitu katakan, dimana aku bisa menemui Yakumo?"
"Hmm, apa yang membuatmu berpikir aku tahu di mana dia? Dan kau membicarakan Yakumo yang mana, nona Scarlet?"
"(Hah? Yang mana? Apa maksudnya) Yang kutahu namanya hanyalah Yakumo. Kau mau memberitahuku atau aku harus memaksamu?"
"Aku mau saja memberitahu, tapi kita main permainan kecil dulu. Oke?" Yuyuko membuka kipasnya sambil menarik selembar kartu. "Maiden Sign – Ghostly Butterflies" Sekujur tubuh Yuyuko ditutupi kupu-kupu putih dan pakaiannya berubah menjadi pakaian tradisional dengan warna merah muda dengan garis putih dan motif kupu-kupu. Dia mendapatkan topi dengan pola seperti api roh dan sekitar tubuhnya muncul beberapa bola roh. Kulitnya menjadi pucat, dan aura yang dipancarkannya menjadi dingin.
"Oh, kau juga sama ternyata. Aku seharusnya tahu." Remilia mengeluarkan berlian berwarna merah yang hanya separuh dan menggenggamnya kuat sambil mengeluarkan selembar kartu. "Maiden Sign – Scarlet Night" Remilia berubah wujud seperti sebelumnya. Dan di belakangnya terlihat beberapa lingkaran sihir berwarna merah yang siap menembak ke arah Yuyuko.
"Tunggu sebentar, kita selesaikan ini dengan cara Gensokyo. Yaitu danmaku."
"Danmaku?"
"Hm, seperti inilah danmaku." Beberapa peluru sihir beterbangan meluncur dari belakang Yuyuko, dan dengan kipasnya ia mengarahkan peluru itu ke berbagai arah. Remilia yang merasa terancam langsung mengambil posisi untuk menghindar dan menyiapkan serangan balik. Peluru yang diluncurkan Yuyuko seolah mengejar Remilia dan nyaris tidak ada ruang untuk menghindar. Setelah berada di posisi yang lebih baik, Remilia mengeluarkan kartu keduanya.
"Aku tidak punya waktu untuk main-main, aku selesaikan sekarang dengan Gungnir."
"Yah, langsung menggunakan jurus andalan? Kalau begitu, bagaimana dengan yang ini?" Saat Remilia tengah bersiap, Yuyuko mengarahkan danmaku yang baru ke arah Remilia yang kecepatannya tiba-tiba bertambah. Salah satunya mengenai Remilia. "Ah!"
"Hm, cuma segini saja? Ayolah, Youki tidak pernah membiarkanku bersenang-senang."
"Uh, rasakan ini!" Remilia menembakkan beberapa danmaku yang berbentuk seperti tombak tajam dan Yuyuko dengan mudah menghindarinya. Saat itu ia menyiapkan kartu trufnya.
"Saigyouji Flawless Nirvana!" "Uh, sial. Aku kalah?" Tepat sebelum serangannya mengenai Remilia... "Yuyuko, nona Yuyuko? Ah, anda di sini rupanya." Seorang pria dengan pakaian ala samurai dengan pedang di pinggangnya datang menghampiri mereka. Dan dalam sekejap mereka membatalkan semua pertarungan dan kembali ke situasi normal.
"Ah, Youki! Kenapa kamu datang sekarang? Aku hampir saja menang."
"Ma..maaf. Saya tidak tahu. Apa anda teman nona Yuyuko?"
"Hah? Eh..i..iya. Saya hanya berbincang sebentar sambil menunggu adik dan pelayan saya, dan sepertinya mereka sudah memanggil saya." Remilia menunjukkan kalau adiknya sedang menghampirinya.
"Sepertinya pembicaraan kita hanya sampai di sini. Semoga kita bisa bertemu lagi, nona Scarlet."
"Tunggu! Beri aku petunjuk untuk menemukannya."
"Kau masih penasaran? Latihlah dulu danmakumu baru kita bicara lagi. Saranku cobalah kunjungi tempat untuk mengetahu sejarah di tengah kota. Sedang ada pameran di sana, mungkin kau bisa belajar sedikit."
"Cih. Terima kasih, apa kita akan bertemu lagi?"
"Entahlah, tapi selama kau mencarinya, kau mungkin akan bertemu dengan orang yang sama dengan kita." "??!"
"Youki, ayo kita pergi. Aku mau bertemu Youmu. Apa gadis itu sehat?"
"Tentu saja, dia sedang latihan. Bagaimana kalau kita makan dulu?"
"Ah, tepat sekali waktunya untuk makan siang. Kalau begitu aku permisi dulu nona Scarlet, aku tidak sabar menemuimu lagi nanti."
"Kuat sekali, ternyata Gensokyo punya orang-orang seperti ini juga. Tapi, bagaimana bisa? Kenapa ada yang punya kekuatannya yang sama denganku dan yang lain?"
"Kakak, makan siang sudah siap. Dan temanmu sepertinya sudah pergi, padahal sebaiknya kakak ajak dia makan dengan kita."
"Dia bukan temanku Flan. Jangan asal bicara." Remilia menjawab dengan agak kesal.
"Maaf kakak. Flan tidak tahu" Flandre menundukkan kepala sambil meminta maaf.
"Sudahlah, maafkan aku juga. Tadi kami hanya ada selisih pendapat. Kita makan dulu Flan, setelah itu kita akan ke museum."
"Museum kak?"
"(Pasti mereka sudah menunggu di sana. Jika bukan karena pria tadi, aku pasti kalah) Ya, kamu tidak keberatan kan?"
"Tidak kak. Flan akan ikut kemanapun kakak pergi."
"Hehe, terima kasih Flandre." Dua bersaudari itu kemudian berjalan menghampiri Sakuya, dan di dalam kepalanya Remilia mulai memikirkan rencana seandainya Saigyouji atau Yakumo ada di museum.
Di restoran tempat Youki dan Yuyuko makan siang, Yuyuko tengah menghubungi seseorang.
"Maaf ya, aku jadi terlibat. Habisnya aku bosan, dan berhubung lawanmu sudah datang aku ajak main dulu sebentar."
"(Jangan kelewatan Yuyuko. Sebisa mungkin aku mau menghindari konflik dengannya. Dia itu menyusahkan)"
"Baik baik. Oh ya, aku memintanya mengecek museum. Apa tidak apa-apa?"
"(Bukan masalah. Lagipula aku mengirimnya bukan untuk mencari masalah, hanya mengingatkan saja.)"
"Oh, dia minta rencananya dipercepat?"
"(Tidak, aku hanya tidak sabar untuk bertemu dia lagi. Orang itu sudah tak kupedulikan. Kalau dia mau macam-macam, aku sudah memintanya untuk tidak menggangguku.)"
"Oke oke, kalau begitu aku tinggal duduk manis saja ya? Hati-hatilah, dan sepertinya keinginanmu dan si pendatang akan berbentrokan."
"(Kami memang tidak pernah akur. Tapi melihat wajah kesalnya selalu membuatku bahagia.)"
"Kamu ini memang sadis. Sudah ya, aku mau menikmati hidangan lezat yang stok yang terbatas ini."
"(Tolong jangan buat restoran-restoran bangkrut oke?)"
"Ya ya, sampai nanti."
Yuyuko menutupteleponnya dan mulai menyantap makan siangnya. Kemudian ia melihat ke arahlangit yang cerah, sambil tersenyum dan berkata, "Akhirnya bisabersenang-senang lagi seperti dulu. Ya kan, para gadis negeri ilusi?"
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro